Share

Masa Kecil Alex

Dua anak cowok sedang bermain bola di halaman rumah Alex, Alex bermain dengan Dwiky, mereka bersahabat baik dan Dwiky selalu menemani Alex setiap saat, sedari dulu, maka dari itu Alex tak bisa mengungkapkan Dwiky dalam kata-kata karena sahabatnya sangat baik, selalu ada, tak pernah meninggalkannya saat yang lain mengabaikan dan selalu mengejeknya, Dwiky adalah salah satu sahabat dekat Alex  mereka nengenal dari kecil karena orang tua mereka juga bersahabat dari muda.

Dwiky adalah anak yang sempurna secara fisik dan mental, secara fisik ia mempunyai perawakan seperti Alex, berwajah tampan, sangat disenangi gadis satu sekolah dan kuliah, anak basket, pokoknya idaman banget, berbeda jauh dengan Alex yang tak sempurna, selalu dikucilkan, diejek, dijauhi. Alex memang diam, tak melawan karena tau semua hal itu tak berguna dan akan membuat nilainya buruk dimata mereka yang tidak menyukai dirinya.

***

Alex kecil bermain bola sepak dengan Dwiky di halaman rumahnya, mereka tertawa riang bersama, kesenangan mereka hancur karena Aji tidak mau mengembalikan bola yang sedang dimainkan. Dwiky menendang bola tapi sayang ia tendangannya terlalu kencang hingga bola itu mampir di halaman Aji.

"Aji, balikin bola Alex," teriak Dwiky meminta bola Alex.

Aji pura-pura tidak  mendengar dan asik memaikan bola itu. Alex yang kesal dengan Aji berjalan ke  halaman rumah Aji untuk meminta bolanya, tanpa diduga Aji meledeknya dan ledekan tadi didengar Papa Aji, Aji mendapat peringatan dari sang papa.

"Bola ini punya aku, sini balikin," Alex nekat  mengambil bolanya karena Aji terus memainkan bola dan mengabaikan teriakan Dwiky.

"Bisa main apa, Alex?" Aji meledek dan mendapat tatapan sengit  dari Alex

Orang tua Aji keluar saat mendengar anak kesayangan mereka meledek Alex.

"Aji gak boleh gitu, balikin bola Alex!" titah Papa Aji, Papa Aji mengambil bola itu darinya, memberikan bola itu ke Alex.

“Alex, Om minta maaf ya atas nama Aji, maaf sudah menyakiti kamu. Om yakin suatu hari nanti kamu akan menjadi orang hebat, sekali lagi Om minta maaf ya,” Papa Aji menggendong Alex sampai ke rumahnya.

"Masuk kamar, jangan keluar lagi!" Papa menatap Aji sebentar lalu meminta sang anak masuk kamar sesaat setelah mengembalikan Alex ke rumahnya.

***

Di kamar Aji memainkan robot dan mobil-mobilan di atas kasur, Aji kesal dimarahi sang papa, ia menggerutu sendiri dengan mainan membicarakan kejadian yang membuatnya akan dimarahi sang ayah.

Papa membuka pintu berwarna putih dengan hiasan yang menggantung bertuliskan nama Aji. Pintu putih itu dibuka perlahan oleh Papa, ia melihat Aji bermain dengan mainan favoritnya.

"Aji," Papa memanggil pelan dan melangkah  ke kasur Aji.

"Kenapa Pa? Mau marah sama Aji gara-gara Alex?" Tanya Aji karena kesal dengan Papa

Papa menggeleng, mengelus pucuk rambut Aji, "Hai sayang, Papa gak marah sama kamu, Papa sama Mama cuma mau kamu tau, kalau perbuatan yang kamu lakukan ke Alex tadi salah."

"Salah kenapa Pa?" tanya Aji, duduk di pangkuan Papa

"Alex memang tak sempurna tapi kamu gak seharusnya menghina dia kaya tadi, Papa mau kamu berteman dengan Alex, Alex anak baik dan kamu juga harus jadi anak baik, sayang." jelas Papa yang diakhiri dengan kecupan hangat di kening Aji.

