Share

Chapter 2 (Mars)

Tempat : Mars

Tahun : 2135

Mars yang dulu dikenal sebagai planet tidak berpenghuni dan tidak mungkin dihuni karena kurangnya air, oksigen maupun atmosfernya. Sekarang sudah dihuni lebih dari delapan milyar penduduk dan akan terus berkurang.

Untuk membuat Mars nyaman seperti Bumi, para peneliti menciptakan sebuah pelindung besar yang menyelimuti langit Mars. Pelindung itu bernama Skiologi yang berfungsi untuk membuat Mars memiliki gravitasi, oksigen, bahkan atmosfer yang sama seperti Bumi. Sekarang Mars terlihat mirip dengan Bumi. Pelindung itu juga mengatur agar Mars memiliki waktu yang sama dengan Bumi. Teknologi yang terus berkembang maju memang tidak dapat diterima akal dan sangat mengerikan. Bahkan, Skiologi dapat mengatur rotasi dan revolusi Mars agar sama dengan Bumi.

Planet bebatuan dan berpasir ini sekarang berubah menjadi planet hijau dengan sungai dan laut sama seperti Bumi. Semuanya benar-benar sama, bahkan tidak bisa dilihat perbedaannya lagi.

Namun, sekarang tidak ada lagi negara. Hanya ada satu pemerintah pusat dan dibantu dengan bawahan. Di Mars terdapat dua belas wilayah, yaitu wilayah Amerika, wilayah Cina, wilayah Rusia, wilayah Indonesia, wilayah Kanada, wilayah Jerman, wilayah Inggris, wilayah Prancis, wilayah Spanyol, wilayah Italia, wilayah Singapur, dan wilayah Korea. Setiap wilayah memiliki empat musim dengan waktu musim yang berbeda. Manusia di planet ini, sekarang memiliki sebutan berbeda, yaitu penduduk Mars. Selain itu, Mars dan Venus juga menetapkan peraturan bahwa planet harus dipimpin oleh kaum muda yang umurnya tidak lebih dari lima puluh tahun karena umat manusia sekarang menganut kepercayaan bahwa kaum muda lebih dapat dipercaya dari pada kaum tua.

Sejak umat manusia meninggalkan Bumi tiga puluh lima tahun yang lalu, semua berjalan seperti semestinya. Umat manusia semakin berkurang dalam rentang tiga puluh lima tahun. Terjadi banyak bencana karena planet Mars yang terkadang tidak bersahabat. Banyak peperangan untuk merebutkan wilayah, bahkan penyakit serius yang terus berkecambah.

Pria memang pada dasarnya memiliki ambisi yang lebih besar dari pada wanita, mereka akan melakukan apa pun untuk mendapatkan yang mereka inginkan, tidak heran mengapa peperangan terus terjadi di Mars karena mereka saling memperebutkan wilayah. Pria jarang menggunakan perasaannya, mereka lebih banyak menggunakan pemikiran dan logika. Jadi, jangan salahkan mereka yang tanpa rasa kasian membunuh orang yang menghalangi jalan mereka menuju kesuksesan.

Selain itu, umat manusia tidak pernah sadar bahwa keputusan mereka memang membawa keuntungan diawal, tetapi mereka tidak sadar ada hal buruk yang sedang membututi umat manusia. Dalam rentang tiga puluh lima tahun, Mars kehilangan lebih dari empat milyar penduduk dan terus berkurang. Bahkan, sekarang Mars hanya berisikan pria dewasa yang semakin tua, tidak ada lagi sekolah dan hanya perguruan tinggi, itu pun sudah semakin sepi karena hampir seluruh penduduk sudah menyelesaikan pendidikan sampai jenjang yang paling tinggi. Penduduk Mars juga sudah tidak bisa lagi mengingat wanita, anak kecil dan mereka tidak tahu apa itu cinta.

***

Suara alarm berbunyi kencang dan membangunkan seorang pria yang sedang bergelung dengan selimutnya.

Good Mornig. It’s time to work Tuan Christ.” Suara itu berasal dari rumah. Pada zaman sekarang semua dapat digerakkan melalui  suara, bahkan sekarang rumah juga dapat berbicara.

Jendela kaca besar yang tadinya berwarna hitam gelap kemudian bersalin menjadi transparan yang membawa bayan matahari menyusup masuk ke dalam kamar Christ dan menyapu halus Netra tertutup Christ. Ia membuka kedua netranya lalu mengerjap beberapa kali. Ia bangkit, melangkahkan kakinya ke dapur dengan perlahan sambil bertitah, ”Buat kopi dan roti.”

“Baik, Tuan Christ.” Setelahnya terdengar suara mesin kopi dan pemanggang roti mulai bekerja.

