"Bagaimana keadaan mu Dadd?" tanya Vin mulai mendekat saat kedua dokter tersebut melangkah pergi dari kamar sang ayah.
"Simpan semua omong kosong mu anak nakal!" kesal Mr Kiel membuang wajahnya kearah lain. Ia malas melihat anak laki-laki satu satunya yang sulit diatur bahkan masih terlihat mementingkan dirinya sendiri.
"Maafkan aku, aku sedang memikirkan keinginanmu," jelas Vin sabar dan duduk tepat dibelakang punggung sang ayah yang tengah merajuk layaknya anak balita.
"Ayahmu sudah tua! Aku sudah meminta mu untuk segera menikah berulang kali tapi kau..?"
"Aku sedang memikirkan nya Dadd tolong bersabar lah," Vin mulai merangkul bahu sang ayah mencoba menetralkan amarah yang bersarang dihati pria paruh baya tersebut.
"Semua wanita berlomba untuk mendapatkan mu, apa salahnya kau pilih salah satu diantaranya. Itu bukan hal yang sulit," ujarnya lagi dengan kerutan alis yang semakin dalam.
"Dadd... Kau tau? Aku sedang mempersiapkan semuanya. Aku ingin mendapatkan wanita yang benar benar mencintai ku bukan karena harta. Lagipula apa para wanita itu akan menerima ku jika mereka tau siapa aku yang sebenarnya?"
"Maka dari itu tinggal kan Bratva!"
"Maaf aku tak bisa melakukan itu." Vin mengurai rangkulan pada sang ayah dan merubah posisi duduknya hingga berhadapan dengan pria yang ia sayangi seumur hidup.
"Dan kau tau apa yang terjadi jika aku meninggalkan Bratva, aku akan memikirkan semua keinginan Daddy tapi tidak dengan Bratva."
Bagaimana bisa ia harus meninggalkan Bratva jika seluruh kuasa ada padanya. Bratva yang merupakan kelompok Mafia paling kejam setelah Cosa Nostra (Mafia Italia) sangat berbeda dengan Italia karena lingkungannya.
Tingkat korupsi politik dan penjualan senjata di Rusia pasca-Soviet memungkinkan ekspansi besar-besaran dan penggabungan banyak pejabat pemerintah ke dalam sindikat kejahatan. Saat ini Bratva sedang mencoba perdagangan uranium yang didapat dari program nuklir Soviet dan telah menghapus perdagangan manusia dimulai saat Vin menjabat sebagi boss Bratva.
"Baiklah kau akan aku kenalkan pada seorang wanita yang sudah Daddy tentukan. Tak ada negosiasi lagi,"
"Jika itu maumu." jawab Vin pasrah lalu mengecup punggung tangan sang ayah dengan lembut. Matt hanya memperhatikan mereka dan sesekali menggeleng samar dengan setiap perdebatan yang terus membahas mengenai pernikahan dan cucu.
Ya setiap orang tua tentu ingin anaknya bahagia dan menjalani hidup yang layak seperti membangun keluarga yang bahagia.
Namun, tidak semua orang pula memiliki kenangan yang indah untuk ia bagi dengan pasangan hidup. Ada sebagian orang yang memang memiliki kenangan pahit dan getir sehingga kepercayaan untuk membangun keluarga sangatlah jauh dan mustahil.
Bukan tidak ingin, namun memori menyedihkan itulah yang terus menerus merenggut paksa jiwa seseorang hingga tanpa sadar ia terpenjara selama memori keji itu terus menerus bersarang diingatan nya.
"Ahh Daddy kau jangan memikirkan hal itu, aku akan membantu Vin memilihkan wanita yang sempurna untukmu," Matt tersenyum riang namun terhenti saat tatapan tajam Vin dilayangkan padanya.
"Ahhh baiklah, bagaimana jika nanti malam kau ikut aku ke pesta adik sepupuku?"
"Pergilah, bertemu lah dengan beberapa wanita disana," jawab sang ayah antusias dengan seringai menggoda. Vin menghela nafas panjang sebelum mengangguk menyetujui ajakan sahabat nya.
***
Gaun hitam berkilau dengan model mermaid dan potongan dada sweet heart membuat tampilan Tara elegan ditambah anting berlian hitam dengan model matahari semakin membuat wanita 26 tahun itu tampak dewasa.
Semua pasang mata mulai menatap Tara saat ia turun dari mobil Bugatti Veyron merah metalik miliknya. Sepatu high heels hitam bertabur berlian dengan tinggi 13cm kian menawan membalut kaki putih jenjang seorang Tara Clarke.
Ia mengacuhkan beberapa pria yang ingin mencoba mendekat dan sekedar berbasa basi dengannya. Ayolah ia bahkan malas untuk hadir di pesta seperti ini jika bukan sahabat nya yang bertunangan.
"Tara!" Seru wanita bersurai golden brown tengah mengacungkan tangannya yang berisikan whiskey. Dengan langkah anggun Tara menghampiri wanita yang tak lain adalah Gabriella sahabat nya.
"Kau begitu cantik Tara! Tak seharusnya kau tak memiliki pasangan." ujar Gabriella meneguk whiskey hingga tandas. Tara hanya menghela nafas panjang dan menunggu acara yang tak lama lagi akan dimulai.
Ia ingin melihat si bodoh Joey menggunakan jas mewah dan penampilan yang ia katakan akan memukau setiap kali orang melihatnya.
'haha percaya diri sekali si bodoh itu' kekeh Tara dalam hati.
"Kau lanjutkan saja dengan kekasih barumu yang tampak seperti patung itu," bisik Tara melirik pada kekasih Gabriella yang berkepala botak dan tersenyum manis sebelum meninggalkan mereka.
"Sialan kau Tara!" umpat Gabriella mendelik tajam sebelum akhirnya melirik kekasihnya yang tampan dan mempesona. Menurutnya.
Suasana yang begitu gaduh membuat perhatian Tara pada hidangan yang tersaji rapi menjadi teralih.
"Vin??! Ohh Vin.. dia tampan sekali!" bisik wanita bersurai dark brown yang berdiri tepat disamping Tara. Mata legam Tara ikut menyusuri arah pandang wanita tