Share

2. Diperebutkan

‍‍"Selamat malam, Kar!" Karrie kecil berteriak dari luar rumah Karina. Karina yang memang berdiri di balkon kamar, tersenyum.

"Selamat malam juga, K," balas Karina sembari melambai-lambai.

Karrie tersenyum lebar, dari bawah Karrie bisa melihat keimutan dan kecantikan milik Karina. Karrie membentuk kedua tangannya seperti terompet lalu diletak di depan mulutnya.

"Aku boleh kesana gak?"

Karrie tersenyum ketika Karina mengangguk sebagai jawaban pertanyaannya. Karrie langsung memanjat ke balkon Karina. Setelah sampai diatas, Karina membantu Karrie melompat ke balkonnya.

"Gimana hari ini?" tanya Karrie, sesekali mencuri pandang pada Karina yang sedang menatap bintang.

"Sangat membosankan."

"Kenapa hari ini kamu ga keluar, tumben?" tanya Karrie lagi. Karrie bisa melihat bahwa Karina cemberut.

"Kakak ga bolehin aku keluar cuma karna nilai aku jelek, kan kesel," Karina mengerucutkan bibirnya, "dan seharian, aku disuruh belajar."

"Hahaha makanya, kalau sekolah tuh yang bener," tawa Karrie mengejek. Dia tahu benar, Karina bukanlah tipe anak yang suka belajar. Karina lebih ahli di non akademik daripada akademik.

Tangan Karina bergerak memukul lengan Karrie. "Is kamu mah gitu."

"KAR, CEPET TURUN! MAKAN MALAM."

Karina berdecak sebal, kakaknya mengganggu lagi?

"Itu Kak Ros napa sih?" kesal Karina. Karrie tertawa ringan, lalu berdiri dari duduknya.

"Udah sana, kakak kamu itu peduli sama kamu. Ntar kalau kamu nggak makan kamu mati dong?"

"Aku masuk ya, kamu hati-hati turunnya. Kalau kamu mati aku nggak tanggung jawab."

Karrie tersenyum menatap pintu rumah Karina. Terbesit kenangan-kenangan masa kecil mereka. Masa-masa dimana mereka tertawa bersama, bermain bersama, bahkan menangis bersama.

Karrie melajukan mobilnya menjauhi rumah Karina. Besok, dia akan menjemput sang bidadari hati untuk berangkat sekolah.

----

Karrie menatap sendu Karina yang baru saja turun dari motor Argus. Pagi tadi, Karina menolak mentah-mentah ajakannya untuk pergi ke sekolah bersama. Dan Karina lebih memilih pergi dengan Argus, si Ketos gesrek.

Karrie melangkahkan kaki menuju kelasnya. Apalagi yang dia harapkan? Karina hanya menganggapnya sahabat, tidak lebih.

Namun dirinya? Menganggap Karina bidadari hati yang sangat berharga. Karrie memang tak berani mengungkapkan perasaannya. Namun Karrie tau pasti, Karina akan menolaknya. Karna mereka, BEDA KEYAKINAN!

Karrie menduduki dirinya di bangku kesayangan, paling pojok dan paling belakang. Duduk tenang dan menunggu guru datang. Namun, ketenangan itu terganggu oleh panggilan dari microfon sekolah.

"Di panggil, Karina Antanara. Kelas X Ips 3, sekarang! Ditunggu di ruang BK"

Karrie dibuat bingung dan kepo, pagi-pagi seperti ini Karina sudah dipanggil guru BK?

Sedangkan Karina kini berjalan menuju BK, dia juga bingung, kenapa tiba-tiba dipanggil? Saat Karina masuk ruangan, sudah terdapat Bu Yosi yang menatapnya sangar.

"Ada apa bu?" tanya Karina sembari duduk di kursi yang disediakan. Yosi membuka sebuah buku tebal yang diyakini adalah buku poin.

"Kemana aja kamu 5 hari ini?" Bu Yosi melirik Karina. Tangannya kini bergerak mengambil pulpen di pinggir meja.

"Saya ga kemana-mana, Bu. Semalam aja saya masuk." Karina menatap horor buku poin. Buku yang digunakan guru BK untuk mencatat perilaku buruk siswa.

Setiap pelanggaran memiliki poin, jika poin sudah banyak maka orang tua siswa akan dipanggil menghadap guru.

"Iya, semalam kamu masuk sekolah. Tapi, cuma jam pertama kan? Selebihnya kamu bolos kan?"

Tepat sasaran. Tau dari mana guru sangar ini bahwa dirinya bolos.