Christ melempar torsonya ke sofa panjang berbentuk huruf L dan menekan alat berbentuk cincin di jarinya, lantas muncul sebuah hologram yang terlihat seperti ponsel. Christ menyentuh hologram itu dan memeriksa panggilan masuk. Setelahnya, ia melihat berita pagi hari ini. Christ menghela napas langkai, ia penat melihat halaman berita yang selalu menyuguhkan berita populasi manusia di planet ini semakin berkurang karena kematian dan peperangan antar wilayah seperti tidak ada hal lain yang layak untuk diangkat ke halaman berita.

Christ tertegun sambil memandang kosong ponsel hologramnya. Ia selalu mempertanyakan bagaimana sebenarnya wanita secara nyata, ia memang sudah pernah melihat wanita, tetapi itu dulu saat dirinya umur satu tahun. Ia sempat tinggal di Venus beberapa saat karena ibunya masih mengandung dirinya ketika wanita dipindahkan ke planet Venus, bahkan ia sudah tak dapat memenungkan paras ibunya karena ibunya juga sudah meninggal beberapa tahun yang lalu dan ia tidak pernah datang ke pemakaman ibunya karena kebijakan yang ketat. Jujur saja, ia sangat membenci kebijakan ini. Kebijakan gila yang tak memberikannya sebuah kesempatan untuk melihat ibunya, bahkan tatkala ibunya menghembuskan napas terakhir, ia hanya dapat membeku ditempat.

 Ia juga tidak bisa memungkiri bahwa dirinya ingin tahu bagaimana memiliki rasa ketertarikan terhadap wanita. Sejak kecil ia selalu diajarkan di sekolah bahwa wanita atau penduduk Venus memiliki sifat yang amat berbeda dengan pria atau penduduk Mars. Penduduk Venus selalu memiliki sifat yang lembut, tolong-menolong dan lebih menaruh perhatian pada kehidupan. Walaupun tidak semua, tetapi rata-rata penduduk Venus seperti itu dan sejak kecil penduduk Mars selalu diajarkan bahwa penduduk Mars dan Venus tidak akan bisa bersatu karena perbedaan sifat mereka.

Penduduk Mars yang selalu berpikir dengan logika, ambisius dan tidak peduli dengan sekitar tidak akan pernah cocok dengan penduduk Venus yang perasa, lebih memikirkan orang lain dari pada dirinya sendiri, dan selalu mengalisis sekitarnya.

***

Sesosok pria berbusana asal masuk ke dalam sebuah galeri kesenian dengan tersimpul tenang. Walaupun pria itu terlihat sedikit serampangan, tetapi tidak menutupi bahwa ia berparas tampan. Pria itu menunangkan dirinya di sebuah sofa berbulu merah yang terdapat di sudut ruangan sembari mengambil salah satu majalah di atas meja kaca..

Kemudian tampak seorang pria berpakaian rapih dengan dasi kupu-kupu dan jas menghampiri pria serampangan. ”Ada apa Tuan Gerald datang ke sini?” tanyanya.

Gerald menyilihkan tatapannya dari halaman majalah ke pria di hadapannya sambil menyunggingkan senyuman. ”Aku hanya ingin mengecek galeriku saja. Oh iya jangan lupa nanti malam ada pameran jadi persiapkan dengan benar. Sekarang aku akan pergi,” tukasnya lalu bangkit dan melangkah pergi.

Sebenarnya Gerald bisa saja berspesan melalui ponsel hologramnya, tetapi melihat langsung galerinya secara nyatadapat membuat dirinya lebih tenang.

Gerald menekan cincinnya, kemudian menelpon temannya. Suara nada sambung beralih dengan suara serak.

“Halo… Baiklah… Ke rumahku saja,” Jelasnya seraya melangkah terburu-buru.

Gerald mendekatkan telapak tangannya pada sebuah alat password scan yang berada dibawah gagang pintu apartemennya. Pintu lantas terbuka dan menampakkan seorang wanita yang sedang bermukim di ruang tamu bersama seorang pria berwajah nakal.

Gerald menghampiri dua manusia itu dengan napas tersenggal. “Kau berhasil membawa wanita ini?! Bagaimana caranya?!” tanyanya dengan mata membulat tercengung. Gerald bukannya terperanjat karena Calvin masuk ke apartemennya, tetapi terkejut karena ada wanita di apartemen. Ia sudah biasa dengan ketidak sopanan Calvin yang selalu membobol apartemennya dengan entah alat apa, Gerald sendiri tidak tahu.

Calvin menarik kedua sudut ranumnya. “Beberapa hari lalu aku ada tugas di kementrian wilayah Singapura yang berada di Venus dan aku mengingat kau akan melakukan apa pun jika aku berhasil membawa wanita ke Mars jadi aku membawakan salah satu petugas hotel,” jawabnya seraya menunjukkan mimik bangga.

