Share

Special Gift

Keira baru saja mengutarakan permintaan untuk hadiah ulangtahun nya yg ke 15. Kenan juga masih dalam keadaan tersedunya mendengar Keira pasrah jika mami nya benar benar akan pergi.

"Bang, jangan begini. Ada kehidupan selanjutnya yang harus Meira jalani. Kalian berdua pun begitu. Bang Kenan masih punya kesempatan untuk mulai hal baru. Dan Keira... untuk permintaan itu--"

Anne tersentak menghentikan pembicaraan. Matanya langsung tertuju ke Franda. "Kak Cia.." katanya lirih. Kenan dan Keira lantas mengangkat pandangan dan melihat Anne yg wajah nya penuh keringat.

deg! Franda yg mengenal betul seperti apa Anne langsung berdiri, mengambil minum di meja itu dan memberikan nya ke Anne.

"Ci, kenapa?" tanya Kenan bingung melihat Anne.

"Ini mulai capek dia bang. Jeda sebentar ya." jawab Franda sambil memberikan adik iparnya minum perlahan. Keira tidak tega melihat aunty nya berkeringat.

"Kak Mei terlalu emosional, bang. Anne nahan nya susah." kata Anne setelah minum itu habis.

"Apa yang bikin mami emosional, aunty?" kali ini Keira yg bertanya.

"Ada perasaan pengen kembali, bahagiain kalian berdua, tapi gk bisa. Ada penyesalan dan rindu yg terlalu kuat disana."

"Bang Kenan, Keira, Anne ijin istirahat. Besok dilanjutin ya. Mami nya Keira mau kok. Aunty Anne juga siap. Keira seneng?", tambah Anne masih dengan suara orang kehabisan tenaga.

"Terimakasih aunty. Terimakasih." Keira memeluk Anne sekali lagi dengan erat. Yang di peluk melihat ke arah belakang badan cia. Ia senyum dan mengangguk.

"Kenapa senyum?" tanya Franda.

"Kak Meira bilang thankyou. Bang Kenan, kak Mei disini kok. Dia nggak pergi, bang."

"Anne, terimakasih." Kenan mengucapkan itu tulus sekali seperti dari hati yang paling dalam.

Suasana haru dirumah itu sedikit mereda. Irish yg mendapat jawaban langsung dari Meira sedikit bisa bernafas. Walau maaf dari Kenan belum dia dapatkan. Dalam hati ia berbicara akan mencoba terus. Sampai hubungan mereka kembali seperti dulu. Layaknya adik yang tidak ingin pisah dengan kakak nya walaupun ada saja tingkah menyebalkan diantara kedua nya.

Anne beranjak dari duduk nya diantara Kenan dan Keira. Ia menggandeng Franda ke sofa. Anne peluk kakak iparnya itu. Si kakak ipar mengelus kepala Anne memujinya, "Cukup buat hari ini. Goodjob, dek."

Sekarang giliran Keira yang bergeser dan memeluk sang papi. Ia lihat sisa air mata masih menggenang dimata Kenan. Tangan Keira terangkat, mengusap mata itu dengan ibu jarinya. "Jangan nangis, papi Ken." terdengar lembut sekali. Kenan mengembangkan senyum.

"Papi lemah ya, baby?" tanya nya.

Gadis itu terdiam, menggeleng sambil mengerucutkan bibir nya dan membulatkan mata, "No, papi Ken tetap Iron Man nya Keira! Uh, i love you sepuluh ribu! Muach!"

cup! Keira mengecup kuat pipi Kenan. Yang dikecup tersenyum lagi. Selemah itu memang Kenan. Kalau sudah di kecup anak perempuan nya itu, hatinya yg sendu berubah hangat lagi.

"Papi, tidur siang yuk. Keira mengantuk." ucap Keira lagi sambil menguap.

"Pamit dulu, sayang."

"Opa opa, oma oma, uncle dan aunty aunty sama itu nggg.. Azof, Keira tidur siang dulu yaaa." kata si gadis. Yang di pamiti mengangguk kompak. Kenan menggandeng Keira pergi dari sana. Ia menawarkan Keira untuk tidur di kamar tamu yang sudah disiapkan Franda, namun gadis itu menolak. Keira memilih tidur dengan sang papi. Jadilah si papi membawa Keira naik ke lantai atas menuju kamarnya.

Setelah Kenan dan Keira hilang dari pandangan, Irish memberanikan diri bertanya ke Anne. "Dek, apa tadi yang ngomong itu semua kak Meira?" tanya nya.

