Troy nampak duduk dengan santai sambil menikmati kepulan asap rokok yang ia nyalakan, suara seorang pria yang mengemis memohon ampun kepadanya terdengar sangat merdu di telinga Troy.
Dia sedang berada di suatu tempat, tempat yang selalu Troy gunakan untuk menyiksa musuh dan orang yang berkhianat kepadanya.
"Kau menyiksa siapa lagi?" tanya Edward, dia teman Troy yang baru saja tiba dari Jerman.
"Pria yang sudah membuat adikku menderita," jawab Troy.
"Hmm ... sudah aku katakan, berikan adikmu padaku, aku akan membuat dia seperti ratu apapun yang dia minta aku pasti akan mengabulkannya," ucap Edward, memang sudah lama dia menyukai Vallery.
"Cih ... aku pun mampu memberikan yang lebih dari pada apa yang kau berikan, adikku tidak membutuhkan uangmu," ucap Troy dengan pongahnya.
"Ya terserah kau, satu hal yang harus kau tau, kalau aku benar-benar mencintai adikmu," ucap Edward.
"Tuan, apa and
Darren kembali menatap Vallery yang tersenyum melihat bunga-bunga yang tumbuh dengan sangat cantik di sekitar danau. Tempat ini adalah tempat impian Liora, yang belum sempat Darren wujudkan, dan ini pertama kalinya Darren mengajak seorang wanita ke tempat ini. "Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Darren. "Yang mana?" tanya Vallery. "Kenapa kau tidak memikirkan dia lagi, bukankah kau sangat mencintai pria itu?" tanya Darren. "Itu karena aku mencintaimu," tapi nyatanya ungkapan itu hanya Vallery pendam dalam hatinya. Rasanya, Vallery ingin sekali meloloskan kalimat itu dari bibirnya, tapi Vallery tidak ingin merusak hubungan pernikahan Darren dengan Niela. "Haiish ... Kau sangat lambat, sudahlah aku tidak ingin mendengar lagi jawabanmu," ucap Darren lalu beranjak dari tempatnya. "Kau mau ke mana?" tanya Vallery. "Pulang," jawab Darren singkat. "Lalu aku bagaima
"Jangankan untuk hidup, untuk bernafas pun kalian sangat tidak layak," ucapnya dengan penuh kepuasan saat melihat antek-antek musuhnya saling membunuh."Aku akan menghabisi kalian dari daun terlebih dahulu, setelah itu baru aku akan menuju akar," ucapnya lagi lalu pergi dari tempat itu setalah melihat mayat bergelimpangan.*** Seorang pria berusia dua puluh enam tahun mengendarai mobil sportnya memecah hingar bingar malam Kota California, kota yang terkenal dengan penduduk terbanyak di AS, merupakan kota besar yang terletak di pesisir barat Amerika Serikat.Pria itu memarkirkan mobilnya dengan sempurna di garasi bawah tanah mansion milik orang tuanya, dia berjalan memasuki mansion sambil memainkan ponsel, dia tidak menyadari kalau ada seseorang yang sejak tadi menunggu kedatangannya."Dari mana saja kau, Darren Khalfani?" tanya seorang pria paruh baya bernama Jordhan Khalfani."Bukan urusanmu!" jawab Darren tajam.
"Cih!" Albert memalingkan wajah dan mendecih, ia lalu kembali menatap Darren lagi, "pria beristri, sampai kapan kau terus terbelenggu dengan masa lalu?" "Aku tidak terbelenggu masa lalu, memang kenyatannya seperti itu," jawab Darren.Albert hanya menghela nafasnya panjang, sudah dua tahun berlalu, tapi Darren masih bersikap seperti ini, menganggap dirinya masih beristri, sebesar itukah rasa cinta yang Darren miliki untuk mendiang istrinya, sampai-sampai Darren terus bersikap seperti ini, enggan membuka hati untuk menerima wanita lain.Sudah berapa kali keluarganya berusaha untuk menjodohkan Darren, begitu juga dengan Albert yang selalu mengenalkan Darren kepada teman wanitanya tapi selalu berakhir dengan penolakan dari Darren."Bagaimana, apa kau suka melihat pertunjukan tadi?" tanya Albert dengan seringainya."Tentu," jawab Darren, "aku sangat menyukainya, tinggal berapa gelintir lagi lalat yang belum musnah?
"Siapa namamu?" tanya Darren kepada wanita itu."Namaku, Vallery," jawabnya."Hmm!" Darren hanya menanggapi dengan gumaman membuat Vallery kesal."Astaga, aku sangat menyesal sudah memberi tau namaku," ucap Vallery gemas."Kenapa?" tanya Darren."Kau pikir saja sendiri," jawab Vellery, lalu melangkahkan kakinya untuk pergi dari apartment Darren."Kau mau ke mana?" tanya Darren."Bukan urusanmu, but thanks," jawab Vallery."Jadi urusanku kerena kau semalam tidur di sini, aku akan mengantarmu pulang," ucap Darren dengan nada datar."Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri," ucap Vallery."Hei Nona, kau terlalu sombong," ucap Albert yang baru selesai mengganti pakaian."Biarkan saja, aku yang sombong, bukan kau, jadi tidak perlu peduli dengan sikapku," ucap Vallery, lalu Albert menghampiri Vallery dengan seringainya."Menarik, ka
Sejak kembali dari apartment Darren, Vallery masih mengurung dirinya di kamar, dia tidak mempedulikan suara teriakan dari luar yang memanggil namanya. Apa yang terjadi kemarin dan semalam terus saja berputar di dalam ingatan Vallery, pengkhianatan Yuka dan pertemuannya dengan Darren, Vallery mengambil fotonya ada di atas meja."Cih ... lelaki berengsek, hanya mengambil keuntungan dari wanita saja," ucap Vallery lalu melempar bingkai yang terdapat fotonya bersama dengan Yuka sang mantan kekasih.Flashback on. Sore itu dengan langkah ringannya, Vallery berjalan menuju apartment Yuka kekasihnya, hari ini adalah hari jadi hubungan mereka yang kedua tahun, selama mereka berpacaran, Vallery tidak pernah memberikan apa yang Yuka inginkan, Vallery hanya mengijinkan Yuka untuk mengecupnya, Vallery tidak ingin memberi kesempatan Yuka untuk membobol apa yang seharusnya Vallery berikan kepada suaminya. Di tan
"Anda mau ke mana, Nona?" tanya salah satu bodyguard kepada Vallery. "Bukan urusanmu," jawab Vallery tajam "Menjadi urusan kami karena Tuan Troy meminta kami untuk menjaga Nona dan mengikuti kemanapun Nona pergi," ucapnya. "Aku sudah meminta ijin dia untuk pergi sendiri, jika kau tidak percaya silahkan kau hubungi dia," ucap Vallery, dia tau para bodyguard ini tidak akan ada satupun yang membantah perintah Troy. Berhasil, mereka mempercayai apa yang Vallery katakan."Tuan dan pengawal, sama-sama bodoh, mudah sekali untuk aku tipu," ucap Vallery dalam hatinya lalu pergi.*** Sebenarnya Darren masih ingin berada di rumah sakit menemani wanita itu, tapi apa daya tuntutan pekerjaan selalu menantinya, tentunya dengan misi memberi pelajaran kepada orang yang telah membuat hidupnya seperti ini. "Aku akan menemukan siapa orang yang telah membuatmu seperti ini, baik-baik di sini, nanti aku akan kembali
Darren tersenyum tipis menanggapi ucapan Vallery, mungkin dulu akan ada seorang wanita yang marah dan cemburu saat melihat Darren bersama dengan wanita lain, tapi sekarang?Darren pun tidak ingin menjelaskan itu kerena dia masih tidak ingin menerima kenyataan dan tidak ingin mengingat apa yang terjadi kepada istrinya, mengingat kejadian itu membuat darah Darren mendidih seketika."Kenapa?" tanya Vallery yang melihat raut wajah Darren berubah."Kau bertengkar dengan istrimu? Apa gara-gara semalam kau tidak pulang?" tanya Vallery."Tidak, kami baik-baik saja," jawab Darren."Sorry gara-gara aku, kau tidak jadi membeli kue untuk istrimu," ucap Vallery."Tak apa, aku beli kue di toko lain saja," ucap Darren."Baiklah, kalau begitu aku turun di sini saja," ucap Vallery, lalu Darren menepikan mobilnya."Thank's," ucap Vallery."Hmm!" Vallery hanya menghela nafasnya panjang, d
Darren pergi dari ruang meeting karena mendapat kabar dari seseorang, Darren segera menuju mobilnya untuk pergi ke ruang rahasia di rumahnya.Dua puluh menit perjalanan akhirnya dia sampai, ruangan itu ada di dalam garasi bawah tanah rumahnya, Darren segera masuk. Saat sampai, ada seseorang yang sudah menantinya, orang itu bernama Mike, dia adalah detektif kepercayaan Darren."Ada apa?" tanya Darren."Aku menemukan di mana dua pelaku yang lainnya, mereka adalah teman dari Troy Harrison," jawab Mike."Di mana mereka?" tanya Darren."Yang satu berada di Jerman, dan satu lagi sudah tiba di California, mereka sedang menjalin kerja sama, ternyata mereka adalah kelompok mafia yang paling dicari polisi karena mereka pelaku penyelundupan senjata dan obat-obatan terlarang, kedok mereka belum terungkap, hanya orang-orang di bawah mereka yang tertangkap," jawab Mike. "Bagus, aku tinggal menunggu kabar dari dia selanjutnya," ucap Darr