Share

Chapter 3

1 detik....

2 detik.....

3 detik....

"Ehemmm!.."

Leon berdehem memecah suasana yang terasa kaku setelah tantangan William. Lelaki itu benar-benar gila.

"Ya!! Apa kau gila,Wil??" ujar Cindy menyuarakan keterkejutannya.

"Waee??"

Sementara itu, Jefrey terdiam ditempatnya mencerna kata-kata William yang menantang Cindy agar menciumnya setelah gadis itu memilih tantangan. Jefrey tahu betapa gilanya seorang William, tapi ia juga tidak tahu jika imbas kegilaan lelaki itu sekarang justru membuat jantungnya berdegup tak karuan. Ia bahkan juga sudah membayangkan bagaimana jadinya jika Cindy menciumnya nanti. Astaga, sepertinya dirinya sudah tidak waras. Ya, tidak sebelum Cindy datang dengan pakaian basahnya. Sialan!

"Tak apa, jika kau menolak tantangan ini, kau bisa mengambil hukumannya." ujar William memberi pilihan.

"Mwo?? Hukuman?? "

Cindy tidak menyangka jika pilihannya akan berdampak pada tantangan gila dari seorang William Bryan, tapi diberi hukuman oleh lelaki itu juga bukanlah ide yang bagus karena Cindy tahu betul betapa tidak warasnya William jika sedang bermain. Mau mencium Jefrey ataupun memilih hukuman, baginya keduanya adalah sesuatu hal yang ingin ia hindari kalau bisa. William sialan! Rasanya Cindy ingin kabur saja sekarang.

"Jadi kau pilih yang mana, cindy?" tanya William.

Sementara itu, Irene, jessica dan Leon menunggu jawaban Cindy dengan antusias. Mereka penasaran dengan jawaban Cindy nantinya.

"Jadi??"

"Aku memilih mencium Jefrey." jawab Cindy akhirnya.

Semua orang tampak terkejut, namun kemudian bertepuk tangan dengan keras. Mereka sama sekali tidak menyangka pada akhirnya Cindy memilih mencium "Jerry" yang notabenenya adalah musuhnya. Pasalnya selama ini Cindy dan Jefrey selayaknya pemeran animasi Tom and Jerry yang dikenal tidak bisa akur. 

Sementara itu, Jessica dan Irene terlihat melirik satu sama lain. Jika pada akhirnya Cindy memilih mencium Jefrey, artinya ini adalah momen ciuman pertama untuknya karena seperti yang pernah mereka tahu, Cindy belum pernah pacaran maupun beradegan intim dengan lelaki manapun. Dan hal yang sepenting ini haruskah Cindy melakukannya dengan Jefrey, daripada dengan seseorang yang ia sukai? Irene dan Jessica merasa hal ini adalah lelucon, ya walaupun sebenarnya mereka bersahabat jadi tidak masalah, tapi disisi lain seorang Jefrey Antonio adalah player kelas kakap yang eksistensinya jangan ditanya lagi. 

Dan disisi lain, sama seperti yang lainnya, Jefrey pun juga sama terkejutnya dengan jawaban Cindyi. Ia pikir mungkin Cindy akan menolak tantangan William dan lebih memilih dihukum, tapi ternyata dugaannya salah. Karena pada kenyataannya, imajinasinya beberapa menit yang lalu benar-benar akan terjadi karena Cindy akan menciumnya. 

"Bisakah kalian memejamkan mata kalian?? Aku malu." ucap Cindy pelan.

Semua orang tertawa, mereka merasa lucu dengan sikap Cindy barusan yang sangat menggemaskan.

"Tidak bisa,ini sudah aturannya. Cepat cium saja dan tantanganmu selesai." paksa Leon.

"Ini tak semudah apa yang kau pikirkan." protes Cindy. Namun gadis itu tetap melakukan tantangannya.

Jantung Cindy rasanya ingin melompat keluar dari tempatnya, dan yang lebih gilanya ini adalah first kiss-nya. First kiss yang seharusnya ia rasakan dengan seseorang yang ia cintai dan atas dasar cinta, tapi malah dibuat untuk main-main. Ya, Cindy melanggar janjinya sendiri.

Darah Jefrey terasa berdesir setelah Cindy merubah posisinya dengan duduk di sebelahnya. Padahal sebelum ke rumah William, dia tadi baik baik saja dan tidak merasa sakit. Tapi mengapa sekarang rasanya berbeda?? 

Cindy sudah duduk di samping Jefrey sekarang, mereka duduk bersebelahan dan yang lain mengarahkan dwinetra mereka ke arah mereka berdua. Kapan lagi melihat Tom and Jerry akurkan, ciuman lagi.

"Aku ingin cepat menyelesaikan ini Jef, jangan salah paham!" ujar Cindy memperingatkan.

"Ya!! Jangan sok percaya diri kau!" jawab Jefrey berpura-pura juga tidak menyukai tantangan ini.

Cindy mempoutkan bibirnya kesal, sikap ketus Jefrey barusan seakan menegaskan jika pada dasarnya lelaki itu tidak ada sikap gentle-gentlenya sedikitpun. Cindy akan segera move on, seperti perkataannya tadi, ia hanya ingin segera menyelesaikan tantangan ini. Ia pun mulai mempoutkan bibirnya, kali ini Cindy bukannya sedang kesal ataupun marah, tapi karena ia akan mencium Jefrey.

Cup!

Cindy berhasil menyelesaikan tantangannya dengan mencium pipi Jefrey barusan. Dan setelahnya, gadis itu kabur ke arah kamar mandi untuk menghindari ejekan mereka dan menyembunyikan pipinya yang berubah warna seperti tomat busuk.

