Share

CHAPTER 4 (Pertemuan Pria dari Mars)

   

Christ mencuri pandang pada arloji melekat di pergelangan tangannya. Jam menunjukkan pukul empat sore. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya di pusat research Mars, ia seorang peneliti. Hari ini ia tidak bekerja sampai larut malam karena dirinya memutuskan berhenti dari pekerjaannya untuk sementara waktu karena hasratnya untuk meneliti Bumi yang semakin memuncak. Rasa keingintahuannya benar-benar sudah melewati batas normal. Ia tidak akan menahan diri lagi. Ia sudah mengirimkan surat lamaran berserta berkas lainnya yang dibutuhkan ke bagian Earth Research Asosiation. ERA adalah lembaga yang dibentuk presiden Mars dan Venus lima tahun yang lalu, lembaga ini bertugas untuk meneliti Bumi. Jarang terdapat penduduk Mars yang berminat untuk bergabung, tetapi jauh berbeda dengan Christ. Ia sangat menggebu-gebu.

“Telepon masuk tuan.”

Christ melihat layar kecil di mobilnya. Ia tidak mengenali nomor tersebut, tetapi ia mengenal nomornya karena seperti nomor pemerintahan.

“Jawab.”

“Kami dari Earth Research Asosiation. Atasan kami ingin bertemu dengan tuan Christ siang ini di six tower building, lantai enam jam lima sore. Selamat siang dan terima kasih.” Sambungan langsung terputus.

Tulang rawan hidungnya sedikit mengkerat kelimpungan. “Bukannya pengumumannya bulan depan?” gumam Christ pada dirinya sendiri.

Ia merasa sedikit sangsi karena ia baru saja mengirimkan berkasnya tadi malam dan seharusnya pengumuman ia diterima atau tidak, baru keluar bulan depan.

***

Gerald duduk di kursi kayunya sambil memegang palet ditangan kirinya dan kuas Lukis di tangan satunya. Sudah empat jam ia bermukim di depan kanvasnya, tetapi tak ada satu pun inspirasi yang singgah di dalam pikirannya. Ia mendesis frustasi dan meletakkan alat-alat lukisnya di meja. Gerald bangkit lalu membuka sedikit pintunya agar menciptakan celah kecil untuk mengintai penduduk Venus yang sedang bersemanyam di apartemennya. Ia hanya sedikit penasaran dengan keadaan Natasha. Maniknya menangkap wanita itu sedang tertidur di sofanya dengan posisi duduk dan menyandarkan kepalanya disandaran sofa. Gerald sedikit meringis karena melihat posisi Natasha yang terlihat kurang nyaman.

Sejak tadi Gerald sudah mengajak Natasha untuk berbincang. Namun, tak ada sahutan yang keluar dari ranum Natasha, wanita itu masih setia untuk diam dan tak mengeluarkan sepatah kata pun. Gerald tahu jika Natasha pasti merasa tak nyaman karena dirinya merasa kalau ini penculikan, tetapi ini semua bukanlah sepenuhnya salah Gerald. Tatkala Gerald dan Calvin membuat taruhan, ia bertaruh jika Calvin berhasil membawa satu wanita dari Venus untuk ia lukis, ia akan memberikan apa pun yang Calvin minta. Awalnya ia kira Calvin tidak akan benar-benar melakukan taruhan berbahaya ini, tetapi ternyata temannya benar-benar membawa seorang wanita. Ia memang bodoh karena sedikit terselap bahwa Calvin sedikit tidak memiliki akal yang waras.

Gerald membuka pintu lebih lebar dan melangkah keluar. Ia memang pernah melihat wanita, tetapi itu sudah lama sekali sejak kebijakan pemisahan gender tiga puluh lima tahun lalu. Ini adalah pertama kalinya ia melihat wanita secara nyata lagi setelah puluhan tahun berlalu. Ia tidak tahu bagaimana perasaannya sekarang. Gerald hanya dapat menatap wanita di hadapannya. Wanita itu terlihat tenang dengan mata terkatup. Entah apa yang dipirkan Gerald, tetapi wanita di hadapannya membut bilah bibirnya membentuk senyuman.

Tiba-tiba saja wanita itu membuka matanya dan melihat Gerald yang sedang duduk di sampingnya. Matanya langsung membulat terkesiap, lantas bergeser mengambil jarak.

