Share

Bab 3 Lovely Date

Pagi yang cerah untuk hari yang spesial. Sang arunika tampak tersenyum pada dunia yang indah. Pagi ini Rayan dan Allura Berencana untuk pergi ke dokter kandungan. Mereka berdua sudah merundingkan ini semalam, bahwa mereka menginginkan seorang anak untuk melengkapi keluarga kecil mereka. Betapa sempurnanya keluarga mereka dengan kehadiran sang buah hati nantinya.

“Bangun Sayang, sudah pagi.” Rayan mengecup pipi Allura yang masih terpejam.

“Hmm ....” Allura hanya menggeram.

“Bangunlah, pagi ini kita akan pergi ke dokter kandungan. Kamu ingat?” ucap Rayan.

“Iya Mas,” jawab Allura lirih. Ia mengucek matanya sebelum benar-benar tersadar.

“Mas mandi duluan ya.”

“Iya Mas. Adek akan memasak sarapan untuk kita,” ujar Allura. Ia pun duduk untuk bersiap.

“Tidak usah Sayang. Hari ini Mas tidak ingin kamu kelelahan. Lagi pula ini hari libur, waktunya untuk kita menikmati hari. Mas akan mengajakmu jalan-jalan seharian ini. Pagi ini kita sarapan di rumah makan padang gimana?” tanya Rayan.

“Apapun yang Mas pilih, Adek akan setuju. Khusus untuk hari ini,” jawab Allura.

“Terima kasih istriku tercinta.” Rayan mengecup kening Allura lalu masuk ke kamar mandi.

Allura bangun dari duduknya dan merapikan tempat tidur. Meskipun Rayan menyuruhnya untuk menikmati hari libur dan tidak ingin Allura merasa lelah, istrinya itu tidak bisa meninggalkan kegiatan bersih-bersih rumah sekali pun. Baginya, itu adalah kewajiban seorang perempuan. Siapa lagi selain dia yang harus membersihkan rumah ini? Ia tidak ingin membuang-buang uang hanya untuk menyewa seorang pembantu. Jika bisa dikerjakan sendiri, kenapa harus orang lain. Apalagi Allura memang sudah terbiasa bersih-bersih sejak ia kecil. Itulah mengapa didikan sejak dini sangat penting untuk kita.

Setelah membersihkan tempat tidur dan menyapu rumah, Allura Menyiapkan pakaian yang akan dipakainya dan Rayan nanti.Tak lupa juga barang-barang yang akan dibawanya untuk hari ini. Entah ke mana saja Rayan akan mengajaknya pergi, Allura hanya tahu dia akan pergi seharian untuk menikmati hari liburnya berdua, persis seperti pasangan yang akan berkencan.

Rayan sudah bersiap untuk berangkat sebentar lagi. Sementara Allura baru saja selesai mandi. Selama menunggu Allura siap, Rayan menyiapkan kejutan untuknya nanti malam. Ia terus fokus ke layar ponsel dan membalas beberapa pesan. Ini memang kejutan yang mendadak, tetapi ia ingin yang terbaik untuk istrinya itu. Setelah Allura siap, mereka pun segera bergegas untuk pergi sarapan lebih dulu.

Beberapa jam kemudian, sampailah mereka di tempat tujuan. Rayan merangkul pinggang Allura dan berjalan masuk. Ia memesan dua porsi nasi padang original dan es jeruk. Ia juga memesan beberapa kotak dimsum sebagai camilan atau makanan penutup. Di sana mereka melakukan pembayaran di awal, jadi tidak usah repot untuk menyiapkan uang setelah selesai makan.

“Apa Adek benar-benar yakin tidak ingin resign saja? Mas hanya tidak ingin kamu lelah nantinya,” ujar Rayan pada Allura. Mereka berdua masih duduk menunggu pesanan datang.

“Adek yakin Mas. Mas tidak perlu khawatir, Adek akan jaga kesehatan kok,” jawab Allura.

“Baiklah, tapi jika ada apa-apa nantinya Adek harus bilang kepada Mas ya.” Rayan tampak sangat khawatir.

“Iya Masku yang bawel,” ucap Allura gemas. Ia pun mencubit pipi Rayan pelan.

Beberapa menit kemudian, pesanan mereka sudah siap. Rayan dan Allura mulai menyantap makanan masing-masing. Sesekali mereka berdua saling suap-suapan. Ah, romantis sekali. Bagaimana orang tidak iri melihatnya?

Setelah dirasa perut sudah kenyang, barulah mereka bersiap untuk konsultasi ke dokter kandungan. Selama di perjalanan, mereka berdua ditemani lagu-lagu romantis yang sengaja Rayan siapkan sebelum berangkat tadi pagi. Terkadang Rayan ataupun Allura mengingat-ingat masa lalu mereka. Mulai dari pertemuan, munculnya rasa cinta, hingga mereka memutuskan untuk menikah. Semua terasa sangat singkat. Setengah jam berlalu, mereka pun sampai di rumah sakit Citra Husada.

“Biar Mas saja yang antre, Adek duduklah di sini,” pinta Rayan.

Allura mengangguk paham.

Rayan pun pergi untuk mengambil nomor antrean. Sementara Allura duduk di kursi tunggu.

Allura melihat banyak ibu-ibu hamil yang sedang menunggu gilirannya untuk diperiksa. Ia memegang perutnya dan membayangkan betapa bahagianya ia bisa menjadi seorang ibu nanti. Rayan kembali setelah mendapat nomor antrean, ia pun duduk di samping Allura.

“Bapak Rayan dan Ibu Allura,” panggil seorang bidan dari dalam ruangan.

