Share

Ada apa dengan tunanganku?
Ada apa dengan tunanganku?
Penulis: Rri

Prolog

Langit berwarna kemerahan dengan awan yang bergerak secara perlahan, dedaunan pun terjatuh dari dahannya karena hembusan angin yang kencang.

Dua orang berbeda jenis kelamin itu duduk dengan tenang di salah satu kursi taman yang ada.

Salah seorang mengenakan pakaian putih abu-abu khas seorang pelajar menengah atas sementara salah seorang lagi mengenakan seragam putih birunya.

“Kenapa bisa?” Tanya Alvin. Matanya menatap lurus ke depan tanpa memperhatikan seorang gadis kecil yang duduk di sampingnya.

“Karena aku gak sepinter kamu, Al.” Jawab gadis itu.

Sebenarnya dia cukup ragu, terlihat dari jari jemarinya yang saling bertautan di atas rok biru yang dikenakannya. Dia takut laki-laki yang sudah ia anggap sahabat itu marah padanya.

“Terus mau masuk mana?” Kini matanya melihat tepat di mata si gadis, wajah seriusnya menantikan jawaban yang akan diberikan gadis itu.

Gadis itu menunduk menghindari tatapan yang Alvin berikan padanya. “Ya sekolah biasa aja.”

Alvin mengangkat sebelah alisnya, "Katanya mau jadi dokter, kenapa gak belajar yang bener?”

“Aku gak mau, kamu aja yang jadi dokter. Kamu kan pinter, pasti bisa kok.” Ucap gadis itu dengan senyuman.

Alvin mengangguk mantap. “Oke, aku bakal jadi dokter sesuai kemauan kamu.” Kemudian mengacak rambut si gadis kesayangannya.

Gadis itu tersenyum dengan mata berbinar. Sebenarnya ia berbohong dengan mengatakan bahwa dirinya enggan menjadi seorang dokter.

Nyatanya dia tahu jika dirinya tidak akan mampu menjadi dokter, selain karena biaya sekolahnya yang cukup mahal, dia juga merasa terlalu bodoh untuk dapat menjadi seorang dokter.

Keduanya terdiam menikmati senja di pertengahan musim panas tanpa tahu jika hari itu adalah akhir pertemuan mereka.

Mereka hanya tengah menikmati momen mereka bersama, seperti yang sering mereka lakukan.

“Makasih, Al..”

“Sama-sama, Rania.”

***

8 tahun kemudian...

Rania berjalan tergesa-gesa menuju sebuah gedung yang menjadi tempatnya menimba ilmu. Rambutnya berantakan dengan keringat yang mengalir di keningnya, beberapa buah buku didekapnya erat dengan tas ransel di pundaknya.

Ia sudah terlambat hampir 10 menit dari jam yang sudah ditentukan dosen pembimbing untuk mendiskusikan tema yang akan dia bahas didalam tesisnya.

Gadis itu menghela nafas ketika gerbang kampus sudah terlihat di depan matanya, hanya tinggal menyeberangi jalan raya satu arah maka dia akan sampai.

Kepalanya menengok melihat keadaan sekitar sebelum kakinya memutuskan untuk melangkah.

Tinn.. Tinn..

Suara klakson mobil yang kencang membuat Rania memejamkan matanya dengan kedua tangan menutup telinga, bahkan buku-buku yang sempat didekapnya pun sudah jatuh berantakan di atas jalanan beraspal hitam tersebut.

Dalam hati dia menghitung mundur, dia yakin dirinya akan tertabrak mobil itu sebentar lagi.

“Mbak..” Suara seseorang membuat Rania memutuskan untuk membuka matanya perlahan.

Dalam hati dia mencoba ikhlas jika si pengendara mobil memakinya karena menyeberang jalan sembarangan.

Seketika dirinya terpaku ketika melihat si pengendara yang tak lain adalah seorang laki-laki yang sangat dikenalnya dulu.

Hatinya berdesir menyerukan kata rindu saat matanya menatap wajah yang telah lama menghilang dari kehidupannya.

Dengan jas putih dan kemeja hitam, Rania bersumpah jika laki-laki ini terlihat semakin tampan dari waktu terakhir kali mereka bertemu.

“A..Alvin?” Gumamnya.

Laki-laki itu tersenyum kemudian berjalan mendekat kearahnya.

“Hai Rania, apa kabar?”

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status