Bintang-bintang terlihat begitu cantik menghiasi langit malam yang gelap. Ada bulan separuh di tengah-tengah mereka. Seakan menjadi ratu di antara hamparan bintang-bintang itu.
Di balkon kamar, aku berdiri menengadah ke atas langit. Tersenyum dalam lamunan. Menyaksikan indahnya ciptaan Tuhan. Ku elus perutku yang sudah membuncit. Gerakan si jabang bayi langsung menyambut tanganku. Begitu kuat dan aktif. Membuatku tertawa dalam hati.
Tidak terasa kini usia kehamilanku sudah memasuki usia 9 bulan. Hamil di usia muda tidak mudah bagiku. Aku sempat mengalami stres saat trimester pertama dan kedua. Panik memikirkan bagaimana rasanya persalinan nanti. Beruntung ibu dan suamiku selalu menyemangatiku, hingga aku dapat menyingkirkan pikiran buruk yang ada di otakku.
Sekarang berat badanku naik dua kali lipat. Wajar saja, karena selama hamil, nafsu makanku naik dari biasanya. Ditambah lagi dengan sikap suami yang selalu mengingatk
Dalam samar-samar penglihatan, aku mencoba membuka mataku yang terasa berat. Tersenyum ketika melihat suami yang sedang duduk di tepi ranjang. Menggendong bayi mungil kami dengan raut wajah yang sumringah. Aku dan bayiku sudah dibolehkan pulang dua hari yang lalu. Dan tadi, aku disuruh Bryan istirahat sejenak. Dia yang menggantikan tugasku menjaga si baby. Kebetulan hari ini hari libur. Bryan bilang, aku harus banyak istirahat agar tidak terlalu lelah. Agar ASI eksklusif yang aku berikan kepada bayi kami tetap lancar. Maklum, memang belum seminggu aku menjadi seorang ibu. Tapi, semua tanggungjawab ini sudah membuatku kalang kabut. Sebab aku tidak punya pengalaman mengurus bayi. Jangankan bayi, menjaga adik saja aku tidak pernah. Sebab aku kan anak tunggal. "Kau sudah bangun?" tanyanya. Aku mengangguk. Lalu, berusaha untuk duduk dan bersender di ranjang. Ngilu jahitan caesarku masih terasa. "Apa dia rew
🌻Prolog🌻Wanita mana yang tidak akan hancur dan terpuruk jika seorang laki-laki yang sama sekali tidak dia cintai tega merebut mahkota paling berharga dalam dirinya hingga menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan! Pasti dunia ini terasa sempit dan menghimpit. Itulah yang aku rasakan. Awalnya aku adalah seorang gadis yang periang dan selalu menikmati hidup walau dengan kesederhanaan. Tapi kini?Kekagumanku pada sosok supervisor yang terlihat sangat berwibawa dan bijak dalam mengambil sikap, seketika berubah menjadi sebuah kebencian yang sangat teramat karena dia dengan teganya menodaiku hanya gara-gara aku tidak sengaja menumpahkan secangkir kopi ke pakaiannya. Hidupku hancur! Masa depanku hilang sudah. Akibat dari perbuatan kejinya, aku akhirnya harus mengandung janin yang berasal dari benih yang pernah dia semburkan ke tubuhku tanpa izinku sama sekali. Laki-laki itu membuatku merasakan hidup dalam kesengsaraan, dan yang lebih membuatku terluka lagi adala
Ojek online yang aku pesan secara online sudah muncul di depan pagar rumah. Hal itu semakin membuat ibuku menggeram. Aku tahu karena sedetik lalu aku melirik wajahnya. Dia terpaku di teras rumah melihat kepergianku bersama abang tukang ojek.Aku juga tahu yang ada di pikiran ibu saat ini pasti dia sedang mengutuk perilaku diriku. Dia pasti kesal melihatku naik ojek padahal ibu mempunyai supir pribadi yang bisa aku pakai jasanya kapan saja. Tapi aku tidak mau melakukan itu dengan alasan, masa iya sih seorang karyawan biasa seperti aku di antar naik mobil mewah. Apa kata orang nanti? Aku memang merahasiakan kekayaan orang tuaku kepada teman-teman sekantor dan teman-teman yang bekerja di satu supermarket denganku.Banyak alasan yang aku lontarkan ketika salah satu atau kumpulan dari mereka meminta untuk datang ke rumahku. Aku tidak ingin mereka tahu akan kemegahan dalam hidupku. Aku ingin melihat ketulusan dari mereka, berteman de
Aku sudah berada di depan ruangan supervisorku. Aku masuk ke dalam ruangan itu dan menutup pintu. Pak Bryan mempersilakan aku untuk duduk di kursi yang tersedia di depan meja kerjanya. Aku pun menurut. Sementara itu dia sibuk mengotak atik laptopnya."Mana laporan hasil penjualanmu? Sini berikan kepada saya," pinta Pak Bryan sambil menjulurkan tangannya ke hadapanku."Baik Pak! Sebentar!" Tanganku langsung masuk ke dalam tas, mencari notebook yang berisi tulisan tulisan tentang laporan penjualanku selama seminggu belakangan."Ini Pak." Aku menyerahkan notebook itu kepada atasanku. Pak Bryan menerimanya. Dia lalu memeriksa notebookku dengan seksama. Ku lihat alisnya yang bak semut beriring itu naik turun membaca notebookku, lalu wajahnya tampak manggut manggut tak menentu."Hem, ternyata kamu pintar juga mempromosikan suatu barang ya, hasil penjualan kamu sangat baik ... dan meningkat dua kali lipat dari bulan kemarin." Pak Bryan tersenyum lebar ke arahku.
