Share

Chapter 3: Hospitality

"Pada akhirnya kau pun bertemu dengan Joey," Tara menulis beberapa point perkembangan pasien dan resep obat yang harus ditebus.

"Yeahh setidaknya dikampusku dulu, aku tidak pernah terganggu oleh kejahilannya," Gabriella terkekeh pelan. Joey memang sahabat yang terkadang menjengkelkan dan bodoh dalam versi geniusnya, dia selalu mendapat nilai bagus bahkan di semester akhir ia mendapat nilai diatas rata rata (cumlaude).

"Setidaknya kau bisa memanfaatkan kecerdasan nya bukan? Dia selalu senang jika dimanfaatkan olehmu," tawa Tara sebelum menutup list pasien dan berjalan menuju kamar yang akan ia visite selanjutnya.

"Good afternoon Mr.Kiel," sapa Tara saat mendapati pria paruh baya yang tengah duduk berbincang dengan seorang pria muda yang ia perkirakan adalah kerabat nya.

"Good afternoon My Queen Angel," balasnya tersenyum cerah memamerkan gigi rapi dan putih yang dimilikinya.

"Oh My God, bahkan kau pun memanggil ku seperti itu? Astaga berlebihan sekali,"

"Beberapa tahun terakhir kau menjadi dokter terbaik bukan? Dan kau mendapat julukan sebagai The Queen Angel,"

"Aku curiga kau mencari tahu informasi tentang ku, right?"

"Yes you right.. aku tak yakin jika ditangani oleh dokter lain apakah aku masih bisa bernafas seperti ini sekarang."

"Pasti, semua dokter hebat dengan masing-masing bidang."

"Dan kau terlalu sempurna untuk menjadi seorang dokter," ujarnya kemudian.

"Apa kau sedang merayuku? Ayolah aku bahkan belum memiliki kekasih," kekeh Tara yang terdengar manis ditelinga pria muda yang saat ini tengah menatapnya kagum.

"Kebetulan aku pun sama denganmu." Pria muda yang Tara tebak sebagai kerabat dari Mr.Kiel mengulurkan tangannya menunggu untuk dijabat olehnya.

"Tara Clarke," sambut Tara canggung dan tak nyaman.

"Matt Lebiance." Matt tersenyum manis pada Tara yang sebaliknya justru Tara tak nyaman berada di situasi sekarang lalu melepas paksa jemari yang terus digenggam oleh Matt.

"Jika begitu menikahlah dengan anakku, aku sudah lama ingin menimang cucu," balas Mr.Kiel yang terdengar serius dalam setiap kalimat nya.

"Ahaha aku hanya bercanda Mr. Kiel," kekeh Tara yang terdengar hambar dan canggung. 'Sial ia terjebak dalam lelucon yang dibuat nya sendiri terkutuk lah kau Tara! maka dari itu jangan bercanda berlebihan!' umpatnya dalam hati.

"Tapi serius bahkan ia tidak memiliki kekasih selama hidupnya," sambung Gabriella dengan menutup mulut oleh kedua tangannya berusaha menyembunyikan tawa yang mungkin tidak bisa ia tahan.

"Ah mari kita hentikan lelucon ini Tuan, aku minta maaf. Berbaring lah, aku akan memeriksa mu." Tara menatap dengan aura permusuhan pada Gabriella sebelum berjalan mendekati bed Mr.Kiel dan memeriksa nya.

"Apa yang kau rasakan saat ini?" Tara menaruh stetoskop diarea dada kanan Mr.Kiel dan mendengarnya dengan seksama.

"Aku rasa aku ingin menjadikan mu menantuku," jawabnya serius. Tara mematung sesaat sebelum kembali menggeser stetoskop ke arah bawah.

"Bagaimana kau bisa menahan rasa sakit saat ketiga katup jantung mu tak berfungsi dengan baik?" tanya Tara kemudian, ia lebih memilih menghindari pertanyaan yang terdengar seperti harapan Mr.Kiel padanya.

"Aku bahkan akan tetap bisa hidup walau dengan tak memiliki katup jantung sekalipun," jawab Mr.Kiel sekenanya.

"Luar biasa, aku curiga kau berasal dari planet lain." Seketika tawa dikamar itu pun terdengar merdu. Matt bahkan menemukan sisi lain dari ayah sahabat nya saat berbincang dengan Tara, beberapa kali ia melempar lelucon pada Tara dan tawa yang hampir tak pernah Matt lihat sebelumnya.

"Kau harus menjaga pola hidup sehat Mr.Kiel," kini Tara mengakhiri pemeriksaan fisik terhadap pasien tersebut dan mengalungkan kembali stetoskop miliknya.

"Ahh kau kira hidupku tak sehat?" Mr. Kiel memasang wajah cemberut dan ber pura pura marah. Sekali lagi Matt tersenyum geli melihat Daddy Kiel yang tampak kekanakan didepan dokter cantik ini.

