Share

9

Albert, Erika dan Abigail panik bukan main disaat dua anak didiknya hilang, bahkan Abigail sudah melapor pada pihak sekolah agar mengumumkan berita kehilangan dua bocah menggemaskan itu. Lucas terus saja menangis menyebut nama Jovian dan Ace yang terisak karena melihat orang-orang disekelilingnya panik, dia baru saja bangun dan duduk lalu gurunya sudah memekik panik ditambah Lucas menangis. Hei- dia tidak tahu apa-apa dan tingkah mereka membuatnya takut.

"Lucas jangan menangis, Jovian dan Baixian akan ketemu." Ucap Erika menenangkan bocah berdarah German itu.

"Benar! Jovian dan Baixian pasti ada di sekitar sekolah dan tidak akan hilang jauh." Tambah Albert menenangkan bocah yang meraung karena panik itu.

"Tapi kan sekolah ini luas, bagaimana jika mereka berdua tidak ketemu?" Tanya Ace dengan polosnya membuat tangis Lucas semakin keras.

Abigail dan Albert meringis melihat kelakuan anak didiknya, sangat polos ucapannya namun sangat merepotkan dampaknya. 

_______

"Jovian! Baixian!" 

"Mrs. Erika!!"

Jovian dan Baixian turun dari gendongan dua remaja itu dan berlari menuju guru mereka, Erika bernafas lega saat melihat dua bocah nya baik-baik saja dan tidak lecet, bisa-bisa dia dan guru lainnya di tuntut oleh orang tua anak-anak ini. 

"Kalian dari mana?" Tanya Erika dengan panik, hei dia hanya guru kecil dari negara lain yang mengajar anak-anak dari berbagai negara di Rusia! Dia tentu saja panik saat anak didiknya nya hilang dari jangkauannya.

"Maaf, ini salah ku." cicit Baixian dengan kepalanya yang menunduk.

Jovian menggeleng, "Salah ku juga." cicit Jovian

"Baixian mau pipis tapi tersesat." Jelas Baixian dengan bibirnya yang mulai melengkung menahan tangis, wajahnya memerah.

"Jovian menyuruh Baixian pipis sembarangan." Tambah Jovian yang juga ikut mulai menangis, hidungnya kembang kempis lucu.

"Dan teman kakak disana marah." Ucap Baixian lalu menangis keras. Erika yang mendengar penjelasan dari kedua bocah menggemaskan ini pun hanya menganga tak percaya. 

Melihat Baixian menangis membuat Jovian ikut menangis, ini juga salahnya yang memberi saran untuk pipis di semak-semak dan berakhir di marahi oleh pria tinggi berwajah seram, Jovian semakin terisak saat wajah pemuda berwajah menyeramkan itu Jovian menggeleng cepat guna mengenyahkan pikiran anehnya namun membuatnya penasaran setengah mati itu.

Erika melirik dua remaja tampan dibelakang Jovian dan Baixian yang sedang meringis melihat kedua bocah ajaib itu, Sean yang mati-matian menahan diri untuk tidak memeluk Jovian dan mencium seluruh wajah menggemaskan adiknya dan Matthew yang ingin sekali terbahak melihat bocah menyebalkan itu menangis gara-gara temannya Evan, ah dia sangat puas melihat wajah pasrah bocah menyebalkan milik Baixian.

"Maafkan perilaku anak-anak didik saya, saya berjanji anak-anak tidak akan mengacau lagi." Ucap Erika sambil meringis tak enak.

"Tidak apa-apa, jangan berlebihan dan temanku tidak marah dia memang memiliki dialek bahasa yang sedikit menyeramkan." Jelas Matthew cepat sambil menggaruk tengkuknya karena merasa canggung dan ditambah teman es nya Sean hanya diam saja asyik memandangi bocah manis itu.

"Dan terimakasih karena sudah mengantarkan mereka." Ucap Erika sambil membungkuk, Jovian dan Baixian yang melihat itupun semakin menangis keras. Erika akan dipenggal karena ulah mereka.

"Jangan penggal kepala Mrs. Erika!!" Pekik Baixian dengan wajah memerah dan air mata yang mengalir di pipi chubby nya.

"Kami yang salah! Jangan penggal Mrs . Erika!" Jovian menangis, dia tidak mau karena ulah nakalnya membuat seseorang yang dia sayangi menderita.

Sean, Matthew dan Erika terdiam tidak mengerti, apa maksudnya memenggal? Ini bukan acara hukum mati. 

"Apa maksudnya?" Ucap Matthew tidak mengerti.

"Mrs. Erika membungkuk! Aku melihat jika membungkuk itu permintaan maaf terakhir untuk orang yang akan di penggal." Isak Baixian dan diangguki Jovian yang terlalu percaya dan terbawa suasana.

Mrs. Erika memejamkan matanya menahan malu, sebenarnya film apa yang kedua bocah ini tonton? Apa itu membungkuk adalah permintaan maaf terakhir untuk orang yang akan di penggal? Dia akan dipenggal? Astaga? Bukankah itu hal yang lumrah untuk dilakukan oleh orang-orang di negara Korea? Erika melupakan jika kedua bocah itu bergaul dengan orang-orang Rusia yang tak memiliki kebiasaan itu.

"Haha..?" Matthew tertawa canggung, hanya pencitraan! Sebenarnya dia ingin tertawa terbahak mendengar hal itu, bocah-bocah nakal yang polos nyerempet bodoh.

Sean menahan lagi agar tidak tertawa dan menculik bocah menggemaskan itu, hidungnya yang merah dan pipinya yang chubby di hiasi bekas air mata adalah paket komplit menggemaskan. 

