Share

CHAPTER 8 (Mars Gentleman dan Venus Bijaksana)

Gerald memasukkan barang-barang mereka berdua ke dalam kamar dengan ke dua tangannya sediri. Sejak tadi Natasha tidak diperbolehkan membawa atau memegang kopernya. Ia hanya dapat diam dan memperhatikan Gerald yang terlihat sedikit kelelahan. Sebenarnya Natasha bisa saja membawa kopernya, tetapi mungkin akan memakan waktu sedikit lebih lama. Jadi Natasha berasumsi bahwa mungkin saja Gerald tidak suka jika melakukan suatu kegiatan dengan lamban. Padahal Gerald membantu Natasha karena dirinya tidak tega melihat Natasha kesulitan dan kelelahan. Wanita memang seperti itu, senang sekali berasumsi dan berujung menjadi kesalahpahaman.

Natasha yang merasa tidak enak karena menyusahkan Gerald memutuskan untuk ke dapur dan mencari sesuatu yang dapat diminum oleh Gerald. Ia membuka kulkas dengan sedikit terperanjat karena kulkas tersebut penuh dengan makanan dan minuman. Ia mengambil salah satu botol yang berisi jus jeruk dan menuangkannya ke dalam gelas lalu menghampiri Gerald yang sedang bermukim sofa ruang tamu sambil memejamkan matanya.

Natasha menepuk pelan pundak Gerald. “Ini untukmu.” Lalu ia mendudukkan dirinya di samping Gerald.

Gerald membuka kelopak maniknya dan bertukas, “Terima kasih minumannya.”

Natasha hanya mengangguk pelan.

Gerald meletakkan gelas itu di meja dan kembali menyandarkan dirinya di sofa. “Pasti rasanya sangat canggung ya?”

Natasha menoleh dan menyunggingkan senyuman menenangkan. “Tidak. Aku senang karena mempunyai teman baru yang berbeda gender.” jawabnya dengan suara yang terkesan lembut dan terdengar hangat.

“Hmm. Apakah menurutmu kita bisa saling mencintai?” tanya Gerald tiba-tiba.

Natasha terpegun sekejap lalu kembali tersenyum tipis. “Apakah kau tahu apa itu cinta?” tanyanya balik.

Gerald merenung singkat lalu menjawab, “Untuk kami para penduduk Mars, cinta adalah rasa yang tidak berguna. Jadi, kami tidak begitu mengenal cinta.”

“Baiklah karena kalian para penduduk Mars sangat menjunjung tinggi fakta dan logika. Maka, akan aku jelaskan dengan caramu. Bagaimana pemikiranmu tentang lukisan dan melukis?”

Gerald Kembali terdiam sejenak lalu kembali menjawab, “Untukku melukis adalah segalanya, aku membutuhkannya dan mungkin tidak akan bisa hidup tanpa melukis karena aku merasa nyaman dan bebanku terlepas saat melukis. Mungkin aku akan gila jika tidak bisa melukis lagi karena melukis sangat berarti bagiku.”

“Itu cinta. Cinta adalah perasaan dimana kau merasa nyaman, membutuhkan dan tidak bisa hidup tanpa hal itu. Berarti kau mencintai melukis dan aku harap kau juga bisa merasakan hal itu terhadap manusia,” cetus Natasha sambil menepuk Pundak Gerald beberapa kali.

Gerald tergemap mendengar penjelasan Natasha. Selama ini ia selalu beranggapan bahwa wanita adalah makhluk perasa yang tidak berotak, tetapi ternyata dirinya salah karena Natasha membuktikannya. Ia selalu merasa bahwa pria dan wanita tidak akan bisa berbincang karena mereka sama sekali tidak cocok dengan banyak perbedaan yang menjadi batasan. Namun, sekarang juistru kebalikannya. Gerald dapat membicarakan apa pun kepada Natasha karena Natasha adalah pendengar yang sangat baik. Ia benar-benar merasa bersalah karena pernah berpikir bahwa wanita rendahan.

Natasha hanya diam dan sesekali menanggapi pembicaraan Gerald. Ia menaruh perhatian penuh kepada Gerald. Ia mengerti bahwa pria ingin didengar dan diberi saran dan itulah yang ia lakukan sekarang. Ia akan memberikan saran ketika Gerald meminta dan akan mendengar saat Gerald bercerita. Selain bekerja di Hotel, sebenarnya Natasha juga merupakan seorang psikolog, tetapi ia berhenti karena waktu itu ia merasa depresi dan tidak tahan mendengar semua keluhan yang ada, sedangkan dirinya tak memiliki tempat untuk menyalurkan keluhannya.