Wanita berjaket hitam dengan rambutnya yang disembunyikan di balik topi itu menatap kedua pria hadapannya. “Kenapa kalian menculikku?” tanyanya dengan suara bergetar menahan air mata yang akan berderai.

Gerald menggaruk tengkuknya dengan wajah segan. Ia mendekati wanita itu dan berlutut di depan wanita itu. “Aku Gerald dan aku hanya ingin melukismu. Siapa namamu?” Gerald bersuara selembut mungkin.

Wanita itu mengangkat wajahnya dan balik menatap pria di hadapannya, tetapi tidak berkutik. “Natasha Broklyn.”

Calvin terpaku melihat interaksi mereka berdua dengan sorot mata yang tak dapat diartikan. “Aku akan menagih janjimu nanti karena aku ada urusan. Jadi jagalah Nona Natasha sampai aku kembali dan satu lagi, kau hanya memiliki waktu tiga hari untuk melukisnya karena aku harus mengembalikkannya ke Venus sebelum pemerintah mengetahuinya,” jelasnya sembari bangkit dari sofa.

Gerald berdiri dari posisinya tadi dan melihat Calvin yang sedang memakai mantelnya. ”Tenang saja. Tidak akan lama.”

Calvin mengangguk dan menepuk pundak Gerald lalu berjalan pergi.

Gerald kembali memperhatikan Natasha yang hanya diam menunduk tak berkutik. Ia menghembuskan napas kecil. Ia merasa bodoh karena seharusnya ia tidak main-main dengan ucapannya jika berhubungan dengan Calvin. Ia selalu melupakan fakta kalau sahabatnya itu adalah orang yang nekat dan menyukai tantangan.

***

Calvin memang tidak waras dan ia mengakuinya. Ia membawa seorang wanita ke Mars tanpa berpikir panjang, walaupun ia tahu jika hukuman berat menantinya. Ia memang nekat, tetapi sejujurnya dibalik dirinya yang nekat dan menyukai tantangan, ia tidak dapat memungkiri kalau ia sangat menyukai semua lukisan Gerald sampai pada titik ia berani menyeludupkan seorang wanita ke Mars. Ia benar-benar mencintai seni dan akan melakukan apa pun untuk melihat lukisan Gerald yang mengagumkan.

“Telepon masuk tuan.”

Calvin melihat layar kecil di dalam mobilnya. ”Jawab.”

“Kami dari Asosiasi Pelanggaran Penduduk Mars. Atasan kami ingin bertemu dengan Tuan Calvin siang ini dia six tower building, lantai enam jam lima sore. Selamat siang dan terima kasih.” Sambungan lantas terputus.

Dahi Calvin berkerut. ”Apakah aku tertangkap basah?” tanyanya pada dirinya sendiri.

***

Andrew membaca beberapa berkas sambil beberapa kali mengetukkan pena ke meja. Ia membaca semua berkas, selembar demi selembar. Setelah dua tahun penyelidikan, akhirnya ia merasa mendapatkan orang-orang yang tepat untuk menjadi kelinci percobaan.

Andrew mengangkat kepalanya dan menatap asisten di hadapannya. ”Kau sudah menelpon seluruh pria pilihan kita?” tanyanya.

Lay mengangguk sopan. ”Sudah Pak Presiden. Saya sudah mengatakannya persis seperti yang Pak Presiden minta.”

Andrew tesenyum kecil. ”Sepertinya rencana kita akan berhasil. Kita membutuhkan satu kelinci percobaan lagi.”

Alis Lay berkerut. ”Bukannya kita hanya membutuhkan tiga penduduk mars?”

“Kita butuh dua lagi. Saya akan menjadi orang ke empat dan kau akan menjadi orang ke lima.”

Pernyataan Andrew membuat Lay hampir saja tersedak air liurnya sendiri.

“Maksud pak presiden?” tanya Lay dengan sangsi.

Andrew menatap Lay yang kebingungan seraya menarik kedua sudut ranumnya. ”Sesuai perjanjian saya dengan Presiden Venus bahwa kita sebagai pemimpin juga akan turun,” jelasnya.

“Tetapi kenapa saya juga ikut pak?” tanya Andrew sontak menunjuk dirinya sendiri dengan mata membulat.

Andrew tertawa kecil. “Karena saya ingin. Lagipula kau asisten saya, jadi harus membantu saya.” Ujarnya.

Kali ini Lay tidak bisa berkutik. Ia hanya bisa menyesali keputusannya yang menerima untuk menjadi asisten Andrew, walaupun dirinya tahu bahwa Andrew keras kepala, tidak suka dibantah dan yang paling membuatnya lengar adalah Andrew tidak bisa tertebak.

“Pria adalah makhluk yang menghargai kekuasaan, keterampilan, efisiensi dan prestasi”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status