Share

Bab 4

VAMPIRE

Vampir adalah makhluk yang paling dingin. Mereka tak pernah merasakan kehangatan karena mereka makhluk berdarah dingin. Selama hidupnya, mereka hanya bertahan untuk berburu makanan. Darah segar menjadi penghidupan bagi mereka. Dengan taring tajamnya, mereka menusukkan tajam ke salah satu mangsa mereka. Tidak sampai tewas, hanya sampai dahaga mereka terpenuhi. Namun dibalik ke seraman mereka, ada satu yang tak pernah disadari. Mereka membutuhkan sesuatu yang lain untuk bertahan, mereka membutuhkan sesuatu untuk tujuan mereka hidup. Berburu dan meminum darah, tak bisa begitu saja memenuhi lembaran hidup mereka yang panjang. 

Cinta. 

Penggambaran yang luas untuk kehidupan mereka yang bahkan bisa hidup sampai ratusan tahun. Mereka tidak bisa mengandalkan hukum rimba untuk menjadikannya seorang pemimpin. Vampir butuh manusia. Meski dimata Vampir manusia adalah makhluk yang rapuh, makhluk yang hanya bertahan hidup tak sampai dari usia para Vampir, namun manusia memiliki kehangatan. Vampir membutuhkan mereka untuk bertahan hidup. Bukan hanya sekedar meminum darah mereka saja. Vampir membutuhkan manusia untuk dicintai dan merasakan cinta. 

...

Kota Last Town adalah kota yang terletak di bagian selatan Amerika. Tak banyak yang mengenal kota itu karena sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya. Penamaan kota itu lantaran kota itu dijuluki kota terakhir yang dapat dijadikan hunian yang layak. Ditumbuhi dengan hutan yang lebat serta sungai yang mengalir layaknya air laut, kota itu lebih banyak dihuni oleh hewan-hewan. Namun satu hal yang tak pernah diketahui oleh orang banyak, kota itu memiliki legenda yang menyimpan cerita mengenai vampir. Tak banyak yang tahu bahwa setelah kepergian mereka, makhluk mitologi eropa itu keluar dari tempat persembunyiannya dan meniru hidup seperti manusia. Last Town adalah tempat yang cocok untuk dijadikan tempat mereka hidup. Kota itu nyaris tak pernah bermandikan cahaya matahari. Selalu dalam keadaan teduh dan gelap. 

Di salah satu bangunan perumahan elit yang letaknya berada di tengah jantung kota, sepasang mata memperhatikan jalanan yang kala itu basah akibat gerimis yang melanda kota Last Town beberapa hari ini. Melalui jendelanya itu si pemilik sepasang mata itu hanya berani menelisik halaman rumahnya yang luas, yang telah tersirami oleh air yang berasal dari awan cumulonimbus itu. Ditangannya segelas air yang berwarna merah pekat menjadi teman bersantainya siang itu. Ia suka seperti ini, sepi dan tenang.

Lelaki, si pemilik mata merah itu mendengarkan suara rintik air yang menyerupai jarum jatuh ke permukaan atapnya. Suara itu bagaikan sebuah lagu baginya, sebagai pendukung ketenangannya hari ini. 

“Tuan Rowman, kami datang untuk memberitahu bahwa pintu gerbang menuju Last Town aman terkendali.” 

Rowman, pria yang sedari tadi hanya diam seraya memandangi rintik gerimis yang turun berbalik ke belakang. Mata merahnya menyala begitu melihat sosok yang berdiri tegak dibelakangnya. Arka, pemuda itu adalah salah seorang kaki tangannya. Ia menugaskan pemuda itu untuk menjadi mata-matanya, mengawasi segala kegiatan para Clannya. Arca memiliki satu keahlian yaitu menyamar seperti dirinya. Hingga kini, Arca yang berdiri tegak didepannya memiliki rupa yang sama.

“Bagus. Aku harap Clan itu tidak berusaha untuk menembus penjagaan kita.” Ucap Rowman dengan nada tenang. 

“Mungin itu takkan lama, Tuan?”

Alis Rowman menyatu. “Apa maksudmu?”

Arca menggedikkan bahunya. Jangan tanya dirinya, ia sendiri tak tahu mengapa clan-clan itu bisa sampai ditempat mereka. Kalau pun ia berkata sekarang, tak ada gunanya. Rowman adalah pemimpin yang memiliki logika yang tinggi, takkan mau mendengarkannya yang masih mengira-ngira. 