Gerald yang merasa bahwa Natasha menunjukkan ketidaknyamanan, segera membuka mulutnya. “Aku tidak akan melakukan apa pun padamu. Aku hanya ingin membangunkanmu karena kau terlihat tidak nyaman tertidur dengan posisi seperti itu,” jelasnya cepat.

Natasha terpegun dan menatap Gerald dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. “Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin kembali ke planetku.”

Gerald menghembuskan napas lembut. “Maafkan aku karena aku seperti penculik, tetapi aku janji kau akan kembali tiga hari lagi dan maaf jika aku terkesan tidak sopan, tetapi apakah aku boleh melukismu?” tanyanya dengan ragu dan berhati-hati.

Natasha terlihat menimbang-nimbang permintaan Gerald, tetapi sebelum ia menjawab, sesuatu mengganggu percakapan mereka.

“Telepon masuk tuan.”

Gerald mengalihkan pandangannya dan menekan cincinnya. Sebuah ponsel hologram muncul di hadapannya. Alis Gerald sedikit berkerut karena ia tidak mengenal nomor yang masuk. Namun, Gerald memutuskan tetap mengangkat nomor tak dikenal tersebut.

“Kami dari Asosiasi Pelanggaran Penduduk Mars. Atasan kami ingin bertemu dengan Tuan Gerald dan Nona Natasha siang ini di six tower building, lantai enam jam lima sore. Selamat siang dan terima kasih.” Sambungan langsung terputus.

Hologram di hadapan Gerald menghilang dan menyisakan Gerald yang sedang membeku tidak berkutik di tempatnya.

Natasha menepuk pelan pundak Gerald. “Apakah kau baik-baik saja? Sepertinya kau ketahuan pemerintahan Mars.”

Gerald menatap Natasha dengan ragu. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. “Sepertinya kita harus bersiap-siap ke sana.”

***

Langkah Calvin membawa dirinya ke dalam Six Tower Building. Dengan tergesa-gesa segera mencari keberadaan lift. Ia masuk ke dalam lift lalu menekan angka enam. Sebelum lift tertutup, sontak saja ada sepasang tangan yang mencegah lift itu tertutup. Calvin hanya menilik pria itu sebentar dan kembali fokus dengan pikirannya sendiri. Sebenarnya Calvin tidak takut jika di pecat karena ia adalah anak presiden wilayah singapur. Ia hanya sangsi kenapa ia bisa tertangkap basah, padahal ia sudah menjalankan seluruh rencana dengan semulus mungkin. Calvin menghelas napas berat dan kembali sibuk dengan lamunannya.

Christ turun dari mobilnya dan memberikan kuncinya kepada valet. Ia melangkahkan tungkai jenjangnya masuk ke dalam Six Tower Building. Christ mempercepat langkahnya dan menahan pintu lift agar tidak tertutup. Pintu lift kembali terbuka dan menampakkan seorang pria yang sepertinya seumuran dengannya. Ia melangkah masuk ke dalam lift, tetapi ketika ia ingin menekan angka enam, angka enam itu sudah di tekan. Akhirnya ia hanya diam dan menunggu dirinya sampai di lantai enam.

Christ dan Calvin keluar di lantai yang sama. Mereka berdua menghampiri meja resepsionis lantai enam.

Calvin menoleh dan melihat Christ. “Silahkan anda duluan saja,” tawar Calvin.

Christ tersenyum sopan dan mengangguk. “Permisi. Saya Christ, ERA menelpon saya dan meminta saya untuk datang ke sini.”

“Tuan Christ dapat masuk ke ruangan di hadapan saya ini,” jelasnya sambil menunjukkan ruangannya.

Christ mengangguk mengerti lalu menoleh dan kembali tersenyum sopan kepada Calvin. “Saya duluan.”

Calvin hanya mengangguk kecil lalu kembali menatap resepsionis di hadapannya. “Saya Calvin. Asosiasi Pelanggaran Penduduk Mars menelpon dan meminta saya untuk datang.”

“Tuan Calvin dapat masuk ke ruangan yang sama dengan Tuan Christ.”

Alis Calvin sedikit berkerut. Walaupun begitu ia memutuskan untuk mengikuti ucapan resepsionis itu. Ia berjalan menghampiri pintu coklat besar itu dan membukanya. Sontak ia langsung melihat pria yang tadi ia temui di lift. Pria itu sedang duduk di salah satu sofa sambil menunduk.

Christ mengangkat kepalanya saat merasakan seseorang sedang duduk di sampingnya. “Oh. Anda orang yang tadi. Kau juga ada urusan dengan ERA?” tanyanya ramah.