Karina manggut-manggut. "Wah iya, Bu. Tau dari mana? Cenayang ya?"

"Saya tidak bercanda!" tegas Bu Yosi. Dari nadanya dan tatapannya, dia benar-benar tak bercanda.

Karina terdiam, dia menunduk. Sepertinya, kini bukan waktunya cari masalah dengan guru yang satu ini.

"Selama 3 bulan ini, kelakuan kamu makin menjadi. Ada apa?" tanya guru itu. Perlu diketahui, Karina adalah salah satu murid kesayangannya. Memang Karina tak pandai dalam akademik, namun Karina adalah murid yang aktif dan mudah bergaul. Karina juga tak terlalu sering membuat masalah, namun akhir-akhir ini Karina berubah.

Karina menggeleng singkat, enggan menjawab yang sebenarnya. Dia galau, dia stres, dia frustasi dengan kehilangan kakaknya.

Bu Yosi memberikan sebuah amplop putih kehadapan Karina. "Saya ingin bertemu kakakmu, besok."

Guru ini memang sudah tau bahwa Karina tak mempunyai orang tua sejak kecil. Ya, punya sih, tapi mereka pergi, meninggalkan dua anaknya seorang diri.

Karina mendongak, menatap sendu amplop yang dipastikan berisi surat panggilan orang tua. "Saya juga ingin ketemu, Bu."

Ahh! Yosi lupa bahwa kakak Karina hilang beberapa bulan lalu. Sekarang terlihat jelas kenapa Karina tiba-tiba berubah sifat.

"Maaf saya lupa, hemm baiklah." Bu Yosi mengambil kembali amplop itu.

Bu Yosi menarik nafasnya panjang, sudah dipastikan bahwa guru ini akan berceramah panjang lebar.

"Saya ingin kamu renungkan. Apakah menurut kamu dengan kamu bersifat seperti ini, kakakmu akan kembali? Apakah dengan kamu membuat masalah, kakakmu akan kembali? Dan ... apakah kamu memikirkan bagaimana reaksinya ketika melihat adiknya yang berubah seperti ini? Kamu pikir dia akan bangga dengan apa yang kamu lakukan?"

Bersamaan dengan ceramah panjang lebar milik Bu Yosi, Karina bersenandung dalam hatinya.

'Ko langsung berubaaaah ... ko mo cari yang bagaimana? Ko mo dapat juga dimanaaa ... biar ko sampe ke ujung dunia, yang mengerti ko tu cuma saya ....'

"Ngerti?" tanya Bu Yosi, mengakhiri ceramah panjang lebarnya. Karina juga menghentikan senandung lagunya.

Ia membalas pertanyaan gurunya tadi dengan anggukan singkat. Bisa dibilang Karina diistimewakan oleh guru BK yang satu ini. Biasanya, Karina akan dibimbing belajar oleh Bu Yosi setiap jam istirahat kedua.

Karina sangat bersyukur karna gurunya ini baik padanya. Namun, dia selalu berdoa agar ceramahan Bu Yosi sedikit dikurangi. Ehh, kalau perlu ga usah pake ceramah segala deh.

"Baiklah kamu bisa memasuki kelasmu."

Karina mengangguk lalu bangkit dari duduknya, berjalan menuju luar dan dikagetkan dengan penampakan Karrie dan Argus.

  

"Kar, kamu kenapa? Bikin masalah?" tuding Karrie kepo. Kini Karrie berdiri tepat di depan Karina. Argus mendorong Karrie kesamping, lalu menggapai kedua tangan Karina.

  

"Lo kenapa? Kok pagi-pagi buta dipanggil keruang BK?"

  

Dengan cepat Karrie menepis tangan Argus. "Daripada disini terus, mending kelas yuk."

 

"Gausah! Sama gue aja," sahut Argus cepat. Karina menatap mereka aneh, satu kata yang terbesit untuk mendiskripsikan dua makhluk ini. ANEH!

  

Argus yang menyukai Karina dan Karrie yang diam-diam mencintai Karina. Secara tidak langsung Karrie dan Argus mengeluarkan aura Permusuhan.

  

Padahal, sebelumnya mereka adalah teman yang cukup akrab. Setiap Karrie dibully dengan para Bad, maka Argus seperti pahlawan akan membantu.

  

Namun, nampaknya semua itu pupus begitu saja. Karna perasaan mereka yang sama-sama mencintai Karina, mereka seperti musuh bebuyutan.

  

Dengan ini mereka berperang untuk mendapatkan Bidadari Hati mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status