Share

Hanya Dia!

  "Cih!" Albert memalingkan wajah dan mendecih, ia lalu kembali menatap Darren lagi, "pria beristri, sampai kapan kau terus terbelenggu dengan masa lalu?"

  "Aku tidak terbelenggu masa lalu, memang kenyatannya seperti itu," jawab Darren.

 Albert hanya menghela nafasnya panjang, sudah dua tahun berlalu, tapi Darren masih bersikap seperti ini, menganggap dirinya masih beristri, sebesar itukah rasa cinta yang Darren miliki untuk mendiang istrinya, sampai-sampai Darren terus bersikap seperti ini, enggan membuka hati untuk menerima wanita lain.

 Sudah berapa kali keluarganya berusaha untuk menjodohkan Darren, begitu juga dengan Albert yang selalu mengenalkan Darren kepada teman wanitanya tapi selalu berakhir dengan penolakan dari Darren. 

 "Bagaimana, apa kau suka melihat pertunjukan tadi?" tanya Albert dengan seringainya.

 "Tentu," jawab Darren, "aku sangat menyukainya, tinggal berapa gelintir lagi lalat yang belum musnah?"

 "Hanya beberapa lagi menuju ke inti," jawab Albert.

"Bagus, aku tidak sabar melihat dia terkapar tak berdaya di hadapanku," ucap Darren.

 "Jangan lupa, aku juga ingin melihat bajingan itu mengemis meminta ampun, lalat tidak berguna seperti mereka adalah sampah masyarakat yang harus dimusnahkan," ucap Albert.

  "Selanjutnya, siapa sasaran kita?" tanya Albert.

  "Biarkan mereka tenang untuk beberapa saat, setelah itu baru kita mulai kembali," jawab Darren.

  "Ngomong-ngomong, tumben kau masih berada di sini?" 

  "Aku tidak tinggal di neraka itu lagi," jawab Darren.

  "Why?" tanya Albert dengan alis yang terangkat.

  "Kau juga tau apa yang terjadi, siluman itu selalu saja membawa pengaruh buruk untuk Jordhan," jawab Darren.

 "Sinting! Setidaknya panggil dia ayah, dia itu ayahmu," ucap Albert.

 "Dia tidak pantas untuk sebutan itu, kau juga tau bagaimana dia memperlakukan aku dan ibuku, sampai kami harus terpisah seperti ini," ucap Darren.

  "Besok kau ada meeting dengan dia," ucap Albert.

  "Haiish ... sangat menyebalkan bertemu lagi dengan dia, kau saja yang pergi aku akan mengurus yang lainnya," ucap Darren.

  "Hmm ... kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Albert.

 "Yang mana?" tanya Darren.

 "Kau temukan di mana wanita itu?"

  "Dia dengan sengaja menabrakkan diri ke mobilku, untung saja aku sedang dalam mode waras mengendarai, jika tidak dia sudah pasti mati," jawab Darren.

 "Oh ... boleh aku mencicipi dia?" tanya Albert dengan seringainya.

  "Sinting kau!" maki Darren.

  "Just for fun, Darren," ucap Albert.

 "Kau tidak pernah ada habisnya memikirkan hal kotor seperti itu," ucap Darren.

 "Karena melakukan itu sangat nikmat," ucap Albert.

 "Terserah kau saja, aku tidur di kamarmu malam ini," ucap Darren.

 "Cih ... Aku tidak sudi tidur sekamar denganmu, aku lebih suka tidur seranjang dengan wanita seksi yang bisa memuaskan aku," ucap Albert.

 "Kau amnesia? Ini apartemen milikku, jadi kau harus menuruti apa perintahku," ucap Darren gemas.

 "Aku sudah menyewa tempat ini jika kau lupa, jadi aku yang berhak untuk menentukan siapa yang akan tidur di kamarku, lagi pula mana ada pemilik apartment menumpang di apartment miliknya yang sudah disewa orang lain," ucap Albert.

 "Ada, aku yang pertama melakukan itu," ucap Darren.

 "Kenapa kau tidak pergi ke rumah saja?" tanya Albert.

 "Terlalu jauh bodoh, aku malas membawa wanita ke rumahku, rumah itu hanya boleh diisi oleh ...."

 "Ya, ya, ya aku sudah tau tidak perlu dilanjutkan lagi," ucap Albert menyela.

 "Sudahlah, aku ingin tidur sekarang," ucap Darren.

  Lalu Darren melangkahkan kakinya menuju kamar Albert, tapi dengan cepat Albert masuk lebih dulu dan mengunci kamarnya agar Darren tidak masuk.

 "Haiish ... Pria itu benar-benar tidak mengijinkan aku tidur di kamarnya!" ucap Darren kesal, sedangkan Albert menyeringai dari balik pintu kamarnya.

 "Bodoh saja jika dia tidak tergiur dengan tubuh molek gadis itu, sorry Darren aku hanya ingin melihatmu melupakan semua masa lalumu dan memulai kehidupan baru," ucap Albert lalu melemparkan tubuhnya di atas ranjang.

 Sementara Darren dengan langkah gontai masuk ke kamarnya, dia mengambil bantal dan selimut yang ada di lemari, Darren tidak mungkin tidur satu ranjang dengan gadis itu, bagaimanapun Darren adalah pria normal yang masih memiliki hasrat untuk dituntaskan.

  Dengan menatap langit-langit kamarnya, Darren merebahkan tubuhnya di sofa, kenangan masa lalu terus berputar di dalam otaknya hingga membuat Darren terlena ke alam mimpinya.