Selama ia menjadi psikolog, bahkan sampai sekarang, ia selalu mempelajari tentang emosi, sifat, dan bagaimana pendudukan Mars berpikir. Ia menyelam jauh untuk menemukannya. Selain itu, ia juga menemukan bahwa kebanyakan pendudukan Mars memilih untuk melepaskan dan merelakan sesuatu yang menganggu dirinya. Dari situ, ia belajar bahwa dirinya tak perlu tempat untuk berkeluh kesah, ia akan baik-baik mendengar seluruh keluhan yang diberikan pasien, selama dirinya melepaskan dan merelakan. Setelah mendengar semua keluhan itu, diamlah sejenak dan lupakan segalanya. Jangan mengungkung kelahan itu ke dalam jiwa.

Selama ini wanita selalu ingin didengar oleh lawan bicaranya dan wanita tidak akan suka jika diberikan sebuah saran, tetapi mulai sekarang cobalah untuk menjadi pendengar yang baik karena semua orang juga ingin bercerita tentang keluh kesahnya. Cobalah untuk menjadi orang yang dapat menerima saran karena tidak semua yang kita kerjakan adalah hal yang tepat dan benar.

Natasha meletakkan beberapa piring yang berisikan salad daging ayam tanpa lemak yang dikukus di atas meja. Ia menghampiri Gerald yang terlelap di sofa panjang yang membentuk huruf ‘L’ dan membangunkannya.

Natasha mengelus pelan Pundak Gerald. “Ayo kita makan dulu. Nanti baru lanjut tidur lagi,” katanya dengan halus.

Gerald membuka matanya dan mengerjapkan matanya beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Ia menatap Natasha yang sedang berdiri di hadapannya sambil tersenyum lalu bangkit dan sedikit merenggangkan tubuhnya. “Baiklah.”

“Cuci wajahmu terlebih dahulu, aku akan menunggumu di ruang makan.” Lalu kaki jenjangnya melangkah lebih dulu menuju dapur dan meninggalkan Gerald yang tidak bisa berhenti untuk menarik ke dua sudut bilah ranumnya.

Natasha mendudukkan dirinya sambil beberapa kali merapihkan piring di hadapannya.

Gerald datang dengan wajah yang lebih segar dari sebelumnya. Ia mendudukkan dirinya dan memandang makanan yang Natasha buatkan untuk mereka makan malam. “Waw. Semua makanan ini terlihat sangat sehat,” guraunya.

Natasha tertawa kecil mendengar gurauan Gerald. “Memangnya kau tidak pernah makan makanan sehat seperti ini?” tanya Natasha sambil mengambilkan Gerald salad dan daging ayam kukus yang ia buat masak setelah diberikan beberapa bumbum.

“Aku hanya makan makanan seperti ini jika sedang diet, tetapi tidak apa. Kau sudah memasaknya dan ini semua terlihat menggugah selera,” sela Gerald mencoba menghargai Natasha.

“Cobalah.” Natasha menaruh piring yang sudah terisi penuh itu tepat di hadapan Gerald.

Gerald mengambil garpunya dan mulai melahap makanannya. Wajah Gerald menunjukkan reaksi yang berubah ketika mencoba makanan buatan Natasha. “Enak. Ini berbeda dengan makanan diet. Sehat tapi enak. Aku suka,” pujinya tanpa melebih-lebihkan.

Natasha tersenyum lega karena pria di hadapannya menyukai masakan kesukaannya. Ia mulai menyantap makanannya sembari sesekali berbincang dengan Natasha.  

Natasha mengeringkan rambutnya dengan pengering rambut model lama yang berada di kamar mandi. Awalnya ia sedikit bingung karena di Venus jika ingin mengeringkan rambut. ia hanya harus berdiri saja di kamar mandi dan meminta kepada robot rumah untuk menyalakan pengering yang berada di langit-langit kamar mandi. Jadi seluruh tubuhnya akan langsung kering, tetapi di sini ia harus memegang alat pengering itu dan memakan waktu yang lebih lama, tangannya juga merasa pegal.

Natasha keluar dari kamar mandi dan mendapati Gerald yang sedang meletakkan bantalnya di sofa panjang berwarna mocca yang bersimpuh di sudut kamar tidur. Ia menatap buncah Gerald seraya berjalan mendekati.

“Kenapa kau tidak tidur di ranjang saja?” tanya Natasha tiba-tiba

Gerald menarik sudut ranumnya canggung. “Aku takut kau tidak merasa nyaman denganku.”