Calvin langsung menggeleng sopan. “Bukan. Aku di sini karena di panggil Asosiasi Pelanggaran Penduduk Mars,” jelasnya acuh tak acuh.

Jawaban yang diberikan Calvin membuat Christ menjadi enggan untuk mengajak Calvin berbincang.

Gerald dan Natasha berjalan masuk ke dalam Six Tower Building. Mereka berjalan dengan langkah terburu-buru. Mereka langsung menahan lift yang akan tertutup tanpa basa-basi. Sebenarnya Gerald sedikit merasa takut jika ada yang menyadari bahwa makhluk di samping dirinya adalah seorang wanita, walaupun pada kenyataan penduduk Mars hanya memandang Natasha biasa karena tampilan Natasha layaknya seperti seorang pria, tetapi Gerald saja berpikir terlalu jauh.

Mereka berdua sampai di lantai enam dan langsung menghampiri resepsionis dengan tergesa-gesa.

“Saya Gerald. Asosiasi Pelanggaran Pendudukan Mars menelpon saya dan meminta saya datang,” jelasnya dengan terburu-buru.

“Tuan Gerald dan Nona Natasha bisa masuk ke dalam pintu di hadapan saya,” tukasnya sambil tersenyum ramah, tetapi malah terkesan menyeramkan untuk Gerald.

Gerald terpegun diam membeku di tempatnya tatkala mendengar resepsionis di hadapannya mengucapkan nama Natasha. Natasha pun mengalami hal yang sama, ia tertegun dan tidak bisa mengatakan apa pun selain terdiam dengan manik mata melebar.

“Ba-bagaimana bisa anda mengetahuinya?” tanya Gerald dengan suara sedikit bergetar.

Resepsionis itu hanya menyunggingkan senyumannya. “Silahkan. Kalian sudah di tunggu.” Tanpa berniat menjawab pertanyaan yang Gerald lontarkan.

Akhirnya Gerald dan Natasha memutuskan untuk masuk ke dalam sebuah pintu bercorak hitam legam sembari berusaha menormalkan detak jantung mereka. Mereka mendapati dua orang pria sedang terduduk di sofa dengan raut pelik. Gerald merasa dirinya semakin lunglai saat ia menyadari bahwa satu diantara dua pria itu adalah Calvin. Temannya.

Christ dan Calvin masih diam sampai akhirnya suara pintu terbuka mengalihkan pikiran mereka. Mereka berdua melayangkan pandangannya ke pintu dan melihat dua orang manusia masuk ke dalam. Christ terlihat biasa saja saat melihat pria itu, tetapi Calvin merasa langsung lenyai. Ia dan Gerald saling bertukar pandang dengan sorot mata gusar.

Gerald menghampiri salah satu kursi dan mendudukkan dirinya bersama dengan Natasha yang senantiasa selalu berada disampingnya. Ia mendekatkan bilah ranumnya ke telinga Calvin. “Kenapa kau juga ada di sini? Apakah kau dipanggil Asosiasi pelanggaran juga?” bisiknya dengan resah.

Calvin hanya mendengus. “Kita tertangkap jadi mau bagaimana lagi. Terima saja apa adanya,” tukasnya tanpa menoleh.

Calvin benar, ia tidak akan bisa melakukan apa pun. Alhasil Gerald memutuskan untuk diam saja sambil menunggu gilirannya masuk ke dalam ruangan selanjutnya.

Mendadak seorang resepsionis yang tadi berada di luar, masuk ke dalam dengan senyuman elusifnya yang masih melekat di bilah ranumnya. “Saya Lay dan kalian bisa mengikuti saya. Kita akan bertemu seseorang,” titah Lay.

Mereka berempat mengangguk mengerti seraya bangkit dan mengekori Lay dengan raut wajah tegang.

Mereka sampai di sebuah ruangan luas yang tentu saja masih didominasi warna hitam yang terlihat lebih legam dengan sebuah layar besar menggantung di hadapan mereka dan di bawah layar raksasa tersebut, terdapat seseorang yang sedang bersemanyam dengan tenang di balik kursi putar hitam itu.

“Saya permisi undur diri.” Setelahnya Lay langsung melangkah pergi meninggalkan mereka berempat.

Mereka berempat masih mengatupkan mulut masing-masing dan setia bertumpu di tempatnya masing-masing.

