Share

CHAPTER 6 (Penduduk Mars dan Venus)

Christ dan Gerald memandang luar angkasa dengan sangat takjub. Untuk pertama kalinya mereka melihat Mars luar angkasa. Mereka baru menyadari bahwa planet yang mereka huni selama tiga puluh lima tahun lamanya sangatlah indah. Namun, ketika Spaceship mulai menjauh dan mereka hanya dapat melihat kegelapan. Mereka sadar jika luar angkasa sangat menyeramkan, gelap, luas dan tak berdasar.

Christ memalingkan pandangannya dari luar. Terlalu mengerikan memandang keluar. Ia memutuskan untuk menutup jendela disampingnya dan membuka ipadnya yang setipis dan sebening kertas mika

Gerald tidak begitu gusar kala melihat luar angkasa, ia hanya terbesit pemikiran bahwa ternyata ia hanya makhluk kecil di luasnya alam semesta dan luar angkasa lebih luas dari pada yang ia pikirkan selama ini. Gerald menggeleng pelan dan memutuskan untuk menarik selimutnya lalu memejamkan matanya.

Sementara Calvin terlihat tidak terpukau dengan pemandangan gelap di luar karena ia sudah terbiasa pergi dari Mars menuju Venus. Jadi, ini bukanlah hal luar biasa untuknya. Ia hanya menyandarkan pelipisnya ke kaca jendela dan memejamkan matanya. Lebih baik tertidur dan menunggu hingga dirinya sampai di Bumi.

Andrew terlihat sibuk dengan kertas dan dokumen-dokumen. Sementara Lay sibuk dengan ipadnya. Mereka juga sudah sering berpergian. Jadi, ini bukanlah hal yang begitu menakjubkan untuk di pandang. Mungkin bukan tidak menakjubkan, tetapi mereka belum sadar dengan keindahan alam semesta dan benda langit yang senantiasa ada diantara mereka, menunggu saatnya untuk menyapa.

Sandra menandatangani tumpukan dokumen sambil sesekali melirik keluar kaca jendela. Awalnya ia tidak ingin menawarkan dirinya untuk menjadi bagian dari penelitian M+V, tetapi ini adalah penelitian yang ia dan Andrew ciptakan. Jadi, tidak mungkin jika mereka berdua tidak turun tangan. Sandra tidak mengingat sudah berapa kali ia bepergian seperti ini dan ia juga tidak ingat berapa kali ia merasa takjub melihat luar angkasa dan isinya. Untuk kesekian kalinya ia mengakui bahwa luar angkasa terlihat sangat indah di matanya.

Alexa menatap keluar jendela dengan perasaan bercampur. Ia sama sekali tidak takut menaiki Spaceship, ia hanya takut memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi di Bumi. Jujur saja ia sama sekali tidak mengerti kenapa Sandra menciptakan penelitian ini dan untuk kesekian kalinya Alexa tidak habis pikir dengan jalan pikiran Sandra. Presiden Venus memang sangat sulit untuk di tebak.

Natasha menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi sambil memainkan kalung yang melingkar di lehernya. Ia penasaran apa yang sedang pria itu lakukan. Pria itu pernah berkata akan melukisnya, tetapi semua gagal karena ia harus segera kembali ke Venus. Entah kenapa, tetapi ia berharap bisa bertemu dengan pria itu lagi. Pria pertama yang ia lihat secara nyata karena dulu ibunya di pindahkan ke Venus saat ia masih di dalam kandungan dan ayahnya juga sudah meninggal ketika ia masih berumur satu bulan.

Julia menatap keluar jendela sambil sesekali mencatat sesuatu di jurnalnya. Ia juga mengeluarkan ponsel hologramnya dan memotret luar angkasa beberapa kali. Ia tidak akan melewatkan kesempatan luar biasa ini. Untuk seorang peneliti, ini adalah hal yang luar biasa karena dapat melihat luar angkasa dengan sangat jelas. Julia langsung mengirimkan foto-foto luar angkasa yang ia ambil ke grup chat dengan teman-teman di tempat kerjanya.

