Setelah berganti pakaian, Alena berjalan keluar dari gedung fakultasnya. Alva mengirim chat, bahwa ia menunggu di bangku taman, dekat pintu masuk fakultasnya. Alena melihat Alva sedang duduk sendiri, sambil mendengarkan sesuatu dari ponselnya, headset terpasang di telinganya. Ia tampak serius.
Mendadak, Alena merasa sangat merindukan Alva. Kejadian hari ini membuat pikirannya agak kacau. Rasanya ada yang harus dikatakannya secara terus terang pada Alva. Alva langsung berdiri menyambut Alena begitu melihatnya. "Pasti udah lama banget ya kamu nunggunya...," sapa Alena, saat mereka sudah berdiri berhadapan.Alva merangkul pinggang Alena dan mengecup keningnya. "Nggak apa-apa, Sayang... Gimana casting-nya?" tanya Alva dengan suara lembut."Hasilnya baru diumumkan besok...," Alena menjawab singkat. "Kita cari tempat buat ngobrol yuk..."Alva memandangnya. Sepertinya Alva sudah mengerti, bahwa ada hal serius yanHari Rabu, hasil casting diumumkan oleh Professor Moretti di kelas. Ternyata kelas mereka akan dipisah menjadi dua kelompok, sesuai jurusan. Jurusan Teater dengan pemain mereka masing-masing, begitu pula dengan Jurusan Akting. Mungkin ini karena standard penilaian yang digunakan berbeda antara kedua jurusan.Dari Jurusan Akting, pemeran utama yang terpilih adalah Paula sebagai Putri Odette, dan Henry sebagai Pangeran Siegfried. Sedangkan dari Jurusan Teater, Alena yang akan menjadi Putri Odette, didampingi oleh Matteo sebagai sang pangeran.Matteo adalah seorang pemuda dari Italia. Alena sudah mengenalnya karena mereka sekelas, dan menurut Alena, dia cowok yang baik dan ramah. Matteo langsung menghampiri Alena begitu kelas usai. Ia berkata, ia senang karena akan berpasangan dengan Alena. Mereka semua akan memulai latihan di siang hari, setelah kuliah berakhir."Aku masih nggak percaya Paula bisa jadi Odette... Pasti itu gara-gara dia ngerayu Herr
Mereka berangkat hari Rabu pagi dengan pesawat. Penerbangan ke Nice memakan waktu dua jam lebih. Sampai di bandara, mereka lanjut menaiki trem, sejenis kereta listrik yang berjalan di jalur rel di atas jalan raya. Suasana di kota Nice cukup ramai.Nice adalah kota di pinggir Pantai Mediterania, sudah pasti pemandangannya sangat indah. Tante Jenna memang benar, cuaca di Nice tidak sedingin di Berlin saat musim dingin. Matahari masih bersinar dengan hangatnya. Rasanya seperti musim gugur di Berlin. Alena tak perlu memakai mantel musim dingin, cukup sweater dan syal untuk menjaga tubuhnya tetap hangat.Alma sudah berusia tiga tahun sekarang, ia makin lincah, dan rasa ingin tahunya sangat besar. Ia duduk dekat Alena dan Alva, terus-menerus berceloteh sepanjang jalan, bertanya dan berkomentar tentang apa pun yang dilihatnya. Alva dengan sabar meladeninya.Mereka tiba di depan sebuah rumah bergaya Italia. Dahulu, Nice memang termasuk daerah Ita
Esok paginya, Tante Clara dan Om Hanz pergi berziarah ke makam ayahnya Om Hanz. Mereka berangkat jam enam pagi, dan meminta tolong Alena untuk menjaga Alma. Alma tadinya masih terlelap di tempat tidur. Tapi mungkin karena mendengar suara mobil di halaman depan, ia pun terbangun dan mulai rewel.Alena mengajaknya ke dapur, membuatkan sereal untuknya. Alma cuma makan beberapa sendok, lalu berlari ke pintu kamar Alva, dan memanggil-manggil kakak tirinya itu."Alma, ayo sini... Kak Alva masih tidur, jangan diganggu...," panggil Alena dengan suara pelan.Ia menaruh mangkok sereal di meja makan, bermaksud untuk menggandeng Alma kembali ke meja makan. Ternyata pintu kamar Alva tak tertutup rapat, Alma langsung mendorong pintu, dan berlari masuk ke dalam kamar itu. Alena mengejar dari belakang. Ia terpaksa melangkah masuk ke kamar Alva juga."Alma... Kak Alva masih..." Alena terdiam, tidak meneruskan kalimatnya.Alva ternyata sudah ban
Hari berikutnya adalah malam tahun baru. Paginya, Om Hanz mengizinkan Alva mengemudikan mobil sewaannya, untuk pergi berdua dengan Alena, sedangkan Tante Clara, Om Hanz, dan Alma tetap di rumah.Alena dan Alva menyukai hal-hal yang berbau seni, jadi mereka pergi ke daerah Cimiez, di mana terdapat Museum Nasional Marc Chagall dan Museum Matisse. Kedua museum tersebut benar-benar memanjakan pecinta seni dengan pameran beraneka karya seni dari kedua seniman tersebut.Setelah puas berkeliling di kedua museum tersebut, mereka mampir ke Monastere Notre Dame de Cimiez, yang merupakan gereja Katolik sekaligus biara. Di kawasan ini, terdapat sebuah taman yang sangat indah. Dari taman ini, pengunjung dapat menikmati pemandangan kota Nice dan Bay of Angels yang menawan dari atas.Menjelang makan siang, Alena dan Alva sudah kembali ke rumah. Mereka berlima makan siang bersama, lalu bersiap-siap melewatkan malam pergantian tahun.Tu
