Zeline tersenyum menyambut kedatangan kedua sahabatnya, seperti biasa mereka akan berpelukan lama seolah-olah mereka sudah lama tidak bertemu.
"Kenapa kamu bisa ditolak Ze?" tanya Diya langsung setelah mereka duduk dikursi yang ada disana.
Zeline mengedarkan pandangannya kesetiap sudut toko memastikan jika mamanya tidak akan mendengarkan apa yang akan mereka bicarakan. Setelah dirasa aman, barulah Zeline kembali menatap kedua sahabatnya.
"Atasanmu yang menyebalkan itu memintaku untuk menjadi istrinya!"
"Apa?" pekik Diya terkejut dengan ucapan Zeline.
Zeline menarik tangan Diya untuk kembali duduk sembari berkata, "Bisa kecilkan suaramu! Bagaimana kalau mama mendengarnya?" kesal Zeline.
"Kamu bercanda Ze? Dia melamarmu? Pak Zayn benar-benar melamarmu?" tanya Diya antusias.
"Benar-benar kecantikanmu membawa keberuntungan Ze, baru bertemu sudah dilamar oleh pria tampan idaman para wanita, ya meskipun terkenal arogant!" ujar Nena.
"Bukan beruntung, tapi buntung. Dia tidak melamarku, melainkan memaksaku!" jawab Zeline terdengar frustasi.
"Kalau aku jadi kamu, aku tidak akan menolaknya Ze. Tanpa dipaksapun aku mau menjadi istrinya," ungkap Diya membuat Zeline jengah mendengarnya.
"Apa yang membuat kalian menyukainya? Hanya karena dia tampan, kaya, atau apa? Masih banyak pria tampan lainnya diluar sana," tanya Zeline yang merasa biasa saja menilai Zayn, justru ia merasa Zayn sangat menyebalkan.
"Ze, memang banyak yang tampan, tapi dia itu paket komplit sebagai seorang pria, Ze!" seru Diya yang diangguki setuju oleh Nena.
"Perasaan kemarin kamu mengatakan dia Arogan dan kejam," ucap Zeline menatap Nena.
"Iya tapi bukan berarti aku tidak mengaguminya Ze. Siapa wanita yang tidak tertarik padanya? Mungkin hanya kamu. Lama-lama aku merasa ragu padamu Ze," jawab Nena membuat Zeline melototkan matanya.
"Kamu pikir aku ... "
"Habis kamu tidak pernah tertarik dengan pria manapun!" sahut Nena memotong kalimat Zeline.
"Bukan tidak tertari Na, hanya saja belum waktunya memikirkan kearah sana. Kalian tau bagaimana posisiku saat ini, dan apa tujuanku!" lirih Zeline.
"Tidak ada salahnya mencoba membuka hatimu Ze, dekat dengan pria bukan berarti kamu tidak bisa menggapai tujuanmu."
"Aku rasa menikah dengan Pak Zayn tidak ada salahnya, yang ada malah keberuntungan Ze," sahut Diya.
"Harusnya sebagai sahabat, yang kalian tanyakan itu 'Kenapa bisa dia memintaku untuk menjadi istrinya, bukan justru mendorongku menerimanya!' cetus Zeline.
"Aku baru aja mau tanya!" sangkal Nena terkekeh.
"Kenapa dia mengajakmu menikah Ze? Apa jangan-jangan sebelumnya kalian sudah pernah bertemu, lalu dia terjebak cinta pandangan pertama padamu," tanya Nena mendapat jitakan dikeningnya oleh Diya.
"Kebanyakan nonton sinetron!" sindir Diya.
"Kalau bukan, lalu kenapa dia bisa mengajakmu menikah sedangkan kalian tidak saling mengenal?" tanya Nena lagi sembari mengusap keningnya.
"Dia bilang pernikahan ini akan saling menguntungkan, dimana aku bisa hidup mewah karena dia akan memberikan apa yang aku inginkan, namun sebagai gantinya dia juga diuntungkan dalam pernikahan ini. Aku belum tau lebih jelasnya keuntungan seperti apa yabg dia dapat dari pernikahan ini, yang jelas bawahannya mengatakan jika aku tidak akan dirugikan dalam hal ini," jawab Zeline.
"Ze, itu kesempatan yang bagus Ze. Terima saja!" ucap Diya.
"Tapi ini seperti mempermainkan sebuah pernikahan Di, aku tidak bisa!" jawab Zeline memelas.
"Mempermainkan atau tidak itu tergantung dari kalian Ze, mungkin semua diawali dengan sandiwara karena saling menguntungkan bagi kalian. Tapi, siapa tau jika ini semua adalah jalan dari Tuhan mempersatukan kalian, mungkin saja kalian memang ditakdirkan berjodoh!" sahut Nena.
"Kamu juga setuju aku menikah dengan pria menyebalkan itu?" tanya Zeline menatap Nena yang menganggukan kepalanya.
"Bukankah disini kamu juga sangat memerlukan semua yang ia tawarkan Ze? Bukankah tujuan hidupmu memberikan kebahagiaan, dan hidup yang berkecukupan untuk keluargamu? Maka terimalah, anggap ini sebagai jalanmu memperjuangkan kebahagiaan keluargamu! Dia juga sudah berjanji jika kamu tidak akan dirugikan dalam hal ini, maka terimalah Ze!" terang Nena.
"Bagaimana jika suatu hari nanti dia menceraikan aku? Apa aku akan menjadi janda diusia mudaku? Apa pendapat orang-orang nantinya, bagaimana juga dengan Mama nantinya?" tanya Zeline.
"Tante pasti mengerti Ze, semua tau kamu tidak mungkin melakukan kesalahan. Bukankah disini kalian sama-sama diuntungkan? Maka terima saja selagi dia menepati janjinya untuk tidak membuatmu rugi dalam hal apapun!" saran Diya untuk Zeline yang terdiam mencoba mencerna ucapan kedua sahabatnya.
"Kalian yakin?" tanya Zeline.
"Sangat yakin Ze, percayalah semuanya akan baik-baik saja. Kamu juga bisa memberikan semua yang terbaik untuk keluargamu, tante dan si kembar juga tidak akan merasa kekurangan lagi. Bukankah tujuanmu untuk membahagiaakan keluargamu?" tanya Diya.
"Terimalah Ze, kesempatan tidak datang dua kali. Selagi mereka tidak merugikanmu dan selagi kamu bisa menjaga dirimu. Maka semua akan baik-baik saja!" sahut Nena menyambung ucapan Diya.
"Baiklah, aku akan memikirkannya!" putus Zeline membuat kedua sahabatnya bernafas legah.
****
Di sebuah gedung yang menjulang tinggi, tepatnya dilantai teratas gedung tersebut. Zayn masih menunggu hasil dari pekerjaan sahabat sekaligus sekretarisnya yang ia minta untuk menjalankan rencananya.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk!"
"Bagaimana?" tanya Zayn pada Arya, yang baru saja masuk kedalam ruangannya.
"Aku sudah membeli tempat usaha keluarganya, aku yakin setelah ini dia pasti datang menyetujui permintaanmu, aku sudah menyelidiki betapa pentingnya toko roti tersebut untuk mereka. Bahkan Zeline sudah mulai menabung agar bisa membeli toko tersebut untuk Mamanya!" jawab Arya.
"Baguslah, kamu selalu bisa diandalkan."
"Sella, sebentar lagi kamu pasti akan datang dan memohon untuk kembali padaku!" gumam Zayn dengan senyum devilnya.
"Ingatlah untuk menepati janjimu, Zayn. Jangan sakiti dia, cukup kamu memanfaatkannya saja. Sekali lagi aku minta, tolong jangan menyakiti wanita baik sepertinya," ucap Arya kembali menegaskan.
"Kamu selalu saja mengatakan dia wanita baik, tidak ada wanita yang benar-benar baik zaman sekarang ini Ar. Kita lihat saja nanti, sebaik apa wanita yang kamu puji-puji tersebut!" imbuh Zayn.
'Aku justru berharap pernikahan yang kamu anggap sebuah permainan ini, akan menjadi pengikat antara kamu dan Zeline selamanya. Wanita sepertinya tidak lantas dimanfaatkan seperti ini, aku berharap kehadirannya akan membuka pintu hatimu, Zayn!' ucap Arya dalam hati.
"Apa dia pernah atau sedang terikat hubungan dengan pria lain?" tanya Zayn tiba-tiba.
"Aku sudah memberikan semua informasi tentang Zeline pada berkas yang aku tinggalakn kemarin, kamu tidak melihatnya?" tanya Arya balik.
"Aku tidak ada waktu membaca semua tentang dia, sama sekali tidak penting. Yang terpenting dia cantik dan bisa diajak bekerja sama," jawab Zayn.
"Tidak, dia tidak terlibat hubungan dengan pria manapun. Meskipun sanagt banyak pria yang mengejarnya, namun percayalah jika dia tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Bukankah sudah aku katakan jika dia wanita yang baik. Kamu tidak akan menyesal sekalipun kamu benar-benar menerimanya sebagi istrinu!" jawab Arya atas pertanyaan Zayn sebelumnya.
"Keluarlah, aku masih banyak pekerjaan. Aku rasa kamu juga banyak pekerjaan!" usir Zayn yang merasa jengah dengan Arya karena selalu memuji Zeline.
"Baiklah, aku permisi!" jawab Arya sebelum keluar dari ruangan Zayn.