Nora terlihat acuh dan terus fokus dengan laptop tipisnya. Jari-jarinya terus bergerak lincah di atas keyboard. Entah apa yang sedang ia ketik, tetapi sorot matanya terlihat bersinau-sinau saat sedang mengetik. Mungkin ia sedang melanjutkan novelnya.

***

Tempat : Bandara Luar Angkasa Bumi

Spaceship mendarat di Bumi secara perlahan. Sandra mengedarkan layangan tatapannya ke sekelilingnya. Beberapa dari mereka yang berada di dalam spaceship masih memejamkan matanya dan tidak sadar jika sudah mendarat. Sandra bangkit dari tempat duduknya dan berinisiatif untuk membangunkan para wanita yang masih terlelap.

“Ayo bangun sekarang. Kita sudah sampai di Bumi,” titahnya dengan suara memekik tinggi.

Para wanita terbangun dan bangkit dari kursi masing-masing seraya beberapa kali merenggangkan tubuhnya. Mereka masih mencoba menyatu dengan keadaan sekitar dengan mengerjap beberapa kali.

Sandra memutuskan untuk turun lebih dulu. Ia menurunkan kopernya dibantu oleh Alexa. Pandangannya langsung jatuh kepada Andrew yang sedang berdiri beberapa meter di hadapannya. Sandra tidak mengerti apa yang terjadi kepada dirinya, tetapi merasa bernapas lega kala menemukan Andrew berapa pada jangkauan netranya. Ia hanya tersenyum tipis, sementara Andrew terlihat melambaikan tangannya dengan antusias.

Para wanita yang ada di dalam ikut turun sambil menarik kopernya. Mereka berkumpul di belakang Sandra sambil menyalangkan tatapan mereka kesekitar. Bumi terlihat seperti Venus, tetapi pohon-pohonnya lebih lebat, bandara luar angkasanya juga terlihat sangat usang, walaupun masih bisa untuk digunakan. Bumi terasa sunyi dan senyap. Hanya ada suara kicauan burung yang menghiasi langit biru lembut dengan gumpalan putih. Udaranya terasa segar dan bersih, bahkan lebih bersih dari Mars dan Venus. Bumi yang seperti inilah yang diharapkan oleh para manusia puluhan tahun lalu, tetapi mereka justru menjadi penghancur Bumi. Bumi yang tak berpenghuni lebih terlihat indah dan molek, berbanding terbalik dengan puluhan tahun lalu Ketika bumi masih berpenghuni. Ini adalah bukti bahwa manusia adalah unsur pertama yang menyebabkan kerusakan pada Bumi.

Andrew melangkah cepat menghampiri Sandra dengan para pria yang mengikuti langkahnya.

Natasha yang sejak tadi melempar pandangannya ke sekitar menangkap sosok yang ia kenali. Ia melihat pria yang waktu itu memberikannya sebuah kalung. Pria itu melambaikan tangan kepadanya dengan kedua sudut bibir yang merekah. Gerald menggerakkan bibirnya tanpa suara dengan tatapan yang tak lepas dari Natasha. Natasha hanya terkekeh melihat tingkah laku Gerald yang menurutnya menggelakkan.

Andrew menyimpulkan belah ranumnya. “Selamat malam Bu Sandra. Bagaimana kabar anda?” tanya Andrew dengan tuturan lembut.

 Sandra menahan wajah dinginnya lalu menjawab, “Selamat malam juga Pak Andrew. Saya baik dan terima kasih sudah bertanya. Sekarang lebih baik kita langsung ke kantor dan menjelaskan cara kerjanya.”

Tungkai jenjang Sandra melangkah terlebih dahulu dan menghembuskan napas panjang. Ia tidak mengerti dengan dirinya sendiri, sekarang ia sedang mencoba mengendalikan dirinya sendiri. Organ dibalik dadanya setia bertalu-talu memberikan debaran yang tak ia mengerti alasannya. Sandra mempercepat langkahnya meninggalkan Andrew yang tetap setiap memandang punggung yang menjauh sambil tersenyum masam.

Andrew juga merasakan hal yang sama, tetapi ia tidak mencoba untuk lari dari perasaannya itu karena semakin ia menabahkan, perasaan itu akan semakin melebur memaksa hendak mencagun. Ia tak akan menahannya. Ia persilahkan perasaan itu melebur dan ia hanya akan mengikuti alurnya. 

 Mereka berkumpul di sebuah gedung yang terlihat baru saja direnovasi tidak lama ini. Para wanita duduk di sisi kanan dan para pria di sisi kiri. Mereka dibatasi oleh sebuah meja coklat yang panjang dan lebar. Sementara Andrew dan Sandra berdiri di hadapan mereka semua.

“Jadi kami berdua akan memberitahu kalian apa saja yang akan kita lakukan di sini. Pertama marilah sama-sama kita menonton sebuah video pendek yang diciptakan untuk penelitian ini,” cetus Andrew.

Layar hitam berganti dengan video dokumenter perjalanan dan apa yang terjadi sampai menyebabkan bumi menjadi planet tak berpenghuni. Video itu dipenuhi dengan berita kebakaran, peperangan, bahkan pembantaian masal. Setelahnya terdengar sebuah narasi yang menjadi penghujung video ini.

“Dahulu, karena populasi manusia yang semakin tinggi dan tidak dapat untuk dibendung lagi. Pemerintah memutuskan untuk memisahkan pria dan wanita di planet yang berbeda. Cara itu memang berhasil, tetapi setelah puluhan tahun berlalu. Tidak ada lagi suara tangisan bayi, tidak ada lagi anak-anak yang bermain di taman dan hanya ada manusia dewasa. Kita tidak lagi mengenal cinta. Kita hanya berjalan sendiri-sendiri. Manusia sudah melanggar hukum alam karena pria dan wanita diciptakan untuk bersama.” Lalu layar itu kembali memburam dan gelap.

“Jadi, seperti yang kalian ketahui. Mars dan Venus sedang mengalami masalah populasi karena banyaknya penyakit baru, peperangan dan umur yang semakin menua. Jika kita tidak melakukan ini semua. Manusia akan segera punah,” jelas Sandra.

Calvin mengangkat tangannya. “Jadi, maksud kalian kami harus membuat anak?” cetusnya tiba-tiba.

Semua orang di ruangan hampir saja tersedak air liurnya sendiri mendengar kalimat yang tidak pantas.

Sandra tertawa kecil dan tawa yang dikeluarkannya justru membuat seisi ruangan terkejut. “Bisa dibilang begitu secara kasar, tetapi hal utama yang harus kalian lakukan adalah bagaimana menyatukan penduduk Mars dan Venus seperti layaknya penduduk bumi dulu. Kami melakukan penelitian ini karena kami ingin melihat apakah kita semua bisa kembali saling mencintai dan bersatu seperti seharusnya. Saya ingin mematahkan pernyataan bahwa pria dan wanita tidak bisa bersatu karena perbedaan kita. Seharusnya kita bisa bersatu dan saling menyempurnakan,” jelas Sandra di akhir.

Andrew menarik sudut bibirnya. “Kami sudah menyiapkan sebuah kertas yang berisi nomor satu sampai empat. Jika kalian mendapatkan nomor yang sama berarti itu pasangan kalian. Kami juga sudah menyiapkan kalian satu rumah dengan segala isinya untuk setiap pasangan serta mobil. Kalian juga bisa bekerja seperti biasanya. Untuk yang bekerja sebagai peneliti, kalian dapat bergabung di ERA dan untuk yang bekerja pemerintahan dan perhotelan, kalian dapat bekerja di Pemerintahan Pusat Bumi yang baru saja beroperasi selama lima tahun,” jelasnya menambahkan.

Andrew memberikan satu per satu kertas kepada mereka lalu mempersilahkan mereka untuk membukanya.

Christ membuka kertasnya dan mendapatkan nomor satu seperti Nora. Gerald mendapatkan nomor dua seperti Natasha. Calvin mendapatkan nomor tiga seperti Alexa dan yang terakhir adalah Lay yang mendapatkan nomor empat seperti julia.

“Sekarang kalian dapat pulang ke rumah sementara kalian. Sudah ada supir bersama dengan mobil kalian di depan. Kalian akan diantar mereka,” ujar Andrew sambil merapihkan kertas yang ia pegang.

Mereka semua bangkit dari kursi dan mulai berjalan berpasangan menuju mobil masing-masing. Langkah mereka terhenti tatkala melihat mobil-mobil di hadapan mereka dengan terpukau karena semua mobil itu adalah mobil keluaran baru dan baru diproduksi tiga puluh unit di Mars dan Venus.

Mobil di tahun 2135 berbentuk seperti mobil sport dengan pintu yang di buka ke atas dan akan berbentuk seperti sayap. Mobil saat ini tidak memiliki roda dan terlihat seperti mengapung. Mobil tahun 2135 juga dapat terbang sampai pada ketinggian sebuah pesawat dapat terbang. Jika seratus tahun yang lalu mobil masih menggunakan bensin. Sekarang mobil menggunakan tenaga listrik, panas matahari, bahkan udara. Semua itu dilakukan agar tidak terjadi pencemaran udara seperti yang terjadi terhadap bumi dahulu.

Calvin terlihat girang mendapati mobil impiannya ada di depan matanya. Tungkainya melangkah lebih dulu meninggalkan Alexa yang dengan susah payah menarik kopernya. Calvin memang berwatak seperti, ia hanya peduli dengan dirinya sendiri. Calvin menyentuh mobil keluaran baru itu dengan hati-hati kemudian menoleh ke belakang. “Hei. Lebih cepat sedikit nona,” teriaknya dan di balas dengan tilikan tajam Alexa.

Alexa benar-benar merasa sial karena mendapatkan pasangan seperti Calvin. Sepertinya guru di sekolahnya dulu benar, pria hanya memikirkan dirinya sendiri. Ia berjalan sambil beberapa kali menghentakkan kaki kesal sambil menyeret kopernya dengan kasar.

Natasha sedikit kesulitan saat menarik kopernya, tetapi Gerald yang selalu sadar akan sekitar, sontak mengambil alih koper Natasha tanpa izin dan berjalan menjauh tanpa mengatakan apa pun. Natasha tertegun dan menatap aneh Gerald, tetapi ia tidak mempermasalahkan karena kenyataannya ia memang kesulitan.

Gerald memasukkan kopernya dan koper Natasha ke bagasi mobil. Lalu ia menoleh ke arah Natasha sambil memandang Natasha yang sedang melangkah cepat menghampirinya. Mereka memang tidak banyak bicara sejak tadi, hanya tukasan basa-basi tentang kabar dan tak lebih dari itu.

Christ merasa risih melihat Nora yang berjalan di depannya kesulitan membawa koper dan tas kecilnya. Ia menghela napas dan menyejajarkan dirinya dengan Nora.

“Sini saya bantu, Nona,” tawar Christ.

Nora menyipitkan matanya menatap Christ curiga, tetapi sesaat kemudian ia memutuskan menerima bantuan Christ. “Baiklah jika kau mau membantu.” Nora melangkah terlebih dahulu dan meninggalkan tas kecilnya yang diletakkan di atas koper. Ia terus melangkah sampai masuk ke mobil tanpa menoleh ke belakang.

Christ tertegun menatap Nora yang menjauh. Ia tidak habis pikir kenapa ada wanita berkelakuan seperti itu. Bertolak belakang dengan wanita yang ada di bayangannya. Ia kira wanita bersifat lemah lembut, tetapi ternyata tidak tahu diri dan Nora adalah salah satu bukti nyatanya. Ia mendecakkan lidahnya sebal. Kemudian menarik koper dan membawa tas kecil Nora dengan perasaan yang mencoba untuk bersabar.

Sementara Lay dan Julia sama sekali tidak berinteraksi. Julia sibuk membaca jurnal sambil menarik kopernya dan Lay sibuk dengan ponsel hologramnya. Mereka hanya saling tersenyum tipis dan kembali fokus dengan kerjaan masing-masing.

Presiden Mars dan Venus sudah menyiapkan sebuah komplek yang memang ditinggali oleh peneliti dan orang-orang yang bekerja di ERA dan pemerintahan pusat Bumi. Di komplek tersebut sudah di fasilitasi oleh tempat belanja, taman, dan rumah. Komplek perumahan ERA juga sangat dekat dengan gedung ERA. Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit menggunakan mobil. Walaupun di belakang komplek itu terdapat hutan lebat, tetapi hutan itu sudah aman dan hanya ada beberapa hewan-hewan kecil. Tidak jauh dari komplek ada sebuah pantai yang indah. Dulu saat bumi masih dihuni, pantai itu bernama pantai kuta. Dulu pantai itu sempat kotor karena manusia, tetapi sekarang pantai itu sangat jernih, bahkan dasarnya terlihat dari atas karena airnya bening sebening kaca.  

Jika keluar dari wilayah itu. Mereka hanya akan menemukan kota mati, bangunan yang hampir rubuh dan hutan lebat dimana-mana. 

Andrew dan Sandra melihat interaksi para pria dan wanita dari atas sambil tertawa kecil karena perbedaan interaksi yang mereka tunjukkan. Mereka berdua terus tertawa sampai tidak sadar kalau mereka juga akan menjadi pasangan.

Sandra menghentikan tawanya dan sedikit berdeham. “Agar tidak terlalu formal, aku akan memanggilmu Andrew,” cetusnya tiba-tiba.

Andrew mematung mendengar Sandra memanggil namanya untuk pertama kalinya. Namun, ia langsung mengembalika kesadaranya. “Kau bisa memanggilku Drew. Jangan memanggilku Andrew karena terdengar tidak enak,” pintanya.

Andrew tertegun membeku melihat wanita di hadapannya untuk pertama kalinya menyunggingkan senyuman lembut tanpa dibuat-buat atau senyuman terpaksa yang biasanya Sandra perlihatkan kepadanya.

“Baiklah Drew. Kau bisa memanggilku Ara dan di sini kita sama seperti mereka, hanya masyarakat biasa.”

Andrew tersenyum lebih lebar mendengar ucapan Sandra. “Baiklah. Ayo kita pulang ke rumah.”

Kata terakhir yang Andrew ucapkan membuat Sandra membisu. ‘Pulang’ ia tidak pernah merasa benar-benar pulang selama ini. Rumahnya hanyalah sebuah bangunan beratap dengan kumpulan ruang yang ia tempati untuk melepas penat ketika bulan menampakkan dirinya menggantikan kehangatan matahari, tidak ada kehangatan yang selayaknya ada di dalam sebuah rumah, hanya hening, sunyi dan dingin. Namun, mendengar pria dihadapannya mengucap kata ‘Pulang’ membuatnya merasa berada di dalam rumah hangat yang selalu ia dambakan. Ia tak mengerti mengapa, tetapi ia selalu merasa dekat dengan pria di hadapannya. Dekat seperti apa, Sandra pun tak dapat menjabarkannya.

“Pria yang selalu menggunakan logika dan wanita yang menggunakan perasaan, dipersatukan dalam sebuah rumah dan mencoba untuk mengerti satu sama lain.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status