Share

Pernikahan Dini : Brittle
Pernikahan Dini : Brittle
Penulis: Chanie1001

1. Pertemuan Pertama

         Biya Anggia, yang sering dipanggil Biya itu terlihat menatap sungai jernih di depannya. Langkah kakinya yang kini hanya terbalut kaos kaki terus dirinya ayun menuju ke arah sungai.

Tatapannya kosong, wajahnya yang kotor ternoda jus tomat di abaikan. Seragam putihnya sudah compang camping, penuh dengan noda dan basah di abaikan juga olehnya.

Biya lelah terus menjadi sasaran bullying. Dia tidak tahu di mana letak kesalahannya. Tak hanya di bully fisik di sekolah, di rumah pun sama. Fisiknya yang rapuh tidak pernah absen dari pukulan.

Ayahnya yang sering mabuk selalu saja marah - marah. Biya selalu terkena pukulan darinya dan selalu di salahkan atas kematian sang bunda. Biya bahkan tidak tahu sosok bundanya seperti apa, dia besar dengan nenek yang kini sudah tiada.

Biya merasakan langkahnya yang terus masuk ke dalam air kini semakin berat walau air sungai sangat tenang.

Air sungai hampir menyentuh dada, sepertinya Biya memang akan meninggal begini. Tragis, miris, dan menyedihkan.

***

“BANGSAT! LO BEGO! BUDEG JUGA!” teriak Brian seraya berlari cepat menerobos air sungai.

Brian berenang dengan susah payah menuju Biya yang sudah menenggelamkan diri dan tidak tampak di sungai tenang itu.

Setelah menemukan Biya, Brian menariknya ke udara. Biya sontak terbatuk - batuk. Dengan susah payah Brian menarik Biya kedaratan.

“SIAL! Apes banget gue hari ini!” umpat Brian dengan nafas terengah.

Biya tergeletak di pinggir sungai dengan masih terbatuk - batuk. Brian mencoba menetralkan nafasnya tanpa berpaling dari Biya.

Brian menatap tajam gadis yang basah kuyup itu.“LO GILA! Sungai itu dalem! Lo mau bunuh diri?” teriaknya dengan masih ngos - ngosan.

Biya terisak, rasa panas di dadanya dia abaikan. Biya menatap sang penolong dengan mata rabun terhalang air mata.

Brian tidak mengenal dekat gadis itu, dia hanya mengenal seragamnya yang kebetulan sama dengan seragam yang di pakai olehnya kini.

Namun seketika Brian menautkan alisnya, merasa tak asing dengan gadis yang masih terisak itu, di tatapnya teliti seragam Biya yang kotor itu.

“Oh! Lo korban Yuna Cs? Lo mau bunuh diri karena di bully?” tanya Brian tak percaya dan tak habis pikir dengan tindakan gadis itu.

Biya menatap sinis Brian dengan mata berlinang air mata.“Ga usah so tahu!” ketusnya pelan dan lirih seraya berusaha bangkit walau tubuhnya terasa lemas.

Brian mencoba membantu namun segera Biya tepis.“Ga usah! Kalian sama! Tukang bully! Aku benci kalian!” teriak Biya dengan susah payah, tenaganya benar  - benar hilang rasanya.

Biya kembali terisak, apa hidup semelelahkan ini? Dengan masih berusaha berdiri Biya semakin tidak bisa menahan isakannya.

Brian berdecak, kesal melihat keleletan gadis itu. Dengan cepat dia menggendongnya.“Diem! Gue pengen cepet selesai! Gue males berurusan sama pengecut kaya lo! Lemah banget sih jadi orang..” gerutunya.

Biya menatap wajah Brian dari bawah gendongan dengan berang. Kalau saja berani dan tidak lemas, Biya pastikan sudah melayangkan tinjuan padanya.

Biya menjadi pengecut karena ada alasan, namun entah apa.

Dia tidak bisa melawan, dia pun benci pada dirinya sendiri! Brian tidak mengerti dan tidak akan pernah bisa mengerti!

Kecuali dia menjadi dirinya dan merasakan sendiri bagaimana rasa penderitaannya selama ini.

Hiks.. Kenapa harus aku?” racau Biya di setiap langkah yang di lalui Brian.

Brian melirik Biya sekilas.“Karena lo lemah!” balas Brian ketus dan asal ceplos.

Tak lama Brian menurunkan Biya di rumah minimalis milik gadis sederhana itu lalu melepas jaketnya.

“Inikan rumah lo?” tanya Brian memastikan seraya memberikan jaket yang berlogo gengnya itu pada Biya.“pake ini ke sekolah__gue jamin mereka ga akan berani bully lo lagi..” yakinnya dengan tampang acuh seraya berlalu.

Hari selasanya Biya baru bisa masuk, senin dia tidak sekolah di karenakan sakit. Sakit pada mental lebih tepatnya.

Biya meremas jaket berbahan jeans yang di pakainya dengan menunduk takut. Langkahnya tiba - tiba terasa berat dan lama.

Liat si cupu itu pake jaket geng Brian.. Seriusan?” pekik salah satu siswa.

Biya semakin mempercepat langkahnya yang terasa semakin berat dan lama itu. Namun sial, saat di belokan menuju tangga Biya menabrak seseorang.