***

 "Sedang apa kau di sini, Miss Lio?" tanya Darren kepada seorang wanita cantik dengan rambut indah yang dibiarkan tergerai.

 "Aku sedang menunggumu, Mr. Khalfani," jawabnya dengan senyuman yang mengembang.

  "Untuk apa menungguku, hhm?" tanya Darren seraya memainkan rambut panjang wanita itu.

 "Menunggumu untuk bahagia," jawabnya.

 "Aku sudah bahagia seperti ini," ucap Darren.

 "Tidak Darren, kau kesepian, kau tidak bahagia dengan semua ini akhiri semuanya, apa kau tidak lihat jika aku sudah bahagia?" tanya wanita itu.

 "No Honey, aku tidak bisa melupakan setiap air mata yang kau teteskan kerena ulah para bajingan itu," jawab Darren.

 "Mereka sudah mendapatkan balasannya, jadi akhiri semuanya sebelum terlalu jauh, mulailah kehidupan baru dengan penuh kebahagiaan, walaupun kau bahagia tidak bersama denganku," ucapnya lagi.

 "Aku bahagia seperti ini, jangan meminta aku untuk mencari penggantimu, karena sampai kapanpun hanya kau wanita yang aku cintai," ucap Darren.

"Sekarang kau belum menyadarinya, jika saatnya sudah tiba kau pasti bisa melupakan aku dan hidup bahagia, love uou so much Honey, bye," ucapnya lagi seraya melangkah pergi dari Darren.

 "Tidak Lio, kau tidak boleh pergi, kembali kepadaku!" pekik Darren tapi wanita yang dia panggil hanya menoleh dan tersenyum manis kepada Darren lalu melambaikan tangannya.

 "Lio kembali, please Lio jangan tinggalkan aku,"

 "Lio!" pekik Darren terbangun dari tidurnya, ternyata dia bermimpi lagi.

 Darren duduk dengan nafas yang memburu, dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul lima pagi.

 "Aku berharap kau kembali padaku, Lio," ucap Darren.

 Ceklek

 Darren menoleh saat pintu kamar mandi terbuka, dari sana keluar wanita yang semalam sudah menabrakkan diri ke mobilnya.

 "Kau sudah bangun?" tanya Dia seraya mengeringkan rambutnya yang basah.

 "Sorry, aku memakai handukmu," ucapnya lagi.

 "It's oke," ucap Darren datar.

 "Terima kasih karena kau telah membawaku ke sini," ucapnya.

 "Hmm," Darren hanya bergumam membuat wanita itu kesal.

 "Apa kau tidak bisa bicara lebih banyak lagi?" tanyanya.

 "Bisa," jawab Darren singkat.

 "Haiish ... Sangat menyebalkan," ucapnya lalu berjalan keluar menuju dapur.

 "Kau yang menyebalkan, dasar gadis bodoh," maki Darren segera beranjak dari sofa menuju kamar mandi.

  Di dapur, gadis itu terlihat mencari-cari sesuatu yang bisa dimasak, tapi dia hanya menemukan roti tawar, susu dan telur, akhirnya dia memutuskan membuat french toast untuk sarapan.

 "Hai Nona, kau sudah sadar rupanya," sapaan Albert membuat wanita itu terkejut.

 "Kau siapa?" Albert malah tergelak mendengar pertanyaan wanita itu.

 "Kenapa kau tertawa?" tanyanya lagi.

 "Kau aneh Nona, seharusnya aku yang bertanya kau siapa, kau sedang ada di apartemenku," jawab Albert.

 "Sorry, aku pikir hanya dia yang tinggal di apartment ini," ucapnya.

 "Apa pria dingin itu tidak menerkammu semalam?" tanya Albert menyeringai.

 "Menerkam apa maksudmu?"

 "Kau jangan pura-pura bodoh Nona, jaman sekarang sulit mencari wanita yang masih mempertahankan kesuciannya," jawab Albert.

 "Kau jangan gila, aku bukan wanita murahan yang rela melemparkan diri kepada siapa saja," ucapnya kesal tapi Albert malah tertawa dengan kencang, dan ...

 Byuur

 Wanita itu menyiram Albert.

 "Kau gila?" tanya Albert dengan kesal.

 "Kau yang gila bukan aku, ternyata semua penghuni di sini sama saja yang satu seperti orang bisu, yang satu lagi kewarasannya sudah hilang," jawabnya kesal.

 "Jika kau ingin mandi di kamar mandi saja, jangan di sini," ucap Darren yang baru saja keluar dari kamar.

 "Mandi apa? Wanita gila ini sudah menyiramku," ucap Albert kesal.

 "Kau yang gila bukan aku," ucapnya tak terima.  

"Enak saja, kau yang gila," ucap Albert.

 "Hentikan, kalian jangan seperti anak kecil, kau cepat ganti pakaian sebentar lagi kita harus pergi," ucap Darren kepada Albert, dengan kesal Albert kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaian.

 "Aku sudah membuatkan sarapan untuk kalian, anggap saja sebagai ucapan terima kasihku kepadamu," ucapnya lalu melangkahkan kakinya untuk pergi.

 "Tunggu dulu!" cegah Darren.

 "Ada apa?" tanya wanita itu, sambil melmutar tubuhnya menghadap Darren.

 "Siapa namamu?" tanya Darren.

 Bersambung...

    

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status