Share

SATU

Ramai, itu kata yang tepat untuk menggambarkan suasana di kelas Anne. 

Anne menghela nafasnya, jari jemari nya sibuk mengetik sesuatu di layar ponselnya.

"Anne," panggil teman sebangkunya.

Namun Anne tak menggubrisnya, ia masih fokus pada layar ponsel. Melihat Anne tidak menanggapinya, Naya pun menepuk pundak Anne.

"Anne!" 

Anne tersentak, ia pun segera menoleh pada Naya, dengan ekspresi bingung dan kaget.

"Eh, kenapa Nay? Maaf tadi gue gak denger, rame banget soalnya," kata Anne.

Naya mengerti, "Tugas seni menyanyi bahasa Inggris gimana? Lo udah punya kelompok?" 

Anne menggeleng, membuat Naya menghela nafasnya pelan.

"Emang ya, seorang Jeanne Clarissa gak bakal mau bergabung sebelum diajak! Ya udah gini aja, lo masuk kelompok gue ya," kata Naya.

Anne mengangguk, "Makasih Naya, eh tapi, kelompok kita siapa aja?"

"Gue, lo, Lucas, Ryan, sama Emilly," jawab Naya.

"Loh, cuma ber-lima? Kan harusnya ber-enam ya?" tanya Anne.

"Nah, maka dari itu, tugas lo mencari satu orang lagi buat masuk ke kelompok kita! Tapi usahakan yang bisa main gitar ya, biar gak jadi beban kayak Ryan tuh," kata Naya.

Ryan yang duduk dikursi depan Naya pun melirik, matanya menatap tajam Naya, membuat Naya tertawa garing.

Anne terdiam, entah kenapa tiba-tiba Anne teringat seseorang. Anne mengedarkan pandangannya ke kursi yang berada di pojok ruangan. Kursi itu milik Sam, pria yang tidak pernah berinteraksi dengannya dari awal pertama masuk ke sekolah. Sekarang Anne kelas 11 SMA, sudah 2 tahun ia dan Sam berada dikelas yang sama, namun keduanya tidak pernah mengobrol bahkan untuk sekedar menegur atau menyapa.

"Apa gue ajak Sam aja kali ya? Pasti dia gak punya kelompok," gumam Anne.

Walaupun Anne bergumam cukup pelan, tetapi Naya mendengarnya.

"Lo gila, kalau lo bakal ajak dia masuk ke kelompok kita," ucap Naya.

"Gila? Gue rasa lo terlalu berlebihan, dia itu sama kayak kita, Nay," kata Anne.

"Terserah lo aja lah, gue sih gak masalah lo mau ajak dia atau siapapun, asal lo sendiri yang berurusan sama dia, jangan seret gue ataupun anak-anak lain yang masuk ke kelompok kita," ujar Naya.

Anne tersenyum, "Tenang aja, gue sendiri kok yang bakal ajak dia!"

•••

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, 

"Mau pulang bareng gak, Anne?" ajak Naya.

"Enggak Nay, gue masih ada urusan disini, lo duluan aja," tolak Anne.

"Oh, yaudah, gue sama Emilly pulang duluan ya, bye," pamit Naya.

"Bye Naya, Emilly."

Anne sengaja pulang lebih lambat, karena ia tahu bahwa Sam tidak akan langsung pulang kerumah.

Ketika kelas sudah sepi, Anne menghampiri Sam yang sedang menidurkan kepalanya di meja, dengan telinga yang disumpal earphone.

"Sam," panggil Anne. Namun, Sam tidak menggubrisnya.

Dengan penuh keberanian, Anne melepas earphone milik Sam. Alhasil, Sam menoleh pada Anne.

"Apa-apaan sih lo!" Sam merebut balik earphone miliknya, dan menyimpannya pada saku baju.

"Sam, lo mau enggak sekelompok sama gue?" tanya Anne.

"Gak," jawab Sam dingin.

"Kok enggak mau sih?" Anne memasang wajah melasnya.

Namun Sam tetap tidak peduli.

"Awas, gue mau lewat," kata Sam, membuat Anne menyingkir dari tempatnya.

Melihat Sam meninggalkan kelas, Anne segera mengikuti Sam.

"Aduh, kenapa Sam jalannya cepat banget sih?" gerutu Anne, sambil berlari.

Karena terlalu fokus pada Sam, Anne tidak menyadari bahwa tali sepatu nya terlepas, hingga—

Brugh!

"Aw, sakit." Iya, Anne terjatuh.

Anne segera mengecek kaki nya yang mulus, "Huh, untung aja gak ada luka, tapi sakit banget ya ampun," ringis Anne.

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang terulur didepannya, membuat Anne menoleh, mencari tahu siapa pemiliknya.

Alangkah terkejutnya Anne, saat mengetahui siapa orang yang ada dihadapannya.

"Sam?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status