Share

CHAPTER 7 (Mars Dewasa dan Venus Manja)

Nora melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Christ yang bersusah payah mengeluarkan barang-barang mereka dari dalam mobil. Ia menabirkan pandangannya ke sekeliling rumah. Rumahnya berkelir putih dan tidak terlalu megah, tetapi bagian dalamnya terlihat sangat nyaman. Halamannya sangat luas dan ada kolam renang yang dapat di tutup dan di buka. Rumahnya memang terlihat bagus, walaupun tidak sebagus rumah Nora di Venus, tetapi layak untuk ditempati dua manusia. Awalnya Nora merasa akan betah menetap di rumah ini sampai akhirnya ia tahu hanya ada satu kamar di rumah ini. Ia menarik kata-katanya.

Christ masuk ke dalam rumah sembari menarik kopernya dan koper Nora dengan susah payah, tetapi ia malah dikejutkan dengan Nora yang berlari menuruni tangga dengan wajah tertekuk. “Christ. Ada hal buruk terjadi. Di rumah ini hanya memiliki satu kamar saja,” pekiknya dengan mata membulat.

Christ menatap aneh Nora. “So?” tanya singkat.

Nora melayangkan pukulan ke lengan Christ. “Kenapa malah bertanya. Kita tidak boleh satu kamar karena kita berbeda kelamin.”

Christ tertawa kecil. “Sudah terima saja apa adanya. Dari pada berisik, lebih baik bantu aku mengangkat koper ini ke atas,” titahnya sambil mengangkat kopernya ke atas tangga.

Nora menyipitkan matanya sambil menatap tajam Christ yang melewatinya dan meninggalkan barang-barangnya di depan pintu begitu saja. Ia dengan kesusahan mengangkat kopernya dan tas kecilnya ke atas tangga sambil menggerutu kesal.

Sontak ia merasakan seseorang merampas dan menarik kopernya. Sandra mendongak dan menemukan Christ sedang menatap dirinya dengan alis berkerut.

“Kau ini bawa apa saja sih,” gerutu Christ tiba-tiba sambil membawa koper Nora menaiki anak tangga.

Nora hanya menatap Christ dengan jemu Christ yang dengan mudahnya menaiki anak tang sambil membawa barang-barangnya.

Nora mejatuhkan tubuhnya ke ranjang dan memejamkan netranya, tetapi beberapa saat kemudian ia membuka kelopak matanya karena mendengar seseorang membuka lemari. Ia hanya dapat menghela napas jenuh karena melihat Christ sedang memasukkan baju ke dalam lemari. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan Christ, seharusnya Christ merasa lelah dan lebih memilih beristirahat sebentar, tetapi pria itu malah sibuk dengan baju-bajunya.

Nora bangkit dan mendudukkan dirinya di tepi ranjang. “Christ, kenapa kau terus memanggilku nona? Padahal di mobil kita sudah saling berkenalan.”

Christ menaruh seluruh bajunya dan berbalik menatap Nora. “Baiklah. Memang kau mau aku panggil apa?” cibirnya sambil berkacak pinggang.

Nora mencebik. “Panggil saja Nora biar kita bisa akrab. Pokoknya tanpa tambahan nona.”

Christ hanya mengangguk mengerti lalu ia melangkah mendekati ranjang dan membaringkan dirinya yang merasa kelelahan.

Nora menatap Christ lirih, ia merasa bersalah karena membuat Christ kelelahan. Ia turut membaringkan dirinya di samping Christ. “Terima kasih sudah membantuku tadi,” Tukasnya sambil memandang ke langit-langit kamar.

Christ masih memejamkan matanya. “Hhm.”  

“Apakah kau pikir penelitian ini akan berhasil?” tanya Nora tiba-tiba.

Christ membuka netranya. “Entah. Kita jalani saja. Kita bisa mulai dari berteman.” Seraya turut menatap langit-langit.

Nora lantas kembali bangkit dan terduduk di tepi ranjang. Ia menoleh ke arah Christ. “Aku lapar, tetapi di sini tidak ada robot yang bisa menyiapkan makanan,” keluhnya yang diakhiri dengan dengusan.

Fasilitas yang disediakan di Bumi memang tidak lengkap karena akan membutuhkan waktu lebih lama lagi. Tidak ada robot yang biasanya menyiapkan kebutuhan manusia seperti di Mars dan Venus. Hanya fasilitas yang dipakai manusia tiga puluh tahun lalu, tetapi sudah dibersihkan dan diperbaiki jika ada kerusakkan.

Christ ikut bangkit dan duduk di samping Nora. “Kau tidak bisa memasak?” tanya Christ dengan nada tidak percaya.

Nora menatap aneh Christ. “Tentu saja aku tidak bisa memasak. Aku malas dan aku selalu meminta robot di rumahku yang menyiapkan makanan.”

Christ memandang Nora dengan tatapan buncah. Selama ia hidup, ia selalu membayangkan bahwa wanita sangat suka memasak karena gurunya dahulu mengatakan bahwa penduduk Venus menyukai kealamian, tetapi kenapa wanita di hadapannya mengaku tidak bisa memasak. Bahkan, dirinya saja yang merupakan seorang pria dapat memasak.

Christ hanya meruntun napas panjang dan bangkit dari ranjang. “Baiklah. Aku akan memasakkan sesuatu untuk anak manja sepertimu.” Lalu ia melangkah keluar kamar meninggalkan Nora yang berdecak sebal karena mendengar perkataan terakhir Christ.

Nora menatap piring di hadapannya dengan aneh. Makanan itu berbentuk roti tapi berisi daging yang dipanggang dengan keju dan beberapa sayur segar. Jujur, Nora tidak pernah memakan makanan seperti itu, penduduk Venus selalu memakan makanan Vegetarian. Jadi, ia tidak mengenal makanan di hadapannya adalah makanan apa.

“Ini apa?” tanya Nora dengan alis terangkat was-was.

Dahi Christ mengernyit ketika mendengar pertanyaan Nora. “Ini burger. Kau tidak pernah memakan ini?” Christ benar-benar merasa aneh dengan makhluk di hadapannya ini.

Nora tersenyum canggung dan mengangguk. “Baiklah. Aku akan mencobanya.”

Awalnya Nora tertegun melihat burger itu, tetapi setelahnya ia melahap burger itu dengan suapan besar. Beberapa saat kemudian, maniknya melebar.

Christ yang melihat reaksi Nora hanya dapat tertawa kecil.

Wow. This is so good,” puji Nora.

Thank you. Sebaiknya kau makan dengan pelan, aku takut kau tersedak.”

Nora hanya mengangguk riang dan melanjutkan sesi mengunyah makananannya dengan lahap. Sementara, Christ hanya duduk di hadapan Nora seraya menatap senang wanita di depannya. Sepertinya guru Christ dulu benar bahwa wanita tidak bisa di tebak, tadi Nora terlihat kesal dengannya, tetapi sekarang Nora memujinya. Nora benar-benar tidak tertebak.

Christ keluar dari kamar mandi dengan baju piyama berwarna hitam panjang. Ia mengusap rambutnya dengan handuk sambil memperhatikan Nora yang sudah terlelap di balik selimutnya dengan napas lembut teratur. Wanita itu terlihat tenang saat sedang terlelap. Christ sadar jika penduduk Venus tidak seburuk yang diajarkan kepadanya dulu. Gurunya selalu berkata bahwa penduduk Venus dan Mars tidak akan pernah bisa bersatu, tetapi buktinya sekarang ia bisa berteman dengan salah satu penduduk Venus yang manja.

Christ menaikkan ke dua sudut bibirnya ketika mengingat kejadian lucu karena perangai Nora yang lumayan aneh. “Ada-ada saja.”

Perhatian Christ teralihkan tatkala tiba-tiba ada sebuah suara dentuman tembakan bergema yang bersumber dari arah belakang rumah. Ia kembali menatap Nora, wanita itu masih setia kepada mimpinya. Christ dengan rasa setengah gusar memutuskan untuk turun dan keluar dari rumah. Ia tahu di belakang rumahnya hanyalah sebuah hutan tak berpenghuni, tetapi hal yang aneh jika terdapat suara termbakan di sebuah hutan rimbun tak berpenghuni.

Christ membuka gerbang belakang rumah dan segera di hadapkan dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi, suasa yang senyap, dan tak ada pencahayaan. Ia menyalakan ponsel hologramnya dan menyalakan mode penerangan agar dirinya dapat melihat lebih jelas. Dirinya mengarahkan pencahayaan ke sekitarannya, tetapi tidak menemukan apapun. Ia ingin masuk ke dalam hutan, tetapi sudah terlalu malam dan ia takut justru dirinya yang akan tersasar. Christ menggeleng pelan dan memutuskan untuk masuk ke dalam hutan besok pagi agar terdapat lebih banyak pencahayaan.

Nora membuka netranya dan menabirkan pandangannya ke sekeliling kamarnya. Ia tidak menemukan Christ. Ada sedikit rasa khawatir yang menjalar di dalam dirinya. Ia turun dari ranjang dan melangkah cepat menuju tangga. Ketika kakinya bertumpu di anak tangga ke dua, langkahnya terhenti. Ia melihat Christ yang sedang mengunci pintu rumah. Ia menghembuskan napa lega.

Christ yang menyadari dirinya sedang ditatap, lantas membalikkan tubuhnya dan netranya segera bertemu dengan manik jernih Nora. “Kau kenapa ada disitu?”

Nora masih diam berpaku memikirkan jawaban yang tepat. Tidak mungkin ia menjawab secara gamblang kalau dirinya khawatir. “Aku hanya ingin mengambil minum,” jawabnya dengan suara parau , berusaha agar terlihat meyakinkan.

Christ berjalan menaiki anak tangga dan berhenti di anak tangga ke tiga, tepat di hadapan Nora. “Ya sudah. Aku tidur duluan ya.” Seraya menepuk pelan Pundak Nora.

Nora hanya mengangguk kecil lalu menghilir ke samping untuk menyingkir dari hadapan Christ.

“Sifat wanita memang tak tertebak dan kadang rumit, tetapi jika kau melihat dengan sisi yang berbeda, kau akan mengerti bahwa kalimat yang dikatakan wanita hanyalah kalimat sederhana.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status