Share

Behind the Mask

Hari kedua di Superhero Inc., aku hanya menatap nanar ke layar komputer. Awalnya, aku heran, kenapa aku disuruh duduk di depan komputer? Aku kan ingin jadi superhero, bukan jadi karyawan back office sebuah bank swasta.

"Kamu desain sendiri kostum yang mau kamu pakai. Kalau sudah selesai, kamu pindahkan ke flashdisk. Nanti aku periksa," ucap Rock Ice sembari memberikan flashdisk berbentuk kepala Hello Kitty.

Jadilah sekarang aku mengerutkan kening di depan monitor. Aku sudah memilih warna dasar untuk kostumku. Hijau metalik. Go green! Di bagian lengan, aku menambah garis-garis hitam.

"Biar nggak ijo-ijo amat," ucapku sembari menarik garis menggunakan pena yang jadi salah satu tool dari aplikasi superhero costum creator ini.

Lalu aku menyematkan logo 'Superhero Inc.' di bagian dada kiri. Ini adalah logo yang wajib ada di setiap kostum superhero perusahaan ini. Seperti halnya pelindung kepala yang wajib dipakai shinobi Konoha. Beda dengan superhero indie yang bisa bebas memajang logo huruf S atau gambar laba-laba di bagian dada mereka. Kalau dipikir-pikir, superhero indie yang aku contohkan tadi memiliki gaya berpakaian seperti tokoh majalah Bobo yang memakai logo huruf B di kaosnya.

"Apa lagi ya?" Aku memegang dagu untuk mengaktifkan fungsi otak: berpikir.

Semenit berlalu kupakai untuk memeras otak.

"Ya udah, gitu aja," aku klik tombol save setelah merasa kalah dengan buntunya kreativitasku.

Selanjutnya, aku mendesain topeng. Aku tidak memilih topeng full face. Aku tidak mau ketampananku tersembunyi di balik topeng. Aku ingin memiliki topeng seperti model Rock Ice. Baiknya, aku memilih warna hitam untuk topengku. Topeng ini nantinya hanya menutupi mata. Kurang-lebih seperti topeng Robin. Ganteng.

Topeng sangat perlu dipasang di wajah setiap superhero. Agar identitas superhero tetap terjaga. Hal ini untuk menghindari drama penjahat menculik anggota keluarga dari superhero. Jika ada anggota keluarga atau kekasih, apalagi kucing peliharaan, yang disandera oleh penjahat, superhero bisa langsung labil dan kelabakan. Sehingga superhero tidak bisa berpikir jernih dan melupakan strategi penyelamatan. Kita bisa belajar dari film Superman v Batman: Dawn of Justice.

Fix. Aku sudah mendesain kostum dan topengku sendiri. Aku langsung save datanya dan memindahkannya ke flashdisk. Aku berikan flashdisk itu kepada Rock Ice yang sedang nonton Youtube di komputer sebelahku.

"Ada-ada saja kelakuan superhero zaman sekarang. Sedang menolong warga pun sempat-sempatnya nge-vlog," keluh Rock Ice yang sedang memutar video dari channel salah satu superhero.

Di video itu tampak seorang superhero narsis sedang menggotong pohon tumbang.

"Hello my friends! Back again with me, Falcon Boy. Gimana kabar kalian? Semoga semangat terus ya. Kayak gue. Hari ini gue masih semangat walaupun pagi-pagi disuruh gotongin pohon tumbang. Sebab pohon ini menutupi jalan, jadinya macet," cerocos superhero youtuber dalam video.

Kemudian, teman dari superhero itu teriak minta tolong dari belakang layar.

"Bang Falcon, saya ketiban pohon nih. Bantuin."

Superhero bernama Falcon Boy itu menoleh ke belakang sebentar, lalu kembali menghadap kamera.

"Sorry, guys. Kayaknya temen gue butuh bantuan. Nanti gue lanjut nge-vlog lagi ya. See you!" Si Falcon lalu terbang untuk mengangkat batang pohon yang menimpa badan temannya.

Video selesai di situ.

Rock Ice hanya memasang wajah masam. Dengan santai, dia menekan tombol jempol terbalik di video itu. Dislike.

Aku batuk kecil yang secara samar berbunyi, "Uhuk-haters-uhuk."

"Eh, Hino. Sudah selesai?" Rock Ice kaget kepergok dislike. Dia buru-buru close tab.

"Sudah. Silakan diperiksa, Bang." Aku menyerahkan flashdisk.

"Coba kulihat." Rock Ice langsung mencolokkan flashdisk ke CPU.

Rock Ice memeriksa hasil kerjaku. "Yah, not bad. Aku kira kamu mau ikutan pakai kostum warna biru sepertiku."