"Bukan begitu, emm begini saat aku melakukan operasi tadi pagi aku menemukan beberapa plak pada aliran darahmu dan membuat sumbatan darah yang mengalir pada tempat yang seharusnya," jelas Tara dengan memeragakan tangannya berharap Mr.Kiel dan kerabatnya mengerti dengan apa yang ia jelaskan.

"Maka dari itu jagalah pola hidup sehat dengan memakan makanan yang baik untuk jantung anda, jika olahraga aku yakin kau selalu melakukan nya setiap senggang."

"Lagi lagi kau benar," jawab Mr.Kiel kagum.

"Lalu apa yang harus aku lakukan lagi My Angel?"

"Jangan terlalu banyak menggantung kakimu seperti tadi, kakimu masih sedikit bengkak. Untuk saat ini jangan terlalu banyak bergerak mengingat kau baru melakukan operasi pagi tadi, besok kau akan dilakukan pemeriksaan elektrokardiogragi dan foto Rontgen."

"Apa aku akan bertemu denganmu lagi esok?" tanya Mr Kiel penuh harap.

"Akan aku usahakan untuk mengunjungi mu selesai jadwal operasi,"

"Namun, jika tak sempat, asistenku Gabriella yang akan visite," sambung nya kemudian sekaligus mematahkan harapan Mr. Kiel. Wajah keriput ditengah ketampanan pria paruh baya itu tampak tak suka akan pernyataan terakhir yang Tara berikan.

"Hummm baiklah aku akan mengunjungi mu saat senggang." Senyum Tara mengembang saat mata pria paruh baya itu berbinar bahagia.

"Kau harus menepati janjimu."

"Aku tau.. baiklah ada lagi yang akan kau tanyakan?" Tara mencuci tangan dengan handscrub sebelum mengambil alih dokumen perkembangan pasien milik Mr.Kiel.

"Apa yang harus aku lakukan sebagai kerabat ayah sahabaku," tanya Matt penuh harap. Ia ingin sekali lagi menatap manik legam wanita tersebut yang tampak acuh padanya sedari tadi.

"Hmmm kurasa tak ada, tapi kau bisa bantu katakan pada anaknya untuk selalu mensupport ayahnya dalam bentuk apapun dan menjaga hatinya dengan baik karena ada kaitannya dengan psikologi seseorang."

"Apa kau mengatakan aku gila secara tidak langsung?" Mr Kiel menyipitkan matanya meminta penjelasan.

"Haha bukan seperti itu Sir, maksudku tugas dari keluarga atau kerabat adalah menssupport anda dalam bentuk apapun, aku mengerti jika seseorang sakit ia akan mudah lelah, tersinggung bahkan putus asa. Aku berharap kau selalu semangat menjalani pengobatan mu, karena jika kau semangat imunitas dalam tubuh mu akan membaik dan kau akan cepat sembuh."

"Baiklah, asalkan selalu didampingi olehmu aku bersedia melakukan pemeriksaan lebih lanjut."

"Jangan jadikan aku patokan, jadikanlah dirimu sebagai patokan hidupmu. Kata lain kau harus mencintai dirimu sendiri sebelum mencintai orang lain," Tara tersenyum lembut dan membantu Mr Kiel duduk kembali bersandar pada bantal yang telah ditumpuk untuk jadi sandaran. Perkataan Tara membuat ia terkejut dan menghangat bersamaan.

"Thank you dokter Tara."

"Tak perlu berterima kasih, ini sudah merupakan bagian dari tugasku. Berterima kasihlah pada Tuhan karena semua ini atas kehendakNya," lagi lagi Mr Kiel termenung dengan segala perkataan wanita muda didepannya saat ini.

"Awesome, suatu saat aku akan mengundang mu ke mansion ku. Kau tak bisa menolak."

"Baiklah," jawab Tara pasrah seraya tersenyum lalu pamit untuk mengunjungi beberapa pasien yang akan ia visite.

Diluar kamar sepasang mata cokelat tengah memperhatikannya dengan tajam dan mendengar semua percakapan Daddy Kiel dengan dokter wanita muda yang ia pastikan adalah dokter penanggung jawab Daddy Kiel saat ini.

***

-To Be Continued-

Terimakasih banyak udah baca sampai chapter ini ;) tinggalkan jejak cintamu di kolom komentar ya ;) dan dukung Luna Lupin dengan VOTE menggunakan GEM, thank you!

Novel karya Luna Lupin yang lain :

- My Wife is Bodyguard (Emily Blunt & Mike Delwyn - Romance Action 21+)

- BEATRIX ADELINE: (Beatrix Adeline & David Mills - Romance Erotic 21+) : Novel ini eksklusif hanya ada di HotBuku

Visual book follow Instagr*m : @_lunalupin

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status