Share

Menolak dijodohkan

"Surprise... !

"Ayah pulang!" Ucap ayah dan mengusap pucak kepala anak sulungnya.

"Sejak kapan ayah pulang, kok tidak suruh Shena jemput ayah?" Tanya Shena yang terkejut dengan kedatangan ayah dan bergelayut manja di pundak sang ayah.

"Tentu ayah harus kasih surprise ke kalian berdua." jawab ayah yang turut bahagia dengan kejutan kecil yang disambut oleh anak gadisnya dengan gembira.

"Ayah bosan dirumah sakit terus-menerus." Ucap ayah berterus terang.

"Ayah sudah sembuh?

"Harusnya ayah tetap istirahat jangan melakukan perjalanan jauh sendirian." Shena mulai dengan semua omelannya, kekhawatiran anak gadisnya terlalu berlebihan.

"Ok! lain kali ayah akan lebih hati-hati. Pada akhirnya ayah lebih memilih mengalah daripada terus melakukan perdebatan kecil.

"Dimana putri kecil ayah?"tanya ayah dan merebahkan tubuhnya di sofa ruang keluarga.

"Jangan ditanya ayah pemalas satu itu tentu masih mimpi indah di jam segini. Shena masih sibuk dengan koper dan paper bag yang ayah bawa. 

Tiba-tiba  Amera muncul dan bergantian bergelayut di pundak sang ayah.

"Kak Shena bohong yah, sejak tadi aku ikut membantu membuat kue." Kata Amera bermaksud berbohong. Padahal sepanjang pagi ini Amera kerjanya hanya tiduran saja.

"Apa !"

"Please… jangan percaya dengan kata-kata manis putri kecil ayah itu," ucap Shena geram karena tahu Amera bermaksud mengambil hati sang ayah.

"Hi! hi !hi ! kejahilan  Mera mampu membuat suasana ruangan kembali hangat, dengan mulutnya yang kini sudah penuh kue coklat bikinan sang kakak.

"Ampun! ampun!" Amera berlagak meminta ampunan pada kakaknya.

"Maaf kakak tersayang," sanggah Amera cepat, ia begitu ngeri kalau melihat kakaknya marah bisa habis riwayat hidup malasnya.

"Shena ayah ingin bicara dengan mu.

"Soal apa, yah, " tanya sheba.

Ayah nampak serius dan penuh pertimbangan dalam ucapannya, menyiratkan ada hal penting yang ingin disampaikan.

"Kamu ingat dengan Kenandra Hutama Wijaya, anak keluarga Wijaya teman ayah.

"Tentu ingat ayah, siapa yang tak kenal pria angkuh yang pernah menjadi kakak kelas sewaktu kuliah dulu." pikir Shena dan kembali menata makanan dimeja makan.

"Ada apa dengan Kenandra, yah? tumben ayah bertanya tentang pria itu padahal nama dia selama ini tidak pernah ada dalam daftar keluarga kita.

"Aku tahu !"

"Ha!ha !ha !"

Tiba-tiba Amera menyambar pembicaraan serius mereka, dengan mulutnya yang masih belepotan dengan kue coklat, tampak seperti bocah kemarin sore yang baru belajar makan kue.

"Bereskan makanmu!, jangan kebiasaan begitu, malu nanti di depan mertua kalau makan masih kayak anak kecil seperti itu." Ucap ayah menasehati, tapi Mera memang anaknya susah diatur dibilangin malah sengaja nyari perhatian.

"Tenang kakak duluan yang bakal menikah, yah." Jawab Amera yang diselingi dengan tawa meledek sang kakak.

"Hahaha…!

"Atau jangan-jangan Kenandra pria yang akan dijodohkan dengan kakak ya, yah?

"Aduhh aku bakal punya kakak ipar yang ganteng, kaya lagi pemilik central group.

"Wow! Pastinya idaman banget ,"ucap Mera mengakhiri kalimatnya. 

Amera terus meledek sang kakak, yang sedari tadi pura-pura sibuk dimeja makan.

"Diam!" Bentak Shena tidak suka karena moodnya kini mulai berubah setelah mendengar nama pria itu di sebut kenangan buruk tiga tahun yang lalu masih selalu terngiang dibenaknya betapa menyakitkan perlakuan pria itu padanya dulu hingga membekas sampai sekarang dihati Shena.

