Share

Tidak Ada Yang Gratis Di Dunia Ini

Siti tidak menyangka bila pria arogan di sampingnya ini, ternyata berani bersikap kurang ajar pada dirinya. Menggendong dirinya tanpa minta ijin lebih dulu. Mata Siti menatap Rayhan dengan penuh dendam.

"Kenapa? Dirimu kesal karena aku menggendongmu tanpa ijin dulu, begitu?" tanya Rayhan menebak dengan benar apa yang menjadi kekesalan Siti saat ini.

"Kalau aku minta ijin dulu belum tentu juga kamu akan memberiku ijin, yang ada justru tendangan mautmu yang akan melayang ke wajahku yang tampan ini," sahut Rayhan sambil mengelus-elus wajahnya. Bersikap narsis biar Siti semakin menjadi sebal. 

"Hoeeek!! Tampan dilihat darimana,hah? Dilihat dari puncak gunung lawu pake sedotan, masuk akal itu," jawab Siti sarkas sambil matanya menerawang lalu terbahak-bahak sendiri.

Rayhan menjadi kesal sendiri. Maksud hati ingin membuat Siti kesal justru dia yang kena batunya. Dia menambah kecepatan mobilnya, membuat Siti tanpa sadar mencengkeram lengan Rayhan dengan kencang. 

"Eh, yaaa... Gua belum mau mati. Gua belum merit. Gua juga belum pernah ciuman. Gua masih pengen ngerasain ena-ena dulu. Gua ogah mati pokoknya. Setop-setop," teriak Siti kian heboh.

Huahahahaha. Rayhan ngakak sengakak-ngakaknya di dalam hatinya. Sumpah. Ini cewek geblek juga ya, serunya dalam hati sambil melirik ke arah Siti yang belum juga melepaskan tangannya dari lengannya. 

Mendadak Rayhan menginjak rem, sehingga kening Siti sukses mencium dashboard mobil mewah itu. Cengkraman tangan Siti terlepas dari lengan Rayhan, namun sayang dahinya harus menjadi korban.   

"Niat banget ya buat orang terluka. Central lock opened," seru Siti sambil mengelus-elus  keningnya yang mulai agak membesar setengah bulatan bakso. Rayhan terkejut. Bagaimana bisa gadis aneh ini tahu kata perintah yang ia buat untuk membuka pintu mobilnya. Padahal baru kali ini gadis ini naik mobil mewahnya.

Siti melenggang keluar dengan santainya sambil mengelus keningnya yang membesar lebih dari sebelumnya, tanpa menanggapi tatap keheranan Rayhan gegara ia mengucapkan kata ajaib untuk membuka pintu mobil mewah pria arogan itu.

"Hei, memang ini jalan ke rumah kamu?" tanya Rayhan setengah berteriak. Siti tetap saja berjalan tanpa mengindahkan teriakan Rayhan. Rayhan segera menyusul Siti sambil membawa kresek berisi martabak yang tadi dibelinya. 

Tiba-tiba terdengar suara cempreng khas emak-emak tatkala memergoki anak gadisnya pulang terlalu malam bersama laki-laki asing yang tidak ia kenal.

"Siti Zulaikah!! Kenapa baru pulang sekarang? Emak tadikan sudah bilang jangan pulang malam-malam dan jangan mampir kemana-mana.. pesanan emak mana? Martabak yang emak pesan mana??" omel sang emak panjang dengan ujung-ujungnya menagih pesanannya.

Martabak! Martabaknya mana?? Siti mendadak bingung. Ia segera memutar tubuhnya mencari sosok pria arogan yang tadi berteriak-teriak memanggilnya. Ia berlari kembali menuju ke mobil mewah yang ia lihat masih terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri. Siti menarik nafas lega. Si arogan masih di sana, ia langsung berjalan cepat menghampiri Rayhan yang pura-pura sibuk menelpon seseorang. 

Rayhan tersenyum licik. Tidak segampang itu kamu mengambil martabak ini, batinnya sambil menyunggingkan senyuman licik di wajah tampannya. Tidak ada yang gratis di dunia ini

"Hey, mana martabaknya tadi?" tanya Siti tanpa adab sopan santun samasekali. Tanpa memanggil nama dan main perintah saja.

"Ngomong sama siapa?" tanya Rayhan acuh sambil memasukkan ponselnya kembali ke saku celananya.

"Ya situlah masakan aku ngomong sama si gagah Optimus Prime," jawab Siti sedikit ketus.

"Dua ratus ribu," Rayhan menagih uang yang sudah ia keluarkan untuk mendapatkan martabak itu.

"Haah, mahal beeng, biasanya juga cuma habis 20 ribu," protes Siti. 

"Ogah gue. Mending beli sendiri, genjot sepeda mini gua," jawab Siti lantang. Ia lupa bila sepeda mini miliknya masih berada di samping toko.

" Ya udah, sana ambil sepedanya sana," jawab Rayhan acuh. Ia langsung membuka pintu mobilnya sambil kembali membawa kresek yang berisi martabak masuk ke dalam mobil bersamanya.