“Saya sendiri tidak tahu.”

Rowman menaikkan sebelah alisnya. Mungkin lelaki itu hanya ragu, tapi ia takkan memaksa. “Baiklah, kau bisa pergi.”

Tak lama tubuh Arca itu pun memudar mengikuti arah angin yang berhembus diruangan itu. Rowman menghela napas panjang. Sudah sejak setahun belakang ini, Clan Hitam terus berusaha mendobrak masuk ke dalam kota Last Town. 

Ah.. mungkin banyak yang bertanya mengapa ia hidup berdasarkan Clan. 

Rowman adalah Vampir. Lebih tepatnya Vampir tertinggi di Clan-nya. Ia merupakan Vampir terkuat diantara Clannya. Untuk itu ia dipilih sebagai seorang pemimpin. Namun biar pun ia adalah seorang pemimpin, Rowman memiliki wajah yang muda. Ia tak terlihat seperti Vampir yang berusia 500 tahun. Dengan dagu lancip dan paras Asia-nya, Rowman bisa dikatakan hidup dalam keabadian ketika ia tengah mengalami masa ketampanannya. 

Setiap Vampir memiliki keistimewaannya masing-masing. Rowman salah satunya memiliki ketahanan tubuh yang kuat. Ia nyaris tak pernah merasakan sakit ketika terluka. Ia hanya akan terjatuh lalu kemudian bangkit kembali. Untuk itu ia dijuluki sebagai vampir terkuat. Rowman juga meminum darah, sama seperti vampir lain. Hanya saja ia tak tertarik untuk membunuh manusia. 

Berbicara tentang manusia, Rowman paling tak suka mendengarnya. Baginya manusia adalah makhluk lemah dan rapuh. Ia merutuki dirinya yang dulu berasal dari makhluk itu sebelum akhirnya ia menjadi seorang Vampir karena gigitan salah satu tertua dari Clannya. 

“Dad!” 

Rowman kembali membalikkan tubuhnya. Disana sosok wanita dengan rambut coklat terangnya menatapnya penuh kekhawatiran. 

“Ada apa?”

Wanita itu tersenyum kecil. Ia menggelengkan kepalanya pelan. 

“Kau tak perlu cemas, Tia. Semuanya terkendali.” Ucapnya.

Tatiana menunduk. Selalu saja sepertinya. Lelaki yang merupakan ayah kandungnya itu tak pernah membuatnya berpikir keras. Rowman tak membiarkannya untuk membantu. Mungkin karena ia adalah anaknya, Rowman tak begitu menginginkan dirinya ikut dalam peperangan ini. 

“Tapi, Dad.. mungkin saja Clan itu akan bergerak menuju ke sini. Aku yakin tenaga kalian tak cukup kuat.” Ucapnya memelas.

Wajah Rowman seketika mengeras. Ia menatap tajam wajah sang putri dengan mata merahnya yang menusuk. Ia sadar bahwa ucapan wanita itu ada benarnya. Ia bisa merasakan aura hitam yang menyelimuti Last Town beberapa hari ini. Entah apa yang dicari Clan itu. Untuk pertama kalinya, mereka semua kembali menyerang Clannya. Beruntung, kekuatan yang mereka miliki tak cukup kuat untuk menerobos pertahanan Last Town. 

Rowman berjalan pelan ke arah Tatiana. Tangan besar pria itu membelai puncak kepala putrinya. Ia tahu anak itu ingin ikut andil dalam peperangan, tapi Rowman pastikan itu takkan terjadi. Hanya Tatiana yang ia punya saat ini. 

“Sayang, setidaknya kau bisa menjaga rumahku. Kau disini bersama Arca dan tidak ada bantahan.” Kata Rowman keras. Kekuatan yang dimiliki putrinya bukanlah hal yang bisa digunakan dalam peperangan. Kalau sampai Clan Hitam tahu apa yang dimiliki putrinya mungkin mereka akan membawa Tatiana pergi sebagai maskotnya. Rowman tidak mau itu terjadi. Sudah cukup ia kehilangan istrinya. Untuk kedua kalinya ia takkan membiarkan hal itu terjadi. 

Suara ketukan yang berasal dari pintu rumahnya terdengar begitu saja. Untuk kali pertama Rowman mendengar suara itu berbunyi disekitar rumahnya. 