"Jangan. Nanti dikira couple." Aku cengengesan.

"Iya juga sih." Rock Ice manggut-manggut.

Aku nyengir.

"Ya udah, aku setujui desain kamu. Kamu udah bisa print. Kamu tinggal kasih file-nya ke bagian percetakan kostum. Ketemu dengan Pak Bob," ucap Rock Ice sembari meng-eject flashdisk miliknya.

Lalu kata-kata Rock Ice selanjutnya membuatku bengong.

"Dasar flashdisk jelek! Loading lama! Murahan! Dijual kiloan." Rock Ice memaki-maki flashdisk yang dicabutnya dari CPU.

"Flashdisk ini salah apa? Kok sampai dihina-hina, Bang?" Tanyaku bingung.

"Ini instruksi dari komputernya disuruh eject, ya aku eject beneran." Rock Ice menunjuk monitornya.

"Oh maksudnya ejek ya?" Aku meneteskan keringat di dahi. Tua-tua main plesetan.

"Nah, itu kamu tahu." Rock Ice menyerahkan flashdisk kepadaku.

Aku bangkit dari kursiku.

"Jangan lupa fitting dulu. Biar ukurannya pas," pesan Rock Ice.

"Siap." Aku acungkan jempol.

Ketika aku hendak meninggalkan mejaku menuju bagian percetakan kostum, Rock Ice menahanku.

"Eh, Hino. Sebentar..." ucap Rock Ice.

"Iya, Bang?" Aku menghentikan langkah.

"Fitting kostum superhero udah, fitting baju penganten kapan nih? Ciya!" Rock Ice menggodaku sambil menunjuk-nunjuk dengan kedua telunjuknya seolah menembakiku.

Aku hanya bisa tersenyum manis menanggapi candaannya.

"Emang Abang udah nikah?" Kubalas hinaannya dengan pertanyaan.

Rock Ice langsung balik badan, lalu pura-pura sibuk ngetik komentar di Youtube Falcon Boy.

***

"Ah, superhero baru ya? Kekuatan supermu apa?" Tukang jahit superhero mencoba beramah-tamah ketika mengukur lingkar pinggangku.

Namanya Bob. Seorang bapak-bapak beruban yang flamboyan. Mengingatkanku dengan Dokter Boyke berambut Draco Malfoy.

"Mengeluarkan tanaman dari tangan," jawabku.

"Wow!" Bob terkejut sampai menutupi mulutnya dengan tangan. "Salah satu kekuatan epik."

"Begitulah yang dibilang Rock Ice," tanggapku.

Epik. Bahkan aku tidak tahu sebesar apa potensi kekuatan yang ada di dalam diriku ini.

"Rock Ice ya. Rasanya baru kemaren dia membuatku kedinginan saat mengukur badannya," kenang Bob.

"Bagaimana bisa?" Aku sok-sok penasaran. Aslinya, biasa aja.

"Iya, waktu pertama memiliki kekuatan freeze itu, dia belum terlalu bisa mengendalikannya. Jadilah aku dibuatnya seperti di dalam lemari es. Di dekatnya, dingin banget," tutur Bob sambil memperagakan gerakan orang meriang.

Aku hanya tersenyum mendengar fakta bahwa Rock Ice pernah secanggung itu.

"Tapi Rock Ice sudah makin hebat sekarang. Sudah banyak penjahat super yang dibekukan oleh kekuatan epiknya tersebut. Rock Ice menyumbang banyak napi di penjara penjahat super yang ada di bawah gedung ini," cerocos Bob tanpa diminta.

Informasi yang aku dapatkan dari Bob sungguh mengejutkan. Aku baru tahu jika penjahat-penjahat super dikurung di bawah gedung ini. Bahkan aku baru tahu jika yang namanya penjahat super itu betulan eksis di negara ini. Ke mana saja aku selama ini?

Selesai fitting kostum, aku disuruh menunggu di ruang tunggu. Di sana, aku melihat-lihat katalog kostum superhero yang pernah dijahit oleh Bob.

Setengah jam menunggu, akhirnya kostumku jadi.

"Nih masih hangat," ucap Bob seraya menyerahkan kostum yang baru selesai dicetak.

Memang, kostumnya terasa masih hangat kayak fotokopian baru.

Aku langsung menuju kamar pas untuk menjajalnya.

"Wow!" Aku terpukau di depan cermin besar di depanku.

Aku si makhluk hijau metalik tampan. Orang-orang pasti tidak akan mengenaliku di balik kostum ini. Kostum ini membuatku setingkat lebih gagah.

Bahan kostumnya terasa adem dan elastis. Aku bisa bergerak bebas tanpa kegerahan.