"Eeee, tunggu..tunggu dulu," cegah Siti.

"Ya, udah ya udah...mana martabaknya. Ni 50 ribu dulu sisanya bulan depan. Uangku  tinggal segitu.. udah cepetan mana martabaknya..." ujar Siti terus memaksa Rayhan untuk menyerahkan kresek itu.

"Kamu nggak perlu bayar ini martabak, asalkan kamu mau menuruti permintaanku," jawab Rayhan memberikan syarat kepada Siti.

"Ya amplop, pake syarat segala, ya udah apa syaratnya, keburu emak nyusul ke sini lagi," ucap Siti gusar.

"Datang ke rumahku besok malam minggu untuk makan malam bersama kedua orang tuaku. Tidak menerima penolakan," ujar Rayhan. Siti mendadak terdiam. Ini pasti akibat kejadian kemarin, karena pria arogan ini mengakui dirinya sebagai calon istrinya. Siti masih terdiam, sibuk dengan tebakannya sendiri.

"Ayo, biar aku antar kamu ke rumah, biar ibu kamu itu tidak  lagi jadi tarzan kemalaman," ujar Rayhan dengan nada memaksa lalu meraih  tangan Siti kemudian menggenggamnya. Siti hanya diam saja. Rasa malas untuk membantah Rayhan tiba-tiba datang menyergapnya. Rayhanpun dengan tanpa penolakan yang berarti dari Siti, berjalan dengan menggenggam tangan Siti dengan tangan kanannya, sedang tangan kirinya membawa kresek berisikan martabak telur.

Sesampainya di depan rumah, Siti melepaskan genggaman tangan Rayhan dan mulai memanggil emaknya.

"Mak, pesanannya udah datang nih," seru Siti seraya hendak menghempaskan tubuhnya di kursi yang tersedia di teras rumahnya, sambil meletakkan  kresek yang berisi martabak itu di atas 

Rayhan tidak membiarkan Siti untuk duduk. Ditariknya lagi tubuh Siti, untuk kembali berdiri di sampingnya. Tak lama kemudian, kedua orang tuanya datang menghampiri mereka.

Lina, sang emak memandang penuh curiga ke arah Rayhan, mengapa anak perempuan satu-satunya bisa bersama dengan pria dewasa nan tampan yang saat ini berdiri di samping sang putri sambil saling bergenggaman tangan. Lantas ini, mengapa ada banyak sekali martabak di dalam kresek hitam.

Menangkap kebingungan di wajah wanita paruh baya itu, Rayhan langsung membuka bibirnya,  menjelaskan apa yang tengah terjadi. Akhirnya, setelah mendengar penjelasana dari Rayhan, Lina kemudian mempersilahkan Rayhan duduk di samping kursi yang diduduki Siti.

"Jadi, kedatangan saya kesini untuk meminta ijin pada bapak dan Ibu, Apakah saya di perbolehkan untuk mengajak Siti  makan malam bersama keluarga saya besok malam minggu?" ucap Rayhan hati-hati, mencoba menjadi pria baik-baik di depan calon besan pura-puranya. Dia terpaksa bersikap begini agar usahanya menggagalkan perjodohan orangtuanya berhasil meski hanya untuk beberapa waktu saja. Sangat jauh dari sifatnya yang angkuh, dingin dan tidak mau dibantah siapapun.

"Boleh-boleh saja, tapi anak emak jangan di suruh berangkat sendiri. Kamu jemput dia besok," jawan Lina dengan memberi satu syarat itu tadi.

"Siap, Bu. Besok saya akan jemput Siti satu jam lebih awal," jawab Rayhan semangat empat lima.

" Trus, kapan kamu akan melamar Siti?" tanya Lina langsung berhasil membuat Rayhan dan Siti tersedak seketika. Siti langsung mencak-mencak tidak karuan mendengar pertanyaan emaknya yang menghancurkan kredibilitas dirinya sebagai gadis yang anti mengemis cinta.

"Emaaakk! Ngomong apaan sih? Malu lah mak nodong-nodong orang buat ngajakin anaknya nikah," keluh Siti menahan malu. Rayhan tersenyum dalam hati. Kenapa gadis ini makin diliat makin lucu, batinnya.

"Secepatnya, Mak.. Terserah Sizu saja mau minta dilamar kapan?" ujar Rayhan menambah keruh suasana dan membuat sang emak semakin salah paham. Siti langsung memukul keras lengan Rayhan disertai tatapan galaknya.

"Kamu tidak sedang mempermainkan anak saya kan?" sentil emak dengan kata-kata yang berubah menjadi serius, sambil menatap tajam Rayhan. 

"Awas kalau sampai kamu mempermainkan anak gadisku ini. Meski wajahnya datar, nggak ada cantik-cantiknya, tapi kalau dia sampai kamu sakitin, emak akan menyunatimu puluhan kali!" Ancaman Lina membuat Rayhan bergidik ngeri. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status