Jleb!Aku tersentak ketika tangan pak Bryan menggenggam tanganku. Aku terpaksa menghentikan aktivitas mengilap kemejanya. Aku langsung memandang wajah pak Bryan yang sudah memandang wajahku duluan. Menatapku tajam hingga seluruh tubuhku gemetaran. Tanganku yang sedang dipegangnya sampai terasa dingin dan kaku. Sumpah demi apa coba, pak Bryan menatap mataku begitu dekat. Aku menundukkan pandanganku, menghindari tatapan matanya. Aku tarik tanganku dan segera aku menjauh dari sisi supervisorku ini."Maafkan saya, Pak!"Sekali lagi, dan mungkin akan berulang kali lagi aku mengucapkan kalimat ini. Sambil terus menunduk menahan rasa malu, aku menunggu jawaban atas permintaan maafku kepadanya.Ayo dong Pak! Jangan diam saja! Katakan sesuatu yang membuat hatiku tenang. Aduh! Bagaimana ini! Apa aku harus pamit padanya? Atau aku sebaiknya mengundurkan diri saja! Jika begini terus, aku bakalan mati karena menahan malu!"Kamu tahu ini masih jam berapa?"
Setelah noda kopi itu menghilang, aku kemudian mengibas-ngibaskan kemeja itu agar bagian yang aku basuh tadi segera mengering. Semerbak harum parfum dari kemeja yang ku pegang saat ini tiba-tiba menyapa hidungku. Aku menghirupnya dalam-dalam. Ah! Benar-benar sangat memanjakan hidung dan pikiranku. Untuk beberapa saat, aku terdiam dalam lamunan. Tapi, lamunanku tiba-tiba buyar ketika seseorang masuk ke dalam toilet. Aku tersadar. Kepalaku langsung menggeleng-geleng tak menentu. Sebisa mungkin aku membuang pikiran kotor yang bersarang di kepalaku.Ku lihat wanita yang baru masuk ke dalam toilet tadi menaikkan satu alisnya ke arahku. Mungkin dia heran melihatku karena mendapati aku yang sedang menghirup udara di dalam toilet, padahal aku sedang menikmati harumnya parfum dari baju supervisorku ini. Tanpa mempedulikan tanggapan dari wanita yang juga tim leader di kantorku ini, aku langsung melangkah keluar menuju ruangan supervisorku kembali.Tok tok tok...Aku mengetuk
Eh, apa-apaan ini! Pak Bryan semakin merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Aku melihat sorot matanya yang begitu memancarkan gairah kepadaku. Ketakutanku semakin menjadi-jadi saat laki-laki ini mencium bibirku. Aku meraung, segera menjerit. Tapi, jeritanku tertahan dalam mulutnya. Aku memukul-mukul dan mendorong-dorong dadanya. Tapi sepertinya itu tidak berdampak apa-apa pada dirinya. Dia tetap terpacu, mencium bibirku secara brutal."Lepaskan akuuu!!"Kata-kata itu yang terlontar dari mulutku. Tapi, sekali lagi. Suaraku tertahan di dalam mulutnya."Lepaskan aku!! Dasar bejat kau! Baj**ngan!!"Aku mulai menyadari sepenuhnya apa yang akan dia lakukan kepadaku. Terlebih saat ini dia mulai menjelajahi bagian dadaku. Saat aku ingin kembali berteriak, secepat kilat tangannya menyumpal dan menekan mulutku dengan kuat. Aku semakin memberontak. Ku tarik-tarik rambut belakangnya dan ku pukul-pukul kepalanya dengan kuat. Tapi dia tetap tidak merespon pukulan dariku.
Bryan POV~Aku belum terlalu mengenal S.P.Gku yang satu ini. Selama ini aku hanya melihat dia di kantor saat ada meeting bersama team leader dan supervisor. Itu juga saat dia sedang berbaur dengan teman-teman S.P.Gnya yang lain. Aku belum sempat visit ke store yang dia tempati karena gadis ini memang masih terbilang baru menjadi karyawan di perusahaan ini. Dan biasanya, karyawan baru seperti dirinya akan divisit oleh team leader saja.Saat aku melihatnya pagi tadi ngedumel sendirian, saat itu pula aku tiba-tiba merasa gemas pada dirinya. Entah mengapa, aku memberinya kesempatan untuk berdiskusi denganku hanya dengan empat mata. Saat dia tidak sengaja menumpahkan secangkir kopi dan kopi itu mengenai kemejaku, saat itu pula ku lihat dia menjadi kaku dan serba salah. Aku memahami apa yang ada di hatinya. Gadis ini pasti ketakutan karena tidak sengaja menumpahkan kopi itu dan mengenai pakaianku.Dengan sigap dia bangkit dari duduknya dan mengambil selembar tissue dari