Rayan dan Allura pun berdiri dan segera masuk ruangan. Mereka berdua mulai diperiksa oleh dokter dan berbincang-bincang dengannya mengenai program hamil yang akan dilakukan mereka sebentar lagi. Setelah hasil dari pemeriksaan keluar, dokter itu membicarakannya dengan Rayan dan Allura.

“Bagaimana Dok?” tanya Rayan.

“Kondisi Pak Rayan dan Bu Allura sehat. Rahim Bu Allura juga bagus. Kalian sudah sangat siap untuk memiliki anak sekarang,” jelas Dokter. Rayan dan Allura pun tersenyum bahagia mendengar itu.

“Terima kasih Dok,” ucap Rayan menjabat tangan Dokter lalu keluar dari ruangan.

Rayan sangat bahagia setelah pergi dari rumah sakit. Senyumnya tidak pernah pudar selama perjalanan. Allura yang melihatnya pun sangat bahagia. Ia tahu betapa bahagianya Rayan ketika menjadi seorang ayah nanti. Sekarang saja Allura sangat dimanja olehnya, apalagi ketika ia mengandung anak mereka. Bagi seorang suami, menjadi ayah adalah hal paling indah dan sangat membahagiakan. Saat ia akan mendengar suara tangisan pecah setelah sang istri berjuang antara hidup dan mati. Anak adalah anugerah terindah untuk pasangan suami istri.

Rayan mengajak Allura pergi ke pantai. Itu adalah kejutan untuknya. Menghabiskan waktu bersama dengan sangat romantis. Bahkan ini adalah kencan terindah yang pernah mereka lakukan selama ini.Rayan memperlakukan Allura layaknya ratu kerajaan. Ia ingin menjadikan hari ini, hari yang sangat spesial bagi mereka berdua.

Berdansa berdua di tepi pantai. Menikmati belaian angin yang sejuk. Entah kenapa alam sangat mendukung pasangan itu. Sang surya tidak ingin menyengat dan membuat mereka mudah lelah. Awan pun berhembus ke sana kemari dengan damai. Ombak pantai yang menerjang pelan di kaki mereka membuat seperempat pakaian mereka basah. Rayan dan Allura bermain kejar-kejaran layaknya anak kecil. Tertawa ria bersama dengan kebahagiaan yang tiada tara. Dunia seakan hanya milik berdua. Tak peduli orang lain iri akan kemesraan yang dilihatnya. Pasutri itu terus bersikap romantis satu sama lain.

Setelah lelah bermain kejar-kejaran, Rayan dan Allura Pergi membeli lumpia goreng yang disiram bumbu kacang. Makanan khas di pantai Bali itu memang sangat cocok untuk dimakan setelah bermain di pantai. Baju dan kulit mereka berdua dihiasi beberapa pasir putih yang menempel. Rayan tidak membiarkan Allura memesan untuk porsinya sendiri. Ia ingin satu porsi berdua. Menyuapi Allura Sampai istrinya itu kenyang. Andai saja semua suami seperti Rayan, pasti tidak akan ada perceraian yang terjadi di rumah tangga setiap orang. Namun, Tuhan memang sudah memasang-masangkan kita dengan jodoh yang terbaik untuk kita. Semua orang punya jalannya masing-masing untuk mendapatkan jodoh itu sendiri.

Allura duduk bersandar di bahu Rayan. Menikmati indahnya senja yang sedang terjadi. Lembayung di ufuk barat seakan mengucapkan salam dengan senyumannya. Memberi pesan indah akan sore itu. Langit pun mulai menghitam. Menandakan sudah waktunya Rayan dan Allura pulang ke rumah. Sebelum itu, Rayan mengajak Allura untuk makan martabak manis langganannya.

Sesampainya di rumah, langit sudah benar-benar hitam. Hanya gemerlap rucika yang terlihat di atas sana. Menghiasi malam indah yang menjadi saksi bisu bersatunya dua insan. Rayan menggendong Allura ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh bersama. Jangan tanya apa yang terjadi di dalam sana. Tentu saja hanya mereka yang tahu.

Setelah acara mandi bersama selesai, Rayan kembali menggendong Allura dengan ala bridal style. Perlahan membaringkannya di ranjang yang sudah dihiasi bunga mawar merah. Rayan menyuruh seseorang untuk menaburnya di sana sebelum mereka pulang. Meletakkan beberapa lilin beraroma terapi di beberapa sudut kamar. Remang-remang cahaya dari lilin membuat suasana sangat eksotis. Allura sendiri sangat terpukau dengan desain yang dipersiapkan suaminya itu.

“Dek ...,” panggil Rayan lirih.

“Hmm.”

“Sekarang ya ....” Rayan menatap Allura dalam. Seolah menjelaskan perkataan selanjutnya.

Allura mengangguk paham.

Rayan mencium kening Allura, lalu pipinya, dan bibir Allura yang tampak masih merah akibat perlakuan Rayan di kamar mandi. Perlahan ia melumat bibir Allura yang lama-kelamaan menjadi semakin ganas. Nafas mereka mulai memburu setelah beberapa menit saling berciuman. Rayan melepas ciumannya lalu beralih ke leher Allura. Allura memegang kepala Rayan dan sedikit menjambak rambutnya.

Kegiatan suami istri itu terus berlanjut ditemani angin sepoi-sepoi dari jendela. Menyatukan perasaan yang selama ini terpendam. Menikmati detik demi detik dengan peluh yang mulai luluh. Asmaraloka yang tercipta di antaranya seakan memikat romansa suasana. Sampai tidak sadar berapa lama waktu yang sudah berlalu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status