"Aji mau temenan sama Alex Pa," Papa senang mendengar ucapan Aji yang ingi berteman baik

***

Ibu Aji memeluk tubuh kecil Alex dan meminta maaf karena kelakuan anaknya, "Alex maafin Aji ya," Ibu Aji lagi-lagi minta maaf karena kesalahan anaknya dan memeluk Alex.

"Dwiky lanjut main sama Alex ya, maafin Aji ya Alex," Ibu Aji lagi-lagi memeluk Alex. Dwiky mengangguk dengan permintaan Ibu Aji.

Ibu Aji pergi meninggalkan mereka, Alex kecil sebenarnya terluka karena ucapan Aji tapi  yang diucapkannya benar tanpa ada karangan.

Alex dan Dwiky lanjut lagi bermain, cuaca matahari terik dan panas, anak kecil tak peduli tentang itu yang penting mereka bermain dan senang.

Jam menunjukan pukul 10.30 pagi Mama Alex meminta Alex dan Dwiky bermain.

"Alex, ajak Dwiky ke dalam ya," perintah Mama.

"Iya, ma," Alex menjawab Sang Mama.

"Dwiky ayo main mobil-mobilan di kamar," ajak Alex, Dwiky mengikuti Alex dari belakang.

Alex masuk ke rumah dan mencium bau kue favoritnya, Alex yang berniat ke kamar  kembali turun dari tangga.

Dwiky yang bingung melihat Alex turun, memanggil Alex "Alex ko turun lagi?" Tanya Dwiky.

Alex terus menuruni anak tangga dan menjawab Dwiky di bawah, "Aku mau ngambil cemilan dulu Ky, kamu duluan aja"

"Ok, bilangin ke Mama kamu bawa yang banyak ya," ledek Dwiky, ia lari ke kamar Alex.

Alex berjalan ke dapur menghampiri Mama, Mama yang lagi masak mendengar langkah kaki Alex yang berlari kecil.

"Mama masak apa?" Alex duduk di kusi sebelah Mama, ia tidak melihat apapun di meja padahal dia mencium aroma kue coklat.

"Mama bikin kue cokelat, mau?" Tanya Mama, Alex mengangguk.

"Yaudah nanti Mama bawa ke kamar aja ya, sekalian makan sama Dwiky," Alex kembali ke kamar setelah mendapat konfirmasi dari Mama.

"Dasar anak kecil, tau aja kalo ada kue cokelat," Mama tersenyum geli dan paham dengan kelakuan anaknya.

***

Dwiky membuat kamar Alex kaya kapal pecah, berantakan dimana-mana.

Alex naik ke kasur mengambil mainan favoritnya dan bermain dengan Dwiky di lantai.

"Lex, bagus ih," Dwiky melihat mobil-mobilan remot yang dibawa Alex.

"Ini hadiah dari Papa," Alex masih sibuk dengan remot kontrol nya,

"mau main Ky" tanya Alex, Dwiky mengangguk dam lagsung nemberikan remot kontrol itu pada Dwiky, "main aja ky"

Dwiky dan Alex bermain layaknya anak kecil, berisik dan berantakan, Mama Alex akan memebereskan  bekas mainan mereka.

***

Kue cokelat selesai dibuat, Mama membuat dua loyang kue, satu loyang dibawa ke  kamar, satu loyang disimpan. Mama masuk ke kamar Alex, ia sadar keadaan kamar akan kacau kalau  ada Dwiky. Alex sangat senang dengan Dwiky begitu juga Mama Alex.

"Mau kue cokelat?" Alex langsung mengambil kue cokelat.

"Dwiky mau?" Tanya Mama Alex.

"Mau, Tante," Dwiky membawa piring berisi kue cokelat itu ke tengah.

"Jangan dibawa aku masih mau..." teriak Alex.

"Ga dibawa ko Lex, cuma dibawa ke meja tengah," Mama tersenyum melihat tingkah laku Alex yang takut kehilangan kue.

“Tenang aja sih, kalo kue kamu habis ya beli lagi atuh sok, masa mau diliatin aja kuenya,” Mama meledek Alex karena tingkahnya yang lucu dan sangat aktif.

“Kirain gitu mau Mama simpan kuenya sampe lebaran,” Alex balik meledek Mama.

Alex dan Dwiky menikmati waktu bermainnya dengan tawa bahagia dengan kue di antara mereka. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status