Sontak kursi itu berputar menghadap ke arah mereka dan menampakkan seorang pria beraut letih dengan senyuman tipis yang terpatri di bilah ranumnya.

Mereka berempat menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas siapa pria di hadapan mereka. Natasha terlihat tak memberikan respon apapun saat melihat pria itu dengan jelas, sementara para pria terlihat rengsa dengan rahang yang hampir jatuh karena malangap terlalu lama. Mereka terlalu terperangah melihat seorang presiden berada di depan mereka. Seorang presiden Mars ada di hadapan mereka.

Ketiga pria itu langsung membungkuk hormat, sementara Natasha masih terdiam tak berkutik sambil menatap aneh ketiga pria di sampingnya.

Andrew terkekeh kecil. “Sepertinya kita kedatangan tamu dari Venus,” ujarnya dengan tenang.

Ketiga pria itu lantas kembali berdiri tegap. Christ yang terlihat bingung, sementara Calvin, Gerald dan Natasha yang terlihat gusar.

“Kalian semua dipersilahkan untuk duduk. Kau juga dipersilahkan untuk duduk Nona Natasha.”

Entah untuk keberapa kali Calvin dan Gerald hanya dapat menelan air liur mereka ketika mendengar Andrew mengucapkan nama Natasha untuk menyalurkan rasa resahnya. Mereka berdua benar-benar tertangkap basah. 

Terukir senyuman dari belah bibir Andrew. Ia menautkan jari-jarinya di depan dada. “Kalian tidak perlu khawatir, saya di sini untuk mengumumkan bahwa kalian terpilih untuk menjadi bagian dari penelitian M+V.”

Dahi Christ terlihat berkerut kikuk. “Tetapi kenapa saya bisa terpilih?”

“Saya sudah lama menyelidiki anda. Saya juga tau anda melamar kerja di ERA, saya tahu jika anda sangat tertarik dengan bumi dan penduduk venus. Jadi, saya pikir anda cocok untuk bergabung.”

Andrew menggilir layangan netranya ke Calvin dan Gerald. “Kalian tidak usah menjelaskan apa-apa karena saya sudah tahu semuanya. Maka sebagai hukuman, kalian harus bergabung dalam penelitian ini dan Nona Natasha akan saya pulangkan ke Venus malam ini, jadi jangan khawatir.”

Natasha menghela napas lega karena harapan satu-satunya hanya kembali ke planetnya dengan selamat.

“Maafkan kesalahan kami berdua Pak Presiden,” tukas Gerald dengan laras sesal.

“Tidak apa-apa. Saya tahu kalian sangat tertarik dengan semua hal ini, jadi saya memberikan kalian kesempatan. Kalian akan berangkat besok sore menuju Bumi, jadi kalian dapat pulang untuk mempersiapkan diri. Untuk Nona Natasha, anda dapat menunggu di ruang tamu depan.” Andrew menutup kalimatnya seraya bangkit dari kursi.

Mereka berempat keluar dari ruangan tersebut dengan raut yang bertentangan. Calvin dan Gerald terlihat sangat lapang, mereka kira hukumannya akan sangat berat. Christ terlihat berbahagia karena diberikan kesempatan besar ini. Sementara Natasha tidak terlalu menunjukkan raut wajahnya.

Christ menoleh. “Sampai ketemu besok. Aku pergi duluan ya,” tukasnya sambil tersenyum kotak, lalu melangkah keluar.

Gerald masih terpaku di tempatnya dan menoleh ke arah Natasha. “Nona Natasha. Sekali lagi saya ingin meminta maaf karena perbuatan lancang saya dan teman saya.”

Calvin mengusap tengkuk lehernya. “Saya juga minta maaf Nona.”

Natasha menaikkan ke sudut bibirnya. “It’s okay. Aku sudah memaafkan kalian.”

Gerald mengeluarkan sebuah kalung perak dengan liontin kupu-kupu berwarna biru. “Tadinya aku ingin memberikan ini agar saat aku melukis Nona Natasha, Nona mengenakan kalung ini, tetapi sekarang aku ingin memberikan ini sebagai tanda permintaan maaf.” Gerald meraih tangan Natasha dengan lembut dan menaruh kalung itu di telapak tangan Natasha yang terbuka.

Natasha menatap kalung indah di tangannya, lalu ia mendongak. “Terima kasih.”

“Menyatukan sesuatu yang sudah retak dan berperai dalam sangkala lama bagaikan menyatukan pecahan kaca yang terurai.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status