Sandra dan Andrew bermukim di sebuah ruangan pemantau. Mereka berdiri di belakang kaca sembari memantau dan mendengar percakapan antara Benedict dan Marilyn dengan pelaku penembakan melalui audio. Mereka memandang ke luar kaca dimana Benedict dan Marilyn berusaha mengulik informasi sebisa mereka sebab pelaku tersebut terus bungkam dengan enggan untuk mengangkat wajahnya untuk menatap orang yang sedang mengajaknya berbicara.
“Mario, katakan yang sejujurnya,” pinta Benedict dengan tegas.
Marilyn menghembuskan napas keras. Ia bangkit dari duduknya. Segalanya terjadi begitu cepat sampai membuat Benedict, Andrew dan Sandra terperanjat. Marilyn menarik revolvernya keluar dari holsternya lalu menodongkan moncong revolvernya pada kepala belakang Mario.
Mario yang awalnya terlihat tenang, mulai merasa gemetar. Ia memejamkan matanya kuat-kuat. Ia memang tidak takut dengan senjata api, tetapi ia takut mati dengan cara mengenaskan seperti ini. Apalagi dengan kep
Sandra melangkahkan tungkai jenjangnya masuk ke dalam kediaman ibunya, Sherine. Sudah bertahun-tahun sejak ia terakhir kali menginjakkan kakinya di tempat dimana ia tumbuh dewasa. Tak ada yang banyak berubah, hanya beberapa teknologi baru yang ditambahkan ke dalam rumah. Ia membawa tungkainya kakinya untuk mengelilingi rumah masa kecil. Ia sudah menghubungi Sherine sebab ternyata Sherine sedang mengerjakan beberapa pekerjaan di luar sana. Mungkin akan tiba satu jam lagi. Sandra menabirkan pandangannya ke seluruh ruangan. Namun, ada satu ruangan yang menarik atensinya. Ruang yang tertutup rapat dengan pintu ruangan berwarna coklat berat dengan dua pot tanaman di ke dua sisi pintu tersebut. Ukirannya membuat Sandra tertarik untuk masuk ke dalam ruangan itu. Ia memutuskan untuk melangkah masuk ke dalam ruang yang membuatnya tertarik. Kala ia mencoba untuk membuka pintu ruangan tersebut, pintunya terkunci dengan kata sandi, tetapi ia tak menyerah karena ia benar-benar pena
“Pria adalah Mars dan Wanita adalah Venus, Mereka dipisahkan oleh Bumi dan Bumi adalah sebuah Keegoisan.” Sebuah layar besar yang menyuguhkan seorang pria berpakaian rapih dengan wajah penatnya. “Kita harus kembali menyatukan pria dan wanita karena jika terus seperti ini, umat manusia akan punah dalam kurang waktu tiga puluh tahun ke depan. Peperangan sudah merajarela. Kami para petinggi benar-benar tak bisa diam lagi,” tukas pria berwajah penat itu. Kursi hitam berputar dan memperlihatkan seorang wanita dengan ranum merah gelap. Ia memandang layar besar di hadapannya dan menarik dingin kedua sudutnya ranumnya. ”Baiklah jika begitu. Penelitiannya segar akita lakukan.” Wanita itu bangkit dan melangkahkan tungkai jenjangnya keluar ruangan dengan wajah lenggangnya. Sementara, pria di layar menghilang, lalu beralih menjadi warna hitam legam.
Tempat : Bumi Tahun : 2100 Bumi sudah semakin terserompok dan hingar oleh manusia. Lingkungan semakin luluh lantak, tak ada lagi yang terserai. Bumi sudah tidak bisa memenuhi sumber daya alam bagi dua puluh enam koma lima milyar dan akan terus bertambah setiap menitnya. Populasi manusia di Bumi sudah tidak dapat dihentikan. Para pemerintah di seluruh dunia bersatu untuk menyelesaikan masalah ini dengan membuat sebuah peraturan bahwa untuk lima belas tahun ke depan tidak diperbolehkan adanya kehamilan. Namun, cara itu tidak efektif, bahkan tidak membantu sama sekali karena bagaimanapun wanita akan tetap hamil, walaupun mereka sudah melakukan banyak cara untuk mencegah kehamilan. Jika mereka benar-benar tidak ingin hamil, mereka harus mengangkat rahim mereka, tetapi jarang yang melakukan hal itu karena rahim adalah mahkota dan organ terpenting bagi wanita. Tanpa rahim, mereka