"Iya kak, semua yang bicara itu kak Mei. Dan...." Anne menggantung kata kata. Ia melihat ke satu arah yang tidak ada siapapun. Senyum terlihat sebentar sebelum ia lanjut berbicara, "Coba bujuk abang pelan pelan. Jangan dipaksa sekarang. Bang Kenan sebenarnya punya hati yang lembut. Cuma, luka nya muncul lagi karena liat kak Ayis. Kak Meira barusan bilang itu, kak."

Kak Mei, Ayis akan bujuk abang. Ayis hampir gila karena merasa bersalah, kak. Kalau kak Mei saja maafin Ayis yang bodoh ini, seharusnya abang juga memaafkan Ayis. Maafkan semua kesalahan Ayis, kak. Batin Irish dalam hatinya.

Ia pindah ke pelukan buna nya. Ayah Bimando mengelus pundak anak bungsu nya itu dan meyakinkan segalanya bahwa Irish akan mendapat maaf yang tulus dari Kenan. Walaupun mungkin butuh waktu. Karena luka tidak bisa begitu saja sembuh. Tapi ayah dan buna dari kedua nya yakin, saudara akan tetap bersaudara. Sekeras apapun batu yang menghalangi mereka, akan luluh pada waktunya.

...

Di kamar Kenan.

Laki laki itu sedang memperhatikan putri semata wayang nya yang daritadi bolak balik melihat dinding dihadapannya. Disana terdapat banyak pigura kecil.

"Baby, katanya ngantuk. Kok enggak tidur? Ngapain disitu?" tanya nya lagi. Ini sudah pertanyaan kedua kalinya.

"Ih papi, Kei lagi liatin foto. Ini goals banget, pi." katanya.

"Goals? Apa nya yang goals, baby?" Kenan yg tidak mengerti maksud Keira pun bertanya.

"Disini ada foto papi, dari papi kecil. Ada foto om Keanu sama papi juga. Foto tante Irish. Sama eum... ini?" Tanya Keira sambil menunjuk satu foto. Ia bertanya karena belum pernah melihat foto itu sebelumnya. Mungkin pernah, tapi ia lupa. Karena jajaran foto itu ia lihat sedetail detailnya waktu dirinya masih berusia hampir 5 tahun sebelum dipindahkan ke London.

"Mami Meira waktu masih sekolah. Papi minta itu dari aunty Franda, baby."

Mami cantik sekali. Mami, apa Keira bisa minta satu permohonan langsung ke Tuhan. Tapi, Keira tau itu tidak mungkin, mami. Batin Keira sebelum naik ke atas kasur. Gadis itu menyusup ke badan Kenan. Ia jadikan lengan Kenan sebagai bantalan. Ia tempelkan wajah nya di dada bidang sang papi.

"Uh, anak kesayangan papi lagi manja ya, hmm?" tanya Kenan sambil mengusap kepala Keira. Ini cara Kenan membuat Keira tertidur. Usapan dan wangi badan Kenan menjadi senjata untuk menghantarkan Keira tidur sedari bayi.

"Papi risih ya?" tanya Keira yang matanya terpejam.

"Enggaklah, sayang. Keira kan hampir setiap hari kaya gini. Mana mungkin papi risih."

"Papi..."

"Hmm?" Keira terdiam sejenak sebelum mengeluarkan apa yang akan dia sampaikan. Kenan menunggu, terus mengusap. Dia ikut memejamkan mata.

"Papi Ken, bolehkan Keira meminta Tuhan kembalikan mami?", tanya Keira dengan sangat hati hati takut melukai hati papinya. Kenan menarik nafas dalam dan menghembuskannya.

"Jika saja papi Tuhan, akan papi kembalikan mami Meira. Jika saja papi dikasih kesempatan untuk mutar balik waktu, papi rela melepas semua yang papi miliki agar bisa melihat kalian berdua terus disamping papi. Tapi baby, sayangnya papi bukan Tuhan. Papi hanya bisa menerima segalanya. Keira pun begitu. Dengar kan tadi mami bilang, mami tidak akan bisa kembali lagi? Ya memang tidak bisa, sayang. Mau sampai pita suara kita berdua putus, sampai hati kita tidak bisa berteriak keras, Tuhan tidak akan mengembalikan mami." suara Kenan terdengar sedikit bergetar.

Keira mendongakkan kepala nya sedikit, menatap wajah tampan laki laki yang membesarkan nya. "Keira akan jaga papi seumur hidup Kei, pi."

Kenan tersenyum melihat kedua bola mata indah yang Meira miliki ada disana. "Bukan tugas Kei jaga papi. Nanti nya Kei akan punya suami dan anak."

Suami? Anak? Apa bisa? Papi pun masih sendiri sampai sekarang. Harus kah Keira seegois itu meninggalkan papi sendirian?

"Papi, bagaimana papi bisa kuat ngelewatin semuanya?" kata Kei masih balik menatap kedua mata Kenan.

"Kekuatan papi ada disini," Kenan menyentuh pipi Keira dengan telunjuknya. "Asal Keira ada disini, asal papi bisa liat Keira, bahagia nya Keira, senyum manis nya Keira, tingkah lucu nya Keira, dunia masih akan papi anggap utuh. Walaupun ada part yang hilang."

Ya, bagian yang hilang itu kamu, Mei. Sampai kapanpun, bagian itu tidak bisa digantikan.

"Yang harus Keira ingat, papi akan terus sayang Keira. Papi akan jaga harta satu satu nya. Jabatan, harta benda, itu nomer keseribu setelah Keira. Jangan minta hal yang tidak bisa papi kabulkan. Kalau Keira minta nyawa papi, papi kasih. Tapi kalau Keira minta mami Meira ke Papi, tidak akan bi--"

"I know, papi. Maaf untuk pertanyaan konyol Keira. Kei sayang papi. Sangat sangat." Senyum kuda terlihat lagi disana. Keira kembali menenggelamkan wajah nya di dada wangi Kenan. Ada tangis yang sedang ditahan nya agar tidak keluar.

"Have a good sleep, pi. Lets see how wonderful our dream is. Have a good sleep, mami. We love you so much." Kata Keira yg memejamkan mata dibalas kecupan kening dari Kenan. Laki laki itu bangga, anak perempuan nya tegar. Bahkan lebih tegar dari dirinya.

...

Keesokan paginya.

Di meja makan sudah berkumpul seluruh anggota keluarga. Beberapa hidangan ringan tersaji di depan mata.

"Wanna eat sandwich or fried rice, baby?" tanya Kenan yang memegang piring.

"All of them. Can i, pi?" Keira memamerkan mata bulatnya. Memohon kebaikan hati Kenan.

"No, just choose one kind of. If you still hungry, take it later. Don't waste the food. Papi don't like it." jawab Kenan. Bibir Keira mengerucut.

"Gapapa bang, emang pengen makan semua nya kali. Ini semua juga disiapin buat Keira." Franda menimpali.

"Enggak, Ci. Dia ini biasa begitu kalau liat makanan banyak. Padahal makan nya sedikit. Ujung ujung nya nggak dihabiskan. Kebiasa--"

"Nasi goreng! Huh!" Lagi lagi Keira memotong omongan Kenan yang mulai membicarakan kejelekan nya. Kenan terkekeh sambil menyendokkan nasi ke piring Keira. Setelah mengambil untuk Keira, Kenan mengambil untuknya dan mereka semua mulai sarapan.

"Kakak Kei, Azof nanti boleh ikut nggak? Kakak mau main kan?" tanya bocah kecil yang wajah nya mirip sekali dengan Azrial.

"Hahaha ternyata dia persis lo ya, King. Suka banget ikut orang pergi." Kata Kenan mengejek Azrial. Ia menertawakan kesamaan sifat sepupu dan keponakan nya itu.

"Eum anu... om Kenan. Mommy kan ikut. Biasa nya, dimana ada mommy Cia, disitu harus ada daddy Az. Azof enggak suka ditinggal. Apalagi ini bukan di rumah." Ujar bocah itu menjelaskan.

"Hahaha mirip nya astagaaa, nggak ngebuang sama sekali. Sok polos padahal ngintilan." Ketawa Kenan malah membuat Azof bingung dan mengguncang baju Azrial.

"Ya kan gue yang bikin, bang. Yakali dia mirip tetangga sebelah." jawab Azrial santai. Kata kata itu malah membuat pipi Franda bersemu merah. Suaminya memang sefrontal itu kalau berbicara. Padahal anak mereka ada di depan mata mendengarkan.

"Boleh kok, Azof. Nanti main sama kakak disana. Okey?" kali ini Keira yg menjawab.

Setelah sarapan, Keira ijin untuk berganti pakaian. 20 menit kira kira Kenan menunggu, si gadis tak kunjung turun. Ia langsung beranjak ke lantai atas menuju kamar nya. Ketukan pintu yg tak terjawab membuat tangan Kenan pelan pelan membuka pintu itu. "Baby..." panggilnya. Tetap tidak ada jawaban. Kenan pun masuk ke dalam perlahan. Terlihat Keira duduk di sofa dekat jendela.

Pakaian memang sudah berganti, namun pandangan nya kosong. Kenan pun berlutut di depan anak nya itu. "Ada apa, sayang?" tanya nya pelan.

Keira yang kaget melihat Kenan berlutut pun melepas headset nya. Ternyata panggilan yang tidak terjawab itu lantaran Keira memakai headset di kedua telinganya. Ia gulung kabel headset itu. Kenan kembali bertanya, "Anak papi lagi apa? hmm?"