“Siapa itu?” Tatiana nyaris berbisik. Suara lembutnya tenggelam bersama udara yang berada disekitarnya. 

“Entahlah.” Sahut Rowman. Dengan langkah penuh kehati-hatian, lelaki itu menelusuri suara itu. suara yang berasal dari pintu masuk rumahnya terdengar semakin kencang ditengah suara gemerisik air hujan. 

Tak biasanya ada seseorang yang mengetuk sebelum memasuki rumahnya, bahkan putrinya sendiri. Rowman tahu biasanya para Vampir akan langsung menerobos jendela atau cerobong asap rumahnya, tanpa harus mengetuk terlebih dahulu. Meskipun ia Vampir, namun Rowman tetaplah bukan makhluk abadi. Ia bisa mati begitu saja.

“Hati-hati, Dad.” Imbuh Tatiana dengan pandangan cemas. Wanita itu menggigit buku jarinya. Ia tak seperti vampir lain yang memiliki keberanian. 

Begitu sampai didepan knop pintu, Rowman berhenti sebentar. Ia mencoba untuk mengitip dari balik lubang yang terpasang di pintu rumahnya. Ketika itu ia tak melihat siapapun disana. Namun ketukan itu tetap didengarnya. Tidak mungkin bayangannya sendiri yang datang dan mengetuk pintu rumahnya. Arca terlalu pintar untuk itu. 

Akhirnya Rowman membuka sedikit pintu rumahnya. Ia sedikit menggeser kepalanya agar sebelah matanya bisa melihat siapa sosok dibalik daun pintunya itu. Mata merahnya langsung menyala melihat siapa sosok yang berada dibalik pintu tersebut. 

“Permisi, bisakah aku menumpang?” tanya suara itu. Rowman menelusuri penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dia manusia, ia bisa mencium bau darah yang sangat kental dan kuat dari tubuhnya. Bau itu menguar sangat pekat hingga membuatnya harus menutup hidungnya.

“Siapa?” suara Tatiana dibelakang Rowman terdengar. Wanita itu juga sama terkejutnya dengan sang ayah. Mata merahnya menyala melihat sosok dibalik pintu itu. Dia manusia. 

Wanita. 

Last Town adalah kota yang dihuni oleh sedikit vampir wanita. Jenis itu tak sampai setengahnya dari kaum vampir pria. Namun bau yang tajam langsung menusuk penciuman Rowman dan Tatiana. Bau yang sangat memikat namun terasa terlarang untuk disentuhnya. 

“Halo! Bisakah kami menumpang dirumahmu?” ditangannya terdapat bungkusan berwarna merah muda yang terlihat aneh di mata Tatiana. Ia bisa mengendus bau wanita ini, namun tidak dengan bayinya. Tatiana berjalan maju membelakangi ayahnya. Tubuhnya yang tinggi membuatnya bisa dengan mudah melihat apa yang berada dibalik kain merah muda itu. 

“Bayi?” tanyanya dengan alis terangkat. 

Wanita itu kembali tersenyum dan mata hazelnya memancarkan sesuatu yang tak Rowman mengerti. Beruntung tubuh putrinya sedang menutup wajahnya. Kalau tidak mungkin ia akan melihat lebih lagi dari wanita itu. 

“Halo. Aku Mayya. Bisakah kau memberikan tumpangan untukku dan anakku?”

Rowman tertegun. Bau ini begitu memikatnya. Gadis muda mungil itu nampak sangat kecil dimatanya. Ia yang bertubuh besar terlihat seperti seorang raksasa ketika berhadapan dengan gadis muda yang bernama Mayya itu. 

“Tidak.”

Hanya itu yang bisa Rowman katakan. Baginya sangat terlarang untuk berdekatan dengan makhluk itu. Namun setelahnya Hati Rowman bagaikan es yang mencair. Kedua mata coklat hazel itu memandangnya sedih. Tatiana pun demikian. Ia tak tega melihat wanita ini kesana kemari dengan menggendong bayi ditangannya. 

“Dad!”

“Jadi tidak bisa, ya.” Gadis muda itu menepuk pelan bungkusan yang berada ditangannya. Gadis itu membawanya dengan sangat hati-hati, namun terlihat aneh dimata Rowman. 

“Kami adalah vampir. Lebih baik kau pergi.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Rowan kejam amat langsung jujur kalo vampir ahhaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status