Topeng yang aku pakai pun menempel di kulit wajahku seperti magnet. Entah terbuat dari bahan apa topeng ini, tapi aku nyaman memakainya.

Bob luar biasa.

Ketika aku sedang asyik mematut diri di depan cermin, tirai disibak oleh seseorang.

"Aw!" Sontak aku menutupi bagian bawah gesperku.

"Kok parno sih? Pede aja lagi. Kostum kamu bagus. Ya setidaknya lebih baik dari Superman yang celana dalamnya di luar," ucap Rock Ice setengah memuji. "Jangan kebanyakan narsis. Apalagi selfie dan diupload ke stori WhatsApp. Bisa bocor identitasmu nanti. Ayo, keluar."

"Ada apa ini, Bang? Buru-buru amat kayaknya?" Tanyaku merasa terusik.

"Aku sudah menjadwalkan kamu untuk ikut ujian kepemilikan gadget," terang Rock Ice.

"Ujian apa lagi itu?" Perasaanku sudah tidak enak jika mendengar kata 'ujian'. Nggak di kampus, nggak di perusahaan superhero, ada saja ujian yang bikin kegelisahanku menjadi-jadi. "Kali ini aku harus lawan makhluk apa lagi?"

"Lawan superhero baru lainnya," jawab Rock Ice tenang.

"Apa?" Aku terkejut.

***

Di depanku adalah taman besar yang membentuk labirin. Superhero-superhero baru sudah bersiap di garis start. Dari wanginya, kostum mereka masih baru. Sepertinya mereka seangkatan denganku.

"Kalian bertujuh harus bersaing untuk memperebutkan gadget di labirin ini. Kami sudah menyiapkan tujuh gadget yang nantinya akan jadi milik kalian dalam menumpas kejahatan. Jika ada gadget khusus yang kalian incar, kalian boleh menggagalkan superhero lain untuk mendapatkannya," ucap Rock Ice dari speaker.

Aku melihat kanan-kiri. Sainganku tampak sangat ambisius. Aku mendapati satu superhero cewek di antara mereka. Tapi aku masih belum mengerti, untuk apa gadget-gadget itu? Pedang laser, tameng baja, pistol kejut? Toh, aku sudah bisa menembakkan tanaman dari tanganku. Hanya dengan bakat alami saja, kemarin aku bisa mencambuk monster sampai K.O.

"Aku mengincar pedang laser," ucap superhero berkostum hitam di sebelah kananku.

"Tameng baja harus jadi milikku." Seorang superhero dengan kostum bercorak batik, tidak mau kalah dalam psy war sebelum pertandingan ini.

"Aku akan mendapatkan sebanyak-banyaknya gadget. Terutama payung terbang itu." Di sebelah kiriku, seorang superhero tambun terkekeh jahat.

Aku menatap lurus ke depan. Tujuanku hanya memastikan semua superhero baru ini mendapatkan gadgetnya masing-masing. Jangan sampai ada yang tidak kebagian. Dari dulu aku tidak suka dengan keserakahan. Dan di sebelahku ada seorang superhero yang memiliki sifat tamak tersebut. Ah, ternyata tidak semua superhero itu baik hatinya.

Rock Ice membunyikan sirine. Tanda ujian ini dimulai. Masing-masing dari kami langsung melesat ke dalam labirin.

Aku mengambil jalan yang sama dengan si superhero serakah. Aku tidak tahu dimana letak gadget tersembunyi. Yang terpenting hanyalah menggagalkan orang ini memenuhi nafsu liarnya.

"Belok kanan, belok kiri, lurus, belok kiri, belok kanan," cerocos si tamak sembari berlari berkelok-kelok.

Aku terus membuntutinya. Sampai akhirnya kami terjebak di jalan buntu. Si tamak balik badan dan langsung kaget mendapatiku berdiri kaku di belakangnya.

"Hei, kenapa kamu mengikutiku?" Tanya si tambun. Tangannya sudah memegang sebuah benda mirip peti. Isinya pasti gadget.

"Awas.." Aku tiba-tiba menunjuk wajahnya. Aku yakin wajahku tampak ketakutan.

"Ya, aku sudah mendapatkan satu gadget. Tinggal mengumpulkan gadget lainnya, maka aku bisa keluar dari sini dengan membawa semua gadget." Wajah si tamak makin mengerikan. Matanya berkilat licik.

Tapi bukan itu yang aku takutkan. Ada tokek di bahunya. Dan benar saja tokek itu langsung menggigit leher si tamak.

Aku pun teriak, "ADA TOKEK!"

Sejurus kemudian, petir menggelegar.

Sekejap aku teringat sebuah nama.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status