"Ah, ini. Keira lagi denger podcast nya mami."

Kenan terkejut, "Podcast dari mana?"

"Maaf papi, Keira lancang buka handphone papi. Keira tadi pagi dengar papi lagi nyalain podcast ini. Mungkin papi pikir Kei masih tidur. Padahal, begitu papi angkat badan, Keira juga kebangun. Maaf papi."

Podcast itu memang benar benar rekaman suara Meira. Saat Kenan dan Meira baru menikah, pasangan baru itu harus beberapa kali terpisah sebentar karena selepas Kenan lulus dari studi S1 nya, ia diajak sang buna berlatih memimpin Fircha Production House di beberapa negara. Hubungan jarak jauh itu membuat mereka saling bertukar pesan suara. Dan rekaman ucapan selamat pagi dari Meira memang diputar Kenan tiap kali laki laki itu membuka mata. Ia tidak menyangka, hal yang ia sembunyikan belasan tahun akhirnya di temukan dan disadari oleh Keira.

"Papi, marah ya? Maaf kan Keira." ucap Kei sambil mengelus lembut pipi Kenan.

Kenan memegang tangan mungil itu, "Tidak, papi enggak marah. Papi yang harus nya minta maaf. Papi sembunyiin itu dari Keira. Papi cuma nggak mau Keira makin kangen mami. Nanti Kei nangis, papi sedih."

"Papi, Keira sudah besar. Keira udah 15 tahun loh. Ya walaupun masih puber. Tapi Keira nggak tiba tiba marah, tiba tiba nangis. Nggak baperan kalau kata orang sini. Jadi papi enggak perlu sembunyiin apapun. Nanti Kei akan marah terus diemin papi loh!" si gadis yg berceloteh membuat hati Kenan seperti diterbangi kupu kupu yang banyak. Menggelikan namun hangat.

"Ah, anak papi sudah besar ya. Okelah, my big baby. Papi Ken nggak akan sembunyikan apapun lagi dari Keira. Kan, Keira sudah besar ya? Uuuuh udah jadi gadis beneran!" sepasang tangan Kenan mencubit lembut pipi Keira. Si gadis berontak sambil tertawa. Moment yang dikira nya akan jadi sedih berubah ketika si cerewet kembali muncul ke permukaan.

...

Di Festival Taman Kota.

Keira menggenggam tangan Kenan. Mereka berdua sudah berdiri di depan Anne. Ada Franda yang juga sudah berdiri di samping adik iparnya. Dalam hitungan menit, Anne tersentak. Franda memegangi pundak itu sekali.

"Hallo Meira..." ucapnya.

"Hei Franda" Badan Anne ternyata sudah terisi dengan roh Meira. Keira yang mendengar jawaban itu langsung berlari memeluk tubuh Anne.

"Mami, is that you? Ini bener mami Meira?" tanya Keira yang tingginya hanya se pundak Anne.

"Hmm, ini wanita yang 15 tahun lalu bahagia banget denger Keira nangis kencang. So, apa ini mami? Hey Keira, happy birthday. Ini kali pertama mami ngucapin ke Keira. Gapapa ya sayang, pakai suara aunty Anne?" Meira membawa tangan Anne membalas pelukan putri satu satunya itu.

"Mami, terserah mami mau percaya atau enggak. Ini kado terindah yang Keira terima selama ulangtahun Keira. Bahkan hadiah dari papi kalah indahnya." Kenan yang berdiri tidak jauh malah menahan tangis haru nya. Walaupun terdapat kalimat sindiran, namun ia tau, memang inilah yang diinginkan Keira. Gadis itu tidak pernah meminta banyak. Karena ia sering cerita bahwa mami nya berkali kali mengunjungi Keira di dalam mimpi. Gambaran nya cantik, bersinar, seperti para malaikat baik.

cup! Sebuah kecupan dengan durasi lumayan lama mendarat di ujung kepala Keira. Meira yang melakukan nya.

"Ada hadiah besar untuk Keira dan papi Kenan nanti. Sudah mami siapkan. Keira mau liat itu? Kalau mau, mami cuma minta jangan ada tangisan hari ini." kata kata itu membuat Keira mengangkat kepala nya. Alis Kenan dan Keira terangkat.

Hadiah besar? Meira nyiapin hadiah untuk gue dan Keira? Emang bisa? Kenan terus bertanya tanya dalam hati.

Kira kira, hadiah besar apa yang dimaksud Meira? Kenapa hadiah itu ditujukan untuk Keira dan Kenan? Padahal yang sedang berulangtahun adalah buah cinta mereka. Sebesar apa hadiah itu?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status