"Ayah,Ayah rengek Shena manja, shenaharap itu tidak benar terjadi. Shena tak mau dijodohkan. Shena sudah dewasa ayah biarkan aku memilih jalan hidupku sendiri.

"Kenapa?

"Apa ada yang salah dengan Kenandra, dia anak teman ayah dari keluarga baik-baik, Kenandra juga gagah dan tampan ya sebelas dua belas dengan ayahlah , ayah mencoba bercanda agar tidak terjadi ketegangan di meja makan.

Apalagi yang kamu cari,  sekarang dia yang memegang kendali Central Group dan itu bisa membantu perusahaan kita. 

"Ayah berharap banyak padamu Shena tolong pikirkan lagi permintaan ayah, sayang. Ayah kembali menatap Shena serius dan penuh harap.

Huhh!"

"Kenapa harus Kenandra, nggak ada pria lain apa. "Batin Shena kesal dengan nasibnya dan juga keputusan ayah.

"Menikah karena bisnis, kenapa ayah sejahat itu padaku." pikir Shena seperti barang yang rela ayah tukar untuk kesuksesan ayah. 

"Kenapa  ayah sekejam itu apa aku bukan anaknya," batin Shena semakin berkecamuk.

"Tidak! tidak percaya ayah tega melakukan hal semacam itu . Shena harus bisa menolaknya pria itu bukan pria baik.

"Tapi Ayah, Shena tidak suka dengan pria itu shena mengenalnya sejak kuliah dia bukan pria baik ayah, Shena punya kekasih lain Shena harap ayah bisa mengerti." Ucap Shena terbata.

Shena berusaha berhati-hati dengan ucapannya ,Shena takut kalau sampai penyakit jantung ayah kumat lagi karena ulahnya.

"Siapa pria itu ? Tanya ayah bersungguh- sungguh dengan menahan sesak di dadanya karena menahan kecewa akan penolakan dari putri sulungnya itu.

"Tentu Kenandra sekarang sudah berubah Shena tidak seperti dulu kekanakan di waktu kuliah, dia sudah bisa memegang tanggung jawab besar, yaitu memegang kendali Central Group itu tidaklah mudah. Ayah mencoba menjelaskan dan membujuk shena.

Shena belum berani menjawab dengan pria mana yang ia sukai ia tidak mau terlalu menyakiti hati sang ayah karena penolakannya yang cukup terang-terangan sehingga  sempat menimbulkan sesak di dada ayahnya.

"Ayah ,maafkan Shena." Ucap Shena lembut dengan derai air mata. Shena sungguh menolak keputusan ayahnya.

Shena masih menyimpan dendam karena di masa lalu pria yang bernama Kenandra itu telah mempermalukan dirinya di depan mahasiswa lain.

"Ayah  mohon mengertilah," ucap Shena kehabisan kata-kata hingga tangisnya tak terbendung lagi.

Ayah hanya diam terpaku melihat putri sulungnya menolak dijodohkan dengan pria harapan nya. Namun dia telah berjanji pada teman baiknya itu untuk menikah kan salah satu putrinya dengan anak dari keluarga Hutama .

Amera tidak lagi mengganggu pembicaraan serius mereka berdua ia cukup sedih melihat kakaknya menangis karena menolak dijodohkan dengan pria tersebut, ia lebih memilih masuk ke kamar nya, tak ingin ikut campur terlalu jauh dalam perdebatan antara kakak dan ayahnya. Namun tetap saja ia mendengar sekilas tentang perdebatan mereka.

"Kasian kakak," batin Amera memikirkan apa yang harus dialami kakaknya, berarti dewasa bukan membuat kita semakin mudah dan bebas menentukan pilihan tapi semakin dewasa semakin membuat kita menanggung tanggung jawab yang lebih besar dalam keluarga maupun pekerjaan dan hal seperti itu kini yang terjadi pada kakak dan keluarganya.

Apa harus sejauh itu menyelamatkan perusahaan Ayah, harus menggadaikan kebahagiaan putrinya. Tidak pernah habis pikir dengan jalan pikiran ayahnya selama ini.

Ayah yang selama ini ia pikir baik ternyata mampu melakukan hal demikian hanya untuk mendapatkan harta semata.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status