Tempat : Mars Tahun : 2135 Mars yang dulu dikenal sebagai planet tidak berpenghuni dan tidak mungkin dihuni karena kurangnya air, oksigen maupun atmosfernya. Sekarang sudah dihuni lebih dari delapan milyar penduduk dan akan terus berkurang. Untuk membuat Mars nyaman seperti Bumi, para peneliti menciptakan sebuah pelindung besar yang menyelimuti langit Mars. Pelindung itu bernama Skiologi yang berfungsi untuk membuat Mars memiliki gravitasi, oksigen, bahkan atmosfer yang sama seperti Bumi. Sekarang Mars terlihat mirip dengan Bumi. Pelindung itu juga mengatur agar Mars memiliki waktu yang sama dengan Bumi. Teknologi yang terus berkembang maju memang tidak dapat diterima akal dan sangat mengerikan. Bahkan, Skiologi dapat mengatur rotasi dan revolusi Mars agar sama dengan Bumi. Planet bebatuan dan berpasir ini sekarang berubah menjadi pla
Tempat : Venus Tahun : 2135 Venus yang sejak dahulu dikenal sebagai kembaran Bumi, sekarang benar-benar menjadi planet seperti Bumi. Venus memang dikenal sangat panas dan mustahil untuk dihuni, tetapi setelah penelitian puluhan tahun, alhasil para peneliti dapat menormalkan suhu Venus dengan Hygrometer. Hygrometer adalah sebuah alat yang sudah ditanamkan di dalam Venus untuk menjaga suhu Venus agar stabil dan sama seperti Bumi. Venus juga dilindungi oleh Skiologi yang sama seperti Mars. Sistem pemerintahan venus juga tak jauh berbeda dengan Mars, perbedaannya hanya gender yang memimpin. Venus dihuni oleh sepuluh koma lima milyar wanita dan akan terus berkurang. Venus sedang mengalami masalah besar karena penduduknya yang terus berkurang dengan sangat cepat karena banyak sekali terjadi bunuh
Christ mencuri pandang pada arloji melekat di pergelangan tangannya. Jam menunjukkan pukul empat sore. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya di pusat research Mars, ia seorang peneliti. Hari ini ia tidak bekerja sampai larut malam karena dirinya memutuskan berhenti dari pekerjaannya untuk sementara waktu karena hasratnya untuk meneliti Bumi yang semakin memuncak. Rasa keingintahuannya benar-benar sudah melewati batas normal. Ia tidak akan menahan diri lagi. Ia sudah mengirimkan surat lamaran berserta berkas lainnya yang dibutuhkan ke bagian Earth Research Asosiation. ERA adalah lembaga yang dibentuk presiden Mars dan Venus lima tahun yang lalu, lembaga ini bertugas untuk meneliti Bumi. Jarang terdapat penduduk Mars yang berminat untuk bergabung, tetapi jauh berbeda dengan Christ. Ia sangat menggebu-gebu. “Telepon masuk tuan.” Christ melihat layar kecil di mobilnya. Ia tidak mengenali nomor tersebut, tetapi ia mengenal nomornya ka
Sandra menutup map ditangannya lalu melayangkan pandangannya pada Alexa yang sejak tadi hanya diam terpaku di hadapannya dengan tatapan kosong. Ia merasa sedikit aneh dengan gelagat Alexa hari ini karena tidak biasanya Alexa hanya diam saja. “Alexa,” panggil Sandra. Tak ada jawaban. “Alexa,” panggil Sandra untuk ke dua kalinya. Masih tak ada jawaban. “ALEXA!” seru Sandra dengan intonasi meninggi. Alexa tersentak dan langung menoleh menatap Sandra. “Ada apa Bu Presiden?” tanyanya dengan terburu-buru. Sandra menatap cemas Alexa. “Apakah kau baik-baik saja?” Alexa mengangguk sopan. “Saya hanya sedikit tidak enak badan.” “Kalau kau ingin pulang, pulang saja,” suruh Sandra dengan lembut. “Tidak usah Bu presiden. Bu Presiden sebenarnya saya ingin meminta sesuatu. Apakah boleh?” tanyanya dengan hati-hati. Sandra mengangguk pelan. “Kakak saya yang seorang peneliti ingin meminta izin untuk pergi k
Christ dan Gerald memandang luar angkasa dengan sangat takjub. Untuk pertama kalinya mereka melihat Mars luar angkasa. Mereka baru menyadari bahwa planet yang mereka huni selama tiga puluh lima tahun lamanya sangatlah indah. Namun, ketika Spaceship mulai menjauh dan mereka hanya dapat melihat kegelapan. Mereka sadar jika luar angkasa sangat menyeramkan, gelap, luas dan tak berdasar. Christ memalingkan pandangannya dari luar. Terlalu mengerikan memandang keluar. Ia memutuskan untuk menutup jendela disampingnya dan membuka ipadnya yang setipis dan sebening kertas mika Gerald tidak begitu gusar kala melihat luar angkasa, ia hanya terbesit pemikiran bahwa ternyata ia hanya makhluk kecil di luasnya alam semesta dan luar angkasa lebih luas dari pada yang ia pikirkan selama ini. Gerald menggeleng pelan dan memutuskan untuk menarik selimutnya lalu memejamkan matanya. Sementara Calvin terlihat tidak terpukau dengan pemandangan gelap di luar karena ia sudah te