"Maafkan anak-anak ku hehe, mereka menonton hal-hal yang tak masuk akal." Ringis Erika tak enak pada dua pemuda tampan itu. Dia tidak tahu harus bicara apa jika sudah malu seperti ini, dia yakin kedua remaja tampan itu sedang mati-matian menahan tawa karena tingkah konyol Jovian dan Baixian.

"Tidak apa-apa mereka sangat menggemaskan sekali." Ucap Sean dengan senyuman tampannya.

"Ya betul anak-anak tak lengkap jika tidak konyol haha." Ucap Matthew menambahkan sambil tertawa.

"Baiklah anak-anak berhenti menangis dan ucapan terimakasih pada kakak-kakak yang menolong kalian." Ucap Erika.

Jovian dan Baixian berhenti menangis saat mendengar itu, apa Mrs. Erika tidak sedih dan tidak takut? Dia akan dipenggal. Mata sembap Jovian melihat wajah Sean yang dari tadi terus menatapnya memuja yang membuatnya sedikit takut, namun krna tatapan intens yang Sean berika membuat rindu pada ayahnya sedikit terbayar, Jovian ingin memeluknya lagi namun malu.

"Mrs. Erika tidak akan di penggal anak-anak!"

Baixian menyenggol kecil siku Jovian, melirik temannya dan mengangguk imut lalu meminta maaf dan berterimakasih kepada Matthew dan Sean yang telah menolong mereka.

"Terimakasih." ucap mereka bersamaan.

"Sama-sama, jangan sampai tersesat lagi." Ucap Matthew tersenyum palsu, sejujurnya dia masih sedikit jengkel mengingat telinganya di gigit oleh mahkluk mungil itu.

Erika menggiring dua bocah itu menuju tempat duduk mereka di aula, pasti yang lain panik karena dia tak kunjung datang membawa dua bocah nakal ini. Erika menghela nafas panjang, anak-anak memang unik dengan tingkah dan pikiran polosnya.

"Tunggu!" 

Erika menghentikan langkahnya dan melihat Sean yang berdiri di belakangnya, ada apa dengan remaja tampan itu?

"Bolehkah aku memeluk Jovian?" Tanya Sean canggung.

Erika terdiam mendengar itu, pesona seorang Jovian tak main-main! Melirik Jovian yang mendongak ke atas menatapnya sepertinya Jovian juga ingin dipeluk oleh Sean. Dasar anak-anak tahu saja yang mana yang tampan!

"Ya."

Jawaban dari Erika membuat Sean senang bukan main, tanpa basa-basi Sean mengangkat tubuh mungil Jovian ke dekapannya, memeluk erat tubuh Jovian, menghirup aroma bayi yang ada di tubuh adiknya. Kapan lagi dia akan merasakan ini? Ini adalah kesempatan langka! 

Hangat, dan nyaman itulah yang Jovian rasakan, rasanya seperti dipeluk Papa dan wangi Sean pun sangat mirip dengan Papa. Lengan mungilnya balas memeluk tubuh kekar Sean dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Sean, rasanya seperti memiliki Papa lagi.

"Kakak menyayangi mu." bisik Sean di telinga Jovian membuat bocah manis itu menatap wajah tegas pemuda yang sialnya sangat mirip dengan ayahnya.

Dengan berat hati Sean menurunkan Jovian dan menatap wajah adiknya lekat, Sean ingin memeluk tubuh mungil itu lebih lama lagi, menghabiskan waktunya dengan Jovian pasti menyenangkan.

"Terimakasih." Ucap Sean dan segera berjalan meninggalkan Erika yang terdiam dengan perasaan yang sedikit janggal.

"Ah, maaf teman ku mungkin buru-buru." Ucap Matthew tak enak, Sean sialan! Dasar kulkas tidak sopan.

"Tidak apa-apa, teman mu baik-baik saja?" Tanya Erika yang merasa jika Sean terlihat tidak baik-baik saja setelah memeluk Jovian.

"Mungkin iya dan mungkin tidak, dia jarang berbicara terbuka." Jelas Matthew

"Jaga kak Sean dengan baik ya." Ucap Jovian tiba-tiba, Matthew yang mendengar itu tersenyum lembut bocah yang ini sangat manis sekali.

"Baik!"

_________

"Lucas berhenti menangis, Jovian sudah ketemu!" Ucap Albert dan Lucas buru-buru menyusut cairan yang keluar dari hidungnya dengan tisu yang gurunya berikan.

"Mana?" Tanya Lucas.

"Lucas, Ace!" Panggil Jovian dengan tangannya melambai-lambai.

"Jovian, Baixian!!"

Albert dan Abigail lega saat melihat Erika membawa dua anak nakal itu, akhirnya mereka tidak repot mengurus tangisan Lucas yang menyebalkan. Anak-anak memang sadis.

"Dari mana kalian?" Tanya Abigail sambil berkacak pinggang.

Jovian dan Baixian menunduk tidak berani menatap kedua gurunya yang sedang menatap mereka dengan sangsi. Melirik Erika dengan tatapan anak anjing nya membuat wanita dewasa itu menghela nafasnya, mana tega menolaknya!

"Akan aku jelaskan nanti, aku butuh istirahat dan air minum." Ucap Erika dan kedua bocah nakal itu menatapnya berbinar.

Tatapan Jovian dan Baixian seakan mengatakan 'Terimakasih Mrs. Erika! Kami menyayangi mu' ugh! Anak-anak memang sadis! Erang Erika dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status