Rena mengernyit ketika mobil Davin berhenti di pelataran rumahnya, sorot matanya langsung tertuju pada barisan mobil yang terparkir di depan rumah—————nyaris memenuhi teras rumahnya.
Ada apa ini?
Rena bertanya-tanya, matanya memperhatikan keadaan rumahnya yang terpantau sepi meski banyak mobil terpakir di depannya.
Apa ada tamu? Tapi siapa yang bertamu pagi-pagi begini? Hanya orang-orang kurang kerjaan yang bertamu sepagi ini. Bahkan mungkin orangtuanya baru terbangun. Di saat Rena sibuk dengan berbagai pertanyaan yang berseliweran di dalam kepalanya, dari arah samping suara Davin menginterupsi.
"Ayo." Davin sudah melepas sabuk pengaman, bersiap akan turun.
Soal jodoh biarkan menjadi urusan Tuhan, manusia hanya bisa berencana, merangkai ekspetasi dan berakhir dengan sebuah realita.Davin mendengus pelan, melihat antrian mobil di depannya. Saat ini dirinya terjebak macet, setelah menghadiri peresmianclubbarunya, Davin segera menuju ke mall karena mamanya meminta dijemput di sana.Setelah setengah jam berlalu, akhirnya Davin tiba di sebuah mall di kawasan Senayan. Dia langsung menghubungi mamanya. "Halo, Ma. Davin sudah sampai di lobi."Kening Davin mengkerut, mendengarkan mamanya yang terus berbicara, memintanya agar menjemputnya di dalam. "Harus banget ya Ma?" Davin menghela napas, dia tak bisa menolak keinginan mamanya. "Oke, Davin parkir mobil dulu." Davin menutup sambungan telepon
"Ren, aku bisa jelasin!"Teriakan samar terus terngiang, membangunkan Rena dari alam bawah sadarnya. Kelopak matanya perlahan terbuka, langit-langit kamar berwarna abu-abu menyambut pandangan matanya pertama kali. Merasa asing, lantas ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan yang didimoniasi warna abu-abu. Hingga netranya berhenti di seseorang yang berada di samping ranjang.Davin?Mata Rena berkedip-kedip, sedikit terkejut mendapati pria itu berada satu ruangan dengannya dan yang membuat Rena heran kenapa Davin tertidur sambil duduk di lantai, pria itu bersandar di dinding, setelah itu Rena baru menyadari sesuatu yang berada di genggaman tangannya. Ia pun menurunkan pandangannya ke bawah.Tangan Davin. Spontan Rena menarik tangannya, melepaskan
Hal yang tak bisa ditolerir dalam sebuah hubungan, perselingkuhan dan kekerasan.Kata orang, menjelang pernikahan akan banyak masalah datang menerpa. Sepertinya itu benar, sebulan menjelang pernikahan, Rena justru dikejutkan dengan fakta bahwa calon suaminya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.Siang itu, Rena menyempatkan waktu istirahatnya datang ke kantor Alan, calon suaminya. Pria yang bekerja sebagai Direktur di perusahaan properti milik orangtuanya. Alan yang selalu sibuk dengandeadlinedan Rena yang sibuk mengurusi pasien, keduanya jarang punya waktu untuk sekedar makan siang bersama. Karena hal itu juga Rena menyempatkan diri datang menemui kekasihnya itu untuk mengajak makan siang sekaligus merayakananniversarymereka yang pertama.
Yang satu gagal nikah, yang satu gagal move on. Lalu bagaimana kalau keduanya bertemu?Kata orang dulu, kalau jodoh nggak akan ke mana. Mungkin itu yang dijadikan landasan Davin saat ini, bukan untuk mencari kesempatan dalam kesempitan, tapi untuk memperjuangkan di saat masih diberi kesempatan."Mau pulang atau langsung ke rumah sakit?" Davin menoleh sekilas pada Rena yang duduk di kursi samping, lalu matanya kembali fokus pada jalanan yang cukup padat saat menjelang siang."Rumah, kebetulan hari ini aku tugas malam." Jawaban singkat dan padat, menjadi akhir dari percakapan singkat keduanya sampai mobil Davin tiba di depan gerbang rumahnya."Ren." Panggilan Davin menginterupsi, membuat wanita itu sedikit terkejut.