"Cieeeeeeeeee..." sorak mereka bersamaan, kecuali Jefrey yang terdiam setelah masih bisa merasakan bibir Cindy mencium pipinya. Jefrey pikir dirinya sepertinya memang sudah tidak waras, baru saja dicium pipi saja reaksinya sudah begini, apalagi kalau lebih, hei!

"Hahahahaaa.. sudahlah kita berhenti saja sampai disini saja, aku ngantuk sekali." ucap Irene kepada mereka semua.

"Setuju, mending kita tidur dan menyimpan tenaga kita untuk besok." timpal Jessica setuju.

"Aku setuju dengan Irene dan Jessica, sebaiknya kita beristirahat. Goodnight everyone.." pamit Leon.

Dan mereka semua pun bubar meninggalkan William dan Jefrey di ruangan itu.

"Kau belum mau tidur, bro?"

"Aku belum ngantuk, aku masih mau menonton tv." jawab Jefrey sambil menyalakan tv yang ada di ruang tengah itu.

"Baiklah, aku tidur duluan ya." ujar William mengikuti yang lain untuk tidur.

Karena sangking besarnya rumah William, mereka semua memiliki kamar masing-masing. Besok pagi mereka semua sudah janjian untuk pergi jalan-jalan. Kini di ruangan tengah itu, hanya menyisakkan Jefrey seorang.

"Sialan, mengapa aku masih memikirkan ciuman Cindy sih?" ujar Jefrey merasa heran kepada dirinya sendiri. Dan lebih anehnya, Jefrey merasa menginginkan Cindy sekarang.

******

Cindy tidak bisa tidur sama sekali, entah mengapa ia masih saja terus-terusan kepikiran. Ia tahu ini terdengar tidak masuk akal, tapi wajah Jefrey terus membayanginya saat ini.

"Jika aku tidak kunjung tidur malam ini, maka aku akan bangun kesiangan besok."

Cindy pun berinisiatif untuk mencari angin segar menjernihkan pikirannya sejenak, barangkali setelahnya ia bisa sedikit rileks. Seharusnya semua orang sudah tidur sekarang. Dan benar saja, di luar kamarnya semua lampu sudah dimatikan dan hening. Ia pun berjalan menelusuri lorong penghubung kamar-kamar di rumah William. Cindy kadang heran, mungkinkah rumah lelaki itu dulu adalah bekas hotel karena sangking banyaknya kamar kosong di rumah ini. Rumah William memang sangat besar dan ini kali pertama mereka menginap di rumah lelaki itu karena rumahnya dekat dengan obyek wisata yang akan mereka kunjungi besok.

Disaat Cindy fokus menyusuri lorong dan tiba di depan sebuah kamar, langkahnya terhenti setelah tidak sengaja mendengar suara-suara aneh. Cindy yang penasaran otomatis langsung mendekat ke kamar itu lalu menempelkan telinganya pada pintu kamar. Sontak kedua matanya melebar setelah paham darimana suara itu berasal.

"Astaga, aku rasa urat malu jessica dan Leon sudah putus! Apakah mereka benar-benar melakukannya disini?"

Ya, suara itu berasal dari dua insan yang sedang mengadu kasih. Siapa lagi kalau bukan Leon dan Jessica yang merupakan couple di circle pertemanan mereka, tapi setidaknya apakah mereka tidak bisa menahan diri ketika sedang bersama-sama menginap seperti ini? Dan Cindy jadi teringat atas pernyataan Jessica tadi ketika menolak usulannya dan memilih tidur sendiri-sendiri dengan alasan banyak kamar Wiliam yang kosong. Dan dengan mudahnya ia percaya, padahal itu hanya akal-akalannya saja. Jessica sialan!

"Aku harus memberitahu Irene tentang hal ini. Semoga saja dia belum tidur."

Cindy pun menuju kamar Irene yang berjarak dua kamar dari kamar jessica tadi. Namun ketika Cindy berniat ingin mengetuk pintu gadis itu, lagi-lagi ia mendengar suara aneh yang persis seperti di kamar Jessica tadi. Sontak Cindy membungkam mulutnya tak percaya.

"Ya Tuhan, apakah Irene juga melakukannya?! Astaga, gadis-gadis ini benar-benar!" ucap Cindy tak percaya.

Ketika Cindy memilih untuk pergi, ia terdiam ditempatnya mencerna sesuatu.

"Tapi dengan siapa-- tidak mungkin!"

Ia berniat untuk membuka pintu setelah wajah Jefrey sekelebat masuk ke dalam pikirannya, Cindy tahu ini gila. Tapi ia benar-benar marah jika memang Jefrey dan Irene ada di kamar itu.

Belum sempat ia memegang gagang pintunya, tangannya ditahan oleh seseorang dan ia ditarik pergi dari sana. Tunggu.

"Jefrey?"

Entah mengapa Cindy merasa sangat lega ketika mengetahui yang melakukannya dengan Cindy bukan lelaki itu. Cindy tahu malam ini adalah malam paling konyol ketika menangkap ketiga sahabatnya-- tunggu, sejak kapan?

"Jef, apakah Irene dan William--"

"Kenapa? kau baru tahu jika mereka suka melakukan itu?" jawab Jefrey.

"Apakah mereka melakukannya tanpa status?" tanya Cindy pelan.

Jefrey terkekeh, "Cindy, itu hal yang lumrah. Apa kau mau mendengar hal ini? Perempuan dan lelaki itu tidak bisa bersahabat, di salah satu dari mereka pasti ada yang menyimpan perasaan."

"Hei, Jef, apa maksudmu??"

Jefrey mendekatkan wajahnya ke wajah Cindy, sebelum gadis itu menghindar, Jefrey sudah menahan pinggangnya.

"Apakah aku perlu menjelaskannya padamu, Cindy Emilo?"

To be continued....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status