“Maaf ma_” ucapan Biya terhenti karena kaget dengan sosok yang di tabraknya.

“Akhirnya dateng juga lo..” ujar Brian seraya menepuk bahu Biya lalu berlalu di ikuti kawan satu gengnya.

Anjir! Brian deket sama Biya? Liat cuma Brian yang ga pake jaket! Jaket yang di pake mereka itu limited edition! Ga mungin beli atau bikin” pekik salah satu Siswi yang berlalu lalang.

Brian mengabaikan kehebohan di sekitarnya, walau dia tukang bully dia tidak bisa melihat perempuan di bully. Dia menyesal selama ini diam saat perempuan di bully.

Korban bully Brian memang anak yang lemah dengan maksud baik agar menjadikan mereka kuat. Brian mau semua laki  - laki di sekolahnya bermental kuat! Itu tujuannya dan buktinya, anak - anak yang dulunya cupu kini tampak berani bahkan ikut tawuran.

Yuna yang berpapasan dengan mereka langsung menyamakan langkahnya, mengikuti mereka.

Beb, kamu kok lindungin Biya? Aku harus bully siapa dong kalo bukan dia?” keluh Yuna manja seraya bergelayut di lengan Brian.

Brian tersenyum mesum.“Kamu cantik hari ini..” pujinya mengalihkan topik pembicaraan.

“Ih apa sih!” elak Yuna dengan tersipu malu nan manja.

Brian rasanya ingin muntah melihat Yuna bermanja - manja padanya. Namun Yuna enak di ajak pergi, di ajak main ke hotel pun Yuna gampang. Lumayan untuk mainan pikir Brian brengsek memang.

“Pulang main yu..” bisik Brian dengan senyum khasnya. Wajah manisnya begitu sulit untuk siapapun menolaknya.

Brian terus membawa langkahnya ke markas di belakang sekolah dengan kawan - kawannya mengekor di belakang.

“Boleh..” jawab Yuna dengan senyum genitnya.

Dari belakang Angga merangkul Yuna membuat Yuna mendongkak. Angga membawa Yuna bersandar di balik bilik yang entah bekas apa di gudang itu.

Brian dan yang lainnya hanya menggeleng pelan. Sudah biasa melihat Yuna di gilir. Sekarang Angga dan nanti Brian.

“Jadi gimana soal Biya?” tanya Waldi setelah mereka duduk.

Brian merogoh bungkus rokok di saku beserta koreknya.“Ya gitu..” balas Brian acuh lalu menyalakan rokoknya.

“Ya gitu gimana bego!” semprot Satria dengan kekehan pelan di akhir.

Brian menghembuskan asap rokoknya ke muka Satria yang langsung membuatnya terbatuk - batuk. Brian Usil memang.

“Brengsek emang lo!” semprot Satria dengan berusaha menetralkan nafasnya.

Brian mengangkat bahunya acuh lalu mulai merangkai kata.“Dia mau bunuh diri, di sungai..” katanya dengan tenang.

“Seriusan?” tanya Waldi seraya menjentrikkan rokoknya sebelum menyesapnya kembali.

Brian mengangguk lalu menyandarkan tubuhnya di bahu sofa panjang itu.“Mulai sekarang gue ga ijinin di sekolah ini bully cewek!” tegasnya.

Satria mengangguk.“Setuju gue, setahu gue Yuna Cs udah keterlaluan..” Satria ingin menghentikan bullying para perempuan itu namun dia terlalu malas berurusan dengan makhluk paling cerewet itu.

Waldi mengerang kesal.“Si Yuna mendesah sampe ke denger ke sini! Bikin gue tegang aja! Istirahat masih lamakan, bro?” tanyanya keluar dari topik pembahasan.

“Lumayan..” balas Brian acuh, dia tidak terangsang sama sekali. Malah Brian sudah bosan pada Yuna, apa rencananya main nanti harus batal?

Waldi pun kini sudah hilang ikut gabung dengan Angga. Brian masih menyesap rokoknya dengan acuh.

“Gue males gabung, takut kena penyakit. Si Yuna ga takut apa yah?” celetuk Satria santai.

“Dia anak pemilik rumah bordil, kejamin kayaknya tapi gue udah bosen..” terang Brian lalu menyesap lagi rokoknya.

“Itu dia..” balas Satria.

Tak lama Angga datang dengan penuh kelegaan.“Akhirnya lepas juga! Semalem gue ga main gara - gara bokap pulang!” jelas Angga kesal seraya memejamkan matanya.

“Pantes ga tahu tempat!” balas Satria seraya melempar  bungkus rokok ke arah Angga yang membuat Angga kembali membuka matanya.

“Yang penting puas!” balas Angga enteng lalu mulai membuka bungkus rokok itu.

Brian menggeleng pelan, semua teman - temannya memang brengsek tapi budak cinta parah! Bisa di bilang Yuna Cs boneka pelampiasan karena tidak bisa menyentuh pacarnya yang rata - rata masih polos dan suci.

Senakal - nakalnya laki - laki, pasti mau jodohnya perempuan baik - baik. Yakan?

Selama ini hanya Brian yang betah menyendiri.

Brian mematikan rokoknya di asbak lalu beranjak.“Gue cari Biya dulu..” pamit Brian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status