"Tidak ada wanita baik yang akan menerima pernikahan seperti ini, dia menerimanya sama saja artinya jika dia sama seperti wanita lainnya yang menggilai uang." gumam Zayn.
Keesokan harinya. Setelah semalaman berpikir, Zeline akhirnya memutuskan akan menemui sekretaris Zayn yang bernama Arya. Karena hanya kontak Arya yang ia miliki lewat kartu nama yang sebelumnya Arya berikan.Sebelum memutuskan, Zeline juga sudah berusaha menemui pemelik toko berharap sang pemilik tempat dimana mamanya membuka usaha mau berbaik hati membiarkan A3 bakeri tetap berdiri disana, namun tetap saja pemilik toko tersebut mengatakan jika tempat tersebut sudah dibeli oleh orang lain dengan harga tinggi yang Zeline sangat yakini adalah Zayn Dastan. Zeline berjanji pada dirinya sendiri jika nanti saat ia resmi menikah dengan Zayn, ia pastikan toko tersebut akan berlih nama menjadi nama Mamanya."Jika benar ini bisa saling menguntungkan, ayo kita lakukan!" gumam Zeline keluar dari kamarnya."Ze, kamu mau kemana?" tanya mama Zeline saat melihat Zeline menuruni anak tangga dengan penampilannya yang sangat rapi dan tentunya juga sangat cantik."Mau bertemu se
"Baiklah, aku setuju!" ucap Zeline membuat Arya menghela nafas legah, sekalipun merasa iba dihatinya saat wanita cantik dan baik seperti Zeline akan terjebak hidup bersama Zayn. Seorang pria yang tidak lagi percaya cinta bahkan tidak mempercayai wanita. 'Semoga saja Zayn benar-benar menepati janjinya untuk tidak menyakitimu,' ucap Arya dalam hati. "Kamu sudah memikirkan dengan matang?" tanya Arya coba memastikan. "Aku sudah cukup berpikir, jika seperti yang kamu katakan pernikahan ini akan saling menguntungkan dan tidak ada yang dirugikan, aku tentu saja setuju! Aki tidak ingin menyangkal jika aku membutuhkan semua keuntungan yang kalian janjikan," ujar Zeline mantap dengan keputusannya. "Baiklah, sebelumnya ada beberapa poin dan syarat yang harus kamu pahami disini," tutur Arya yang ditanggapi serius oleh Zeline. "katakan! aku pendengar yang baik dan akan coba mengerti semuanya. Selagi tidak merugikan aku, aku akan menerimanya." "Tida
Tiga puluh menit kemudian, Zeline dan kedua sahabatnya sudah berkumpul di tempat mereka janjian. Zeline yang datang kesana diantar oleh Vero, tentu saja akan diburu pertanyaan oleh kedua sahabatnya yang dapat melihat sosok tampan bersama Zeline."Kak, kenalkan ini Diya dan ini Nena, sahabatku!" ucap Zeline memperkenalkan kedua sahabatnya pada Vero.Vero tersenyum ramah pada Nena dan Diya, bergantian menyambut uluran tangan kedua gadis cantik tersebut."Aku Vero!" ucap Vero dengan suara lembutnya membuat Nena dan Diya semakin mengaguminya."Aku langsung pamit ya, soalnya masih ada pekerjaan diluar. Senang berkenalan dengan kalian," ucap Vero lagi, pada kedua sahabat Zeline lalu beralih menatap Zeline."kakak sungguh tidak ingin makan siang bersama kami?" tanya Zeline."kapan-kapan saja Ze, aku sungguh masih ada pekerjaan!" jawab Vero lembut mengusal rambut Zeline."Hemm, baiklah kalau begitu. Terima kasih ya sudah mengantarku," jawab Ze
Sore harinya, Zayn tiba dikediaman kedua pasangan yang telah membesarkannya selama ini, untuk memulai semua rencananya dimulai dari keluarga."Selamat datang Tuan!" sapa para pelayan menyambut kedatangan Zayn. Zayn melewati semua pelayan tanpa niat sedikitpun menjawab mereka. Dengan langkah tegapnya, ia menuju ruang keluarga yang ia yakini dimana orang yang ingin ditemuinya berada.Zayn tersenyum saat tebakannya benar, dimana kedua orang yang ingin ditemuinya sedang asik menonton berita di tv. Lahkah kakinya terus berlanjut menghampiri keduanya."Selamat sore Kakek, Nenek!" ucap Zayn lembut menyalami kedua pasangan yang sudah lanjut usia tersebut."Sore Zayn, tumben kamu datang berkunjung saat hari kerja, pasti ada keperluan ya?" tanya Nenek tertawa, karena benar yang ia katakan, sebab setelah Zayn memilih untuk tinggal sendiri dirumah yang ia beli beberapa tahun yang lalu. Zayn jarang berkunjung jika bukan hari libur, untungnya kesibukan Zayn bisa dimengerti
