Share

11

Jovian berlari kencang dengan perasaan khawatir, paman Ken bilang sang ibu tiba-tiba jatuh pingsan saat bekerja dengan darah yang keluar dari hidungnya. Akhir-akhir ini pun Jovian merasa jika Helena tidak baik-baik saja, Mama nya selalu menyembunyikan kesedihan bahkan rasa sakit yang di dera nya Helena tidak mau membaginya dengan Jovian. 

Tuhan, apa tidak cukup Papa saja yang meninggalkan ku? Apa kau juga akan mengambil Mama?

Jovian menghampiri Ken yang berdiri di depan pintu unit gawat darurat, melempar ranselnya sembarangan.

"Paman, bagaimana dengan Mama?" Tanya Jovian dengan wajahnya yang terlihat khawatir.

Ken menggeleng dan mengusap pucuk kepala Jovian, dulu Jovian sangat kecil saat pertamakali dibawa ke ladang dan sekarang Jovian sudah tinggi.

"Paman tidak tahu." Jawab Ken ragu, Helena menderita kanker otak dan dia tidak bisa memberi tahu keadaan Helena pada Jovian karena Ken sudah berjanji pada wanita cantik itu untuk tidak memberi tahu hal ini pada putranya.

Jovian yang mendengar jawaban Ken menghela nafas panjang, bagaimana jika ibunya sakit parah? Bagaimana jika ibunya kesakitan namun dirinya tidak bisa membantu apa-apa? Dan... bagaimana jika ibunya meninggalkannya? Jovian menggeleng pelan menghapus pikiran negatif yang berkumpul pada otaknya.

"Tapi Mama baik-baik saja kan?" Tanya Jovian 

Ken tersenyum pedih melihat itu, "Paman juga tidak tahu." Ucapnya pelan membuat Jovian semakin ketakutan.

Suara pintu terbuka pun membuat Jovian berlari menuju sang dokter.

"Bagaimana dengan Mama?" Tanya Jovian.

Dokter berwajah barat itu tersenyum dan mengusap pucuk kepala Jovian, "Ibu mu baik-baik saja, dia sedang istirahat tetapi untuk kedepannya saya mohon, Mrs. Helena tidak boleh melakukan pekerjaan berat." Jelas dokter.

Jovian dan Ken mengangguk, mereka berjalan memasuki ruangan ibunya dirawat dan Jovian menemukan Helena yang terbaring lemah di brankar rumah sakit membuat Jovian sedih, dokter bilang ibunya sakit tapi Jovian tidak tahu ibunya menderita penyakit apa. Jovian bukanlah anak kecil yang mudah dibodohi seperti tahun lalu, Jovian mengerti jika penyakit yang diderita oleh ibunya adalah penyakit serius. Jovian sedikit kesal dengan sikap ibunya yang selalu menganggap dirinya anak kecil, Jovian hanya ingin membantu ibunya itu saja.

"Mama..." 

Tangannya terulur mengusap wajah cantik Helena yang semakin tirus, badannya pun semakin kurus beda sekali dengan Helena yang dulu, sangat berisi dan terawat. Tapi Helena tetap paling cantik bagi Jovian.

"Mama baik-baik saja kan paman?" Tanya Jovian.

Ken mengangguk dengan senyuman meneduhkan, "Helena baik-baik saja, dia wanita yang kuat." Ucapnya membuat Jovian merasa sedikit lega.

Ken melirik Jam yang menggantung di dinding, sudah sangat siang dan dirinya absen bekerja di ladang tapi tak apa, yang penting Helena mendapatkan penanganan yang baik. 

Ken mengeluarkan roti yang selalu dia bawa dan memberikan pada Jovian, anak itu belum makan dari pagi hingga sekarang. Ken tahu sekali kebiasaan Jovian yang selalu menabung uang yang Helena berikan untuk membeli sepotong roti ataupun makanan lain, semenjak Helena sering sakit Jovian sering mengabaikan sarapan paginya bahkan ketika Helena tiba-tiba drop dan digantikan oleh Jovian, bocah itu tidak makan seharian jika tidak ditegur. Hal itu membuat Ken khawatir.

"Terimakasih paman." Ucap Jovian dengan senyuman manis nya, dia sangat lapar. Jovian melirik Ken yang duduk di sisi nya dengan tangan terlipat di perut, Jovian melirik roti yang dia pegang dan membelah menjadi dua.

"Paman ini, roti nya besar." Ucap Jovian sambil menyodorkan sepotong roti pada Ken.

Ken yang melihat itupun tersenyum, bahkan disaat kelaparan pun Jovian memikirkan orang lain, Ken menggeleng dan mendorong pelan roti itu.

"Paman sudah makan roti tadi." Ucap Ken, memang benar saat menunggu Jovian Ken sempat memakan roti satu bungkus.

"Apa tidak apa-apa paman?" Tanya Jovian ragu.

"Tidak apa-apa, makanlah!" Ucap Ken dan Jovian tersenyum senang sambil berterimakasih.

Melihat Jovian yang memakan roti dengan lahap membuat Ken terpikir untuk memberitahu keadaan Helena dan Jovian pada Kris, Ken tahu jika pemuda bermata panda itu menyukai Helena dan sangat menyayangi Jovian, tetapi akhir-akhir ini Ken selalu mendengar kabar jika ladang di China sedang bermasalah dan membuat Bos-nya kerepotan. Apa dirinya harus memberitahu hal ini atau tidak?

________

Jovian telah selesai mandi dan menemukan sang ibu yang sudah siuman, Jovian segera berlari memeluk tubuh Helena erat namun tidak menyakiti. Helena yang melihat itupun tersenyum, mengusap punggung mungil putranya sayang.

"Mama baik-baik saja? Apa ada yang sakit?" Tanya Jovian beruntung membuat Helena tersenyum

"Mama baik-baik saja." Jawab Helena membuat Jovian bernafas lega.

"Jika lelah Mama bilang pada Jovian jangan ditahan dan membuat Mama semakin sakit, Jovian khawatir." Rengek Jovian.

Helena terkekeh pelan mendengar rengekan putranya itu, Helena kan jadi semakin tidak tega untuk memberitahu keadaannya pada Jovian, pasti putranya akan sedih.

"Baik, maafkan Mama oke?" 

"Aku maafkan kali ini, lain kali tidak!" Ucap Jovian merajuk

Helena tertawa kecil melihat tingkah manja putranya, "Baik!"

Jovian berbaring di ranjang bersama ibunya, memeluk tubuh Helena erat dan menghirup aroma yang membuat Jovian tenang. Dan tak lama dengkuran halus terdengar, Helena tersenyum melihat Jovian yang sudah tertidur pulas, putranya ini memang tak akan tahan jika sudah bersentuhan dengan kasur. 

Helena menatap wajah Jovian dengan intens seakan takut jika itu adalah waktu terakhirnya untuk melihat putranya, Helena memang tak tahu hari apa dan jam berapa dia akan mati tetapi Helena tau dia sudah tidak akan lama lagi dan Helena tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bersama dengan Jovian-nya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status