Puas berwisata kuliner, mereka naik trem untuk kembali ke rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Mereka turun di tempat pemberhentian trem terdekat dengan rumah, lalu meneruskan dengan jalan kaki.Cuaca sore ini masih tetap nyaman untuk berjalan-jalan tanpa kedinginan. Cuma tinggal melewati beberapa rumah lagi, untuk sampai di rumah.Mendadak, Alena melihat seorang wanita dengan tangan penuh kantong belanjaan, mendorong stroller bayi dari arah berlawanan dengan mereka. Wanita itu sepertinya kehilangan kendali atas stroller, ia menjerit ketakutan. Jalan tersebut menurun, sehingga stroller meluncur turun menuju ke arah jalan raya!Alena dengan refleks berlari cepat ke arah stroller itu, menariknya ke belakang tepat pada waktunya, sebelum sebuah mobil truk melaju dengan kencang melintasi jalan itu. Pengemudi truk membunyikan klakson dengan nyaring dan berteriak marah. Wanita itu berlari sambil menjerit. Alena terpaku lemas di tempat, strol
Untunglah kuliah baru dimulai tiga hari kemudian. Pada saat ini, kaki Alena sudah jauh lebih baik. Ia masih memakai bebat perban untuk mengurangi rasa sakit. Tapi Alena sudah bisa berjalan sendiri, tanpa dibantu lagi.Latihan drama musikal adalah yang paling dicemaskannya. Ia tidak yakin bisa menari saat ini. Alena mengutarakan kondisinya pada saat latihan sore itu, di depan semua teman sekelasnya dan Luis. Luis memandangnya dengan penuh perhatian."Nggak apa-apa...," akhirnya Luis berkata. "Kita tunggu sampai kamu sembuh, baru kita mulai lagi latihan menarinya, khusus untuk kamu. Untuk sekarang ini, kamu masih bisa latihan dialog dan menyanyi."Alena merasa tidak enak, karena menghalangi proses latihan. Setelah latihan selesai sore itu, ia mendekati Luis, yang masih membereskan barang-barang. Teman-teman yang lainnya sudah meninggalkan ruang latihan."Herr Sanchez...," sapa Alena.Luis menoleh. Wajahnya tampak ceria melihat Ale
Jadwal latihan di Klinik Glück hari Sabtu ini hanya sampai jam tiga sore. Tante Jenna tidak bisa ikut, karena ia mendapat pesanan roti dalam jumlah besar, ia meminta Alena tetap pergi menemani Alva.Selesai latihan, Alena dan Alva naik kereta kembali ke rumah Tante Jenna. Tapi mereka mampir dulu ke taman, tempat favorit mereka. Mereka berjalan bergandengan tangan dengan santai, berhenti di atas jembatan kayu yang melintang di atas danau.Berlin di bulan Januari berarti kembali merasakan musim dingin yang bersalju dan beku. Danau tertutup es, salju di mana-mana. Namun sore ini cuaca cukup tenang, tak ada tanda-tanda akan turun hujan atau salju.Alena merapatkan syalnya, karena merasakan hembusan angin dingin di lehernya. Alva melangkah mendekat, dan memeluknya dari belakang. Alena tersenyum."Aku udah mulai terbiasa kok, sama musim dingin di Berlin...," kata Alena, tapi ia menyandarkan juga kepalanya di bahu Alva."Aku cum
Sejak hari itu, setiap selesai latihan kelompok, Luis akan melatih Alena lagi secara khusus, hanya mereka berdua. Rasa sakit di kaki Alena lama-kelamaan tak terasa lagi. Kakinya mulai pulih, dan Alena sangat gembira.Hari ini, Alena sedang merasa sangat bersemangat. Hari ini tanggal 17 Januari, hari perayaan tiga tahun ia dan Alva menjalin hubungan kasih. Alva sudah berjanji akan membawanya ke suatu tempat untuk kencan sore ini, setelah selesai latihan. Seperti biasanya, Alva suka memberi kejutan, dan memikirkannya membuat Alena seperti mendapat tambahan energi sepanjang hari ini.Semangatnya juga berpengaruh pada latihan dramanya. Ia dan Matteo berduet dengan baik, kakinya sudah pulih sekarang. Mereka juga sudah berlatih dalam kelompok besar. Mulai besok, mereka semua akan berlatih di atas panggung tempat drama akan dipentaskan, karena waktu pentas tinggal dua minggu lagi.Jam tiga, latihan dihentikan. Wajah lelah tapi ceria terlihat pada semua mahasis