Seperti biasanya, dimanapun Zeline berada pasti akan mencuri perhatian setiap orang baik itu laki-laki ataupun perempuan untuk terus tertuju padanya. Hampir semua orang mengagumi kecantikan yang dimiliki Zeline, ditambah lagi dengan sikapnya yang ramah menjadi nilai tambah untuknya.Zeline yang hanya menggunakan dress navy sederhana tanpa lengan dengan panjang selutut, dipadukan dengan flat shoes berwarna hitam bisa terlihat sangat cantik jika digunakan olehnya. Sesuatu yang sederhana akan terlihat sempurna tergantung siapa yang menggunakannya. Kalimat tersebut seakan sangat cocok untuk Zeline.Zeline selalu membalas sapaan setiap orang yang menyapanya. Dengan langkah santainya, ia menuju kearah resepsionis."Selamat datang di Dastan group, ada yang bisa saya bantu?" ucap wnita yang berdiri dibalik meja resepsionis dengan sopan pada Zeline."Saya ingin bertemu dengan tuan Zayn Dastan!" jawab Zeline ramah."Apakah sebelumnya anda sudah memiliki janji tem
Zayn terdiam berdiri tak jauh dari Zeline menatapnya yang merutuk melihat phonselnya. Senyum Zayn kembali terbit mendengar rutukan Zeline yang terus saja mengumpatnya.'Dia benar-benar cantik, seperti apapun penampilannya tetap saja membuatnya selalu terlihat sempurna. Baguslah, dengan begini rencanaku akan berjalan dengan sangat mulus!' batin Zayn."Hemm... Hemm... " suara deheman Zayn mengalihkan Zeline dari pokusnya, lalu mendongak menatap Zayn yang sudah berdiri dihadapannya."Apa tidak bisa lebih lama lagi anda membuatku menunggu?" ucap Zeline kesal meluapkan emosinya, membuat sebagian orang yang mendengar begitu terkejut saat melihat dan mendengar atasan mereka yang terkenal dingin dan sangat arogant itu dibentak oleh seorang perempuan."Lihatlah, dia bahkan berani membentak tuan Zayn. Aku rasa hubungan mereka begitu dekat, apa jangan-jangan wanita itu kekasihnya tuan Zayn?" ucap wanita dibalik meja resepsionis bergetar ketakutan."Aku banyak peke
Seisi kantor kembali dibuat heboh setelah melihat pemandangan yang baru saja melintas dihadapan mereka, pemandangan dimana atasan mereka berjalan dengan menggandeng tangan seorang perempuan menuju mobilnya. Belum lagi saat melihat bagaimana atasan mereka dengan sigapnya membukakan pintu mobil untuk wanita tersebut yang tidak lain adalah Zeline."Ingat, jangan pernah bawa perasaan dalam hubungan ini!" ucap Zayn tegas mengakhiri keheningan yang terjadi didalam mobil, saat amerkea sudah dalam perjalanan menuju kediaman Zeline. Seperti yang disarankan oleh Arya sebelumnya, Zayn mengikuti saran Arya untuk mengantakan Zeline pulang untuk sengaja memperkihatkan pada penghuni kantor tentang kedekatan mereka."Kamu tenang saja!" jawab Zeline santai tanpa menatap Zayn sebab pandangannya menatap kearah luar jendela mobil."Bukankah pernikahan ini akan diadakan tertutup, lalu kenapa penghuni kantormu boleh tau hubungan kita?" tanya Zeline menatap sekilas pada Zayn.
Zeline yang telah selesai mandi dan menunaikan sholatnya, sekarang tengah berdiri di depan pintu lemari pakaiannya. Menatap dan memilih pakaian seperti apa yang akan ia gunakan untuk berkunjung ke tempat keluarga Zayn.Beberapa Dress yang ia miliki ia keluarkan dari dalam lemari dan meletakannya diatas tempat tidur.Pilihan Zeline jatuh pada dress berwarna mustard yellow dengan panjang dibawah lutut. Dress casual, namun terlihat elegant, apalagi jika Zeline yang menggunakannya. Ia mulai menggunakan dress tersebut, setelah itu kembali menatap pantulan dirinya dicermin."Ini sepertinya pas, aku akan menggunakan ini saja," gumam Zeline.Tok... Tok... Tok..."Nggak dikunci!" ucap Zeline lantangSesaat kemudian pintu kamarnya terbuka dan menampakkan sosok Arini yang masuk kedalam, sembari tersenyum menghampirinya."Ma, bagus nggak?" tanya Zeline menghadap mamanya."Apapun yang dikenakan olehmu selalu terlihat bagus nak. Ini bu