Share

I'm My Sister's Replacement Bride
I'm My Sister's Replacement Bride
Penulis: Samaira Siswanti

My sister

Terdengar suara pintu diketuk dari luar dan suara cempreng yang memekakkan gendang telinga yang berteriak di pagi buta, padahal udara sedang dingin-dinginnya. Rasanya cocok untuk tidur sambil memeluk guling, boneka kelinci dan merapatkan selimut motif kelinci kesayangan.

"Mera! Mera!" terdengar teriakan dari depan pintu kamar, sedangkan waktu menunjukkan pukul tujuh pagi.

Amera menguap. "Ah, menyebalkan! Masih pagi, tapi Kakak berisik sekali! Aku masih ngantuk!" sahutnya, dengan gerakan anggun merapikan selimut kesayangan yang kini sudah kembali menutupi hampir setengah badanku.

"Dasar malas," gerutu sang kakak, Shena, masih di depan kamar Amera.

Awas saja kamu. Nanti Kakak guyur air seember kalau belum bangun juga, ancam Shena geram dalam hati terhadap sifat putri kecil kesayangan ayahnya itu.

"Katanya mau bantu Kakak untuk menjalankan bisnis Ayah, tapi nyatanya jam segini masih tidur!" lanjut Shena mengeluarkan jurus andalannya. 

Amera langsung melompat dari tempat tidur setelah mendengar bisnis ayahnya disinggung-singgung. Semangat mudanya kembali berkobar. Ia berlari menuju meja makan dan menunjukkan senyuman termanisnya di pagi itu.

 "Siap, komandan! Amera Syesha Atmaja siap menjalankan perintah!" ucap Amera sambil cengengesan menggoda sang kakak.

Tingkah Amera memang tergolong usil dan selalu ceria, lain dengan Shena yang selalu serius dan tak mau dibantah.

"Cepat mandi dan bersiaplah, kita harus cepat ke kantor!" ucap Shena ketus.

Shena menyibukkan dirinya memakai dress hijau tosca selutut dan jas berwarna putih, dengan cantik membalut tubuhnya yang tinggi dan berkulit putih. Rambutnya yang hitam lurus menjadi gaya andalannya.

"Wah, wah! Kakak rapi dan cantik sekali hari ini. Jangan-jangan Kakak mau menggoda paman Dirga ya?" Amera menggoda kakaknya dan tertawa.

Shena menanggapi ocehan adiknya itu dengan melemparkan sendal butut ke arah kepala Amera.

"Aw!" teriak Amera kesakitan.

"Makanya jaga bicaramu! Kamu bikin jengkel Kakak saja," sentak Shena marah.

"Peace!" dengan menunjukan kedua jarinya ke arah sang kakak, Amera langsung ngeloyor pergi bersiap ke kamarnya.

Mata kuliah hari ini adalah manajemen bisnis. Untung bapak-bapak ganteng yang mengajar, kalau bukan pastinya Amera bakal malas menyambut sinar matahari pagi. Ditambah lagi harus ke kantor ayahnya dulu untuk menyaksikan pergantian direktur perusahaan yang sekarang digantikan oleh Paman Dirga.

"Pria itu memang memuakkan," begitu pendapat Amera dan Shena yang mengutarakan ketidaksukaan mereka pada Paman Dirga. Kalau bukan karena penyakit ayah mereka yang sering kali kumat, pasti ayah mereka tidak akan digantikan oleh manusia licik seperti dia. Sementara Shena dianggap belum mumpuni untuk memegang peranan penting dalam perusahaan.

 

"Kak, aku malas pergi ke kantor Ayah," ucap Amerta saat menghampiri Shena.

Pikirannya mulai tak tenang. Ia begitu malas bertemu dengan mereka. Tampang-tampang penjilat dan palsu seperti mereka semua sungguh membosankan baginya.

"Kenapa, Mera? "tanya Shena menunjukkan wajah sedihnya.

Ia begitu rapuh dan tampak sendirian saat di kantor. Semua pendukung ayah mereka kini malah berganti mendukung Paman Dirga. Amerta semakin tak tega melihatnya, ia yakin bahwa Paman Dirga terus menerus menekan kakaknya itu saat di kantor.

"Please! Kali ini saja bantu Kakak, beri dukunganmu waktu di kantor nanti!" Shena mencoba membujuk, masih menunjukkan keseriusan dan kesedihannya.

Shena tak mau datang sendirian ia membutuhkan dukungan orang terdekat nya untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya.

"Baiklah," akhirnya Amera mengalah juga.

Akhirnya Mera menemani langkah kak Shena menuju lobby utama perusahaan ayah ,sedangkan ayah kali ini menjalankan perawatan ke luar negeri.

Didepan ruang direksi sudah berdiri paman Dirga yang dengan bangga nya menyalami tamu kolega bisnis Ayah.

"Kakak muak melihat kenyataan ini,"ucap shena lirih ,Tingkahnya sungguh menjijikkan.

Awas nanti kakak  cinta loh kalau terlalu benci padanya" ledek Amera menggoda sang kakak.

"Kamu tega ya mendoakan kakakmu dengan pria sombong dan tak tahu diri itu.

"Sumpah Mera, tujuh turunan pun aku tak sudi bersanding dengannya.

"Mera pun begitu kak," jawab Mera singkat aku cuma takut  kakak akan kerepotan menghadapi keangkuhan paman Dirga.

Paman begitu bahagia melihat penderitaan ayah dan juga kita sepertinya memang sudah direncanakan dengan matang oleh paman.

Beberapa kata sambutan dan ucapan selamat diberikan kepada paman Dirga, semua mata tertuju kepadanya, terlihat senyuman kemenangan tersungging di sudut bibirnya.

"Kenyataan seperti ini tidak pernah kami bayangkan, kesehatan ayah semakin memburuk setelah meninggalnya mama, ayah begitu rapuh dan kesepian sedangkan kak Shena sudah cukup mati matian mengurusi perusahaan, tapi harus menerima kekalahan karena kelicikan yang paman Dirga lakukan.

 Kini dikantor kak Shena menjabat sebagai wakil direktur perusahaan, tentu dia berada dibawah paman Dirga dan tekanannya.

"Nona Shena setelah meeting selesai masuklah ke ruangan paman," perintah dari Dirga

"Baik paman,"jawab Shena singkat dan kembali mengacuhkan kehadiran pria angkuh itu dan berpura-pura sibuk melayani para kolega dan tamu yang lain.

"Cepat keruangan paman"ucap Dirga menekankan setiap perkataan dan menunjukkan wajah datarnya ke Shena.

"Baik paman," jawab Shena dan pergi dengan meninggalkan tatapan aneh dari para rekan kerja yang lain.

"Kasian Nona Shena," kata salah satu karyawan menunjukkan rasa simpatinya.

"Ssst, diam kamu kita tidak perlu membicarakan tentang mereka ,daripada kena masalah di kantor ini. Pada akhirnya semua kembali diam dan melaksanakan tugas masing-masing.

"Mera tidak bisa terlalu lama di sini kak, Mera berangkat ke kampus dulu,"pamit Mera kepada kak shena, sedangkan paman Dirga hanya melirik sekilas dan berjalan menuju ruangan kerjanya.

"Hati-hati dijalan adik bungsu paman sayang tenanglah biar kakakmu paman yang jaga disini,"ucap  Dirga sebelum kembali menutup pintu ruangan kerjanya.

"Cech, ucap Amera tak tahan dengan sikap Dirga yang pura-pura peduli pada kakaknya, dan langsung pergi ngeloyor begitu saja meninggalkan sang kakak yang berjalan menuju ruangan Dirga.

"Shena berada di satu ruangan bersama Dirga, Dirga dengan senyum kemenangan nya berjalan mendekati Shena dan mencoba memeluk tubuh shena

Shena mencoba menepis tangan Dirga dan melangkah mundur jauh mencoba menghindari pamannya.

"Paman, jaga sikap paman,"ucap Shena penuh dengan penekanan dengan masih menyimpan rasa takutnya hal diluar apa yang ia pikirkan tentang sosok Dirga selama ini.

"Kenapa tidak suka?"tanya Dirga dengan tangannya meraih wajah Shena dan menatap kedua bola mata coklat Shena dengan tajam.

Shena nampak kaget dan gugup dengan serangan yang tiba-tiba iaia dapatk, hingga Shena mencoba melangkah mundur namun naas terhalang dinding di belakangnya.

Dirga semakin erat menekan tubuh Shena ke dinding ruangan direktur yang juga merupakan tempat ayahnya bekerja.

"Cukup paman, lepaskan aku!" berontak Shena dan berusaha keras untuk lepas dari cengkeraman tangan Dirga, yang semakin keras sehingga meninggalkan bekas yang memerah di pergelangan tangan  putih milik Shena.

"Tidak akan pernah ku lepaskan, Dirga semakin memuncak kekesalannya hingga ia menumpahkan segalanya kepada Shena yang kini meringis kesakitan, akibat dari ulah pria bernama Dirga itu.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Awoyemi Felicia
I don't understand the language I need English novel
goodnovel comment avatar
Charlotte Lee
menarik ceritanya.. boleh tau akun medsosnya gaa biar bisa aku follow?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status