Jadilah seperti pohon mahoni, tetap bertahan meski kemarau panjang melanda, tetap berdiri kokoh walau harus mengorbankan daun-daunnya berguguran.🍂🍂🍂Davin menghampiri kedua sahabatnya yang berada diprivatroombar miliknya. Ia menghela napas saat masuk ke ruangan yang sudah berubah kacau balau, pecahan gelas dan botol berserakan di mana-mana. Sementara pelakunya masih terlihat belum puas setelah membuat ruangan mewah itu jadi hancur bagai diterpa badai tornado."Nggak sekalian lo bakar aja bar gue, Van?" sarkas Davin, berjalan mendekat memunguti pecahan beling di lantai."Lo total aja, gue ganti semuanya." Napas Reyvan menggebu-gebu, tangannya mencengkram er
Jika tak mampu melupakan, gantilahkenanganyang menyakitkan dengan kenangan yang baru.Setelah kemelut panjang yang menguras emosi dan waktu tidurnya, akhirnya masa berkabung itu telah usai. Dua hari absen dari rumah sakit, kini Rena kembali menapaki koridor sepi rumah sakit di pagi hari. Semilir angin menyejukkan hatinya, kicauan burung mengiri suarahigh heelsyang bergema."Pagi Dokter cantik," sapa seorang wanita yang sedang mengepel lantai."Pagi," balas Rena, seulas senyuman tipis menghias wajahnya yang terlihat berseri. "Shift pagi, Bu? Sudah sarapan belum?" Rena merupakan Dokter paling muda di rumah sakit Persada Medical Center. Selain parasnya yang cantik, sikapnya juga ramah dan baik pada orang-o
Davin memandangi layar ponselnya, menunggu balasan pesan. Ia terlihat fokus, keningnya berkerut karena pesannya belum juga dibalas. Nyaris saja putus asa, tiba-tiba sebuah notifikasi pesan muncul. Cepat-cepat dibuka olehnya, senyuman lebar seketika terbit saat membaca pesan itu."Yes!" Spontan Davin bersorak kegirangan, berjingkrak-jingkrak layaknya anak kecil yang baru saja dibelikan kinderjoy."Kamu kenapa Vin?" Mamanya yang baru muncul dari dapur sampai keheranan melihat tingkah laku putra semata wayangnya. Sudah lama ia tidak melihat wajah Davin yang seceria itu. "Abis dapatgive awayya?" tebak wanita paruh baya itu, terlihat penasaran."Ini lebih darigive away, Ma. Davin akhirnya dapat mukjizat." Mamanya mengernyit, semakin bing
"Oh, buat lo," jawab Davin. Namun di luar ekspetasinya, Rena tiba-tiba tertawa nyaring. Wanita itu cekikikan seperti mba-mba penghuni pohon beringin. Jelas Davin merasa heran, apa ada yang lucu dengan jawabannya? Sepertinya tidak. Lantas kenapa Rena justru tertawa setelah mendengar jawaban darinya, kalau bunga mawar itu untuk dia. "Kenapa? Bunganya aneh ya?"Rena menggeleng, menghentikan tawanya. "Bukan bunganya, tapi lo yang aneh.""Gue?" beo Davin, mengerutkan keningnya. Semakin bingung, emang apanya yang aneh? Apa penampilannya aneh? Sontak ia melirik spion di atasnya untuk memastikan dan hasilnya nihil. Menurut Davin, penampilannya sudah sangat oke, ganteng, rapi, wangi, terus letak anehnya di mana coba?"Bukan penampilan lo yang aneh, tapi sikap lo," ucap Rena ketika melihat Davin