Natasha tertawa kecil. “It’s okay. Kita teman jadi tidak apa jika tidur di ranjang yang sama.”

“Tidak usah. Aku akan tidur di sini saja,” tolak Gerald sopan.

Natasha mengangguk mengerti, tersenyum kecil. “Kalau kau merasa dingin kau bisa mengambil selimut di lemari bawah, tetapi jika kau malas ke bawah. Kau bisa pindah tidak di ranjang.”

Gerald hanya tersenyum dan mengangguk mengerti.

Gerald masih tidak bisa memejamkan matanya karena udara yang terlalu dingin sampai rasanya menusuk tulang. Padahal alat penghangat ruangan di rumah ini sudah menyala, tetapi tetap saja dingin. Di wilayah tempat mereka bermukin memang sedang memasuki musim dingin. Jadi, wajar saja jika udara terasa sangat dingin. Sekarang Gerald merasa sangat menyesal karena menolak tawaran Natasha. Seharusnya ia tidak usah merasa malu-malu seperti tadi.

Gerald mengumpulakan seluruh kekuatannya untuk mengalahkan rasa malasnya yang bersemayam lebih besar. Akhirnya ia turun dari sofa dan membuka pintu kamar secara perlahan agar tidak membangunkan Natasha.

“Gerald?”

Gerald menoleh ke sumber suara dan melihat Natasha sedang menatapnya dengan mata menyipit.

Gerald kembali menutup pintu kamar, tidak jadi keluar. “Maafkan aku karena mengganggu tidurmu.”

Natasha mengusap matanya. “Kau bisa tidur di ranjang jika kedinginan. Tadikan sudah aku bilang untuk tidur di ranjang saja.”

Gerald mengusap tengkuk lehernya untuk menghilangkan rasa canggung dan malu yang bertalu-talu menyeruak di dalam torsonya. Ia memindahkan bantalnya ke ranjang dan merebahkan dirinya di ranjang seraya berusaha menjaga etape mereka agar tidak menyentuh Natasha. Namun, pergerakkannya terhenti ketika mendengar suara dentuman tembakan menggema yang berasal dari hutan tak berpenghuni di belakang rumahnya. Natasha juga ikut bangkit dari tidurnya karena terkejut. Mereka berdua sama-sama terperanjat dan saling bertukar pandang.

Natasha meneguk air liurnya sendiri untuk mengusi rasa takut yang tiba-tiba mengganggu dirinya. “Kau dengar yang aku dengarkan?” tanyanya dengan dahi berkerut dan suara bergetar.

Gerald mengangguk dan bangkit menumpuhkan kakinya pada lantai kamarnya. “Aku akan memeriksa. Kau disini saja dan kunci pintu kamar,” titah Gerald lalu melangkah keluar kamar, tetapi langkah tungkai jenjangnya terhenti karena sebuah tangan menggenggam pergelangan tangannya erat seakan menahannya agar tidak pergi.

Natasha mendongak dan netranya lantas bertemu dengan manik hitam kelam Gerald. “Periksa besok saja. Resikonya akan sangat tinggi jika malam hari, apalagi di luar sana sangat gelap,” pintanya dengan raut wajah risau.

Gerald menghembuskan napas keras lalu kembali merebahkan dirinya di ranjang seraya menatap raut wajah Natasha yang mulai melembut. “Baiklah. Aku akan memeriksanya besok pagi.”

Mereka saling bertukar pandang dengan netra yang saling menyelam. Mereka saling berhadapan, walaupun dengan jarak yang cukup jauh. Mereka hanya diam tak bersuara seakan dari tatapan saja dapat menjelaskan segalanya. Hanya ada deru napas mereka yang mulai teratur. Natasha menyimpulkan ranumnya dan memejamkan matanya perlahan.

Sementara Gerald masih setia menatap wanita dihadapannya. Ia merasa aneh dengan dirinya sendiri, tidak biasanya ia menurut seperti tadi. Dirinya termasuk orang yang keras dan tidak mau mendengarkan orang lain jika memang itulah keputusannya. Namun, netra indah yang menatapnya risau dan raut wajah yang terlihat takut mengubah pendiriannya. Gerald masih setia memandang wajah wanita di hadapannya yang sudah tertidur pulas, dilihat dari napasnya yang teratur dan wajahnya yang terlihat tenang.

Gerald perlahan memejamkan kelopak maniknya dan menghela pelan napasnya.

“Pria selalu mendengarkan dan memberi saran, sementara Wanita selalu berbicara dan tak mau menerima saran. Cobalah sekali-kali untuk saling menjadi pendengar yang baik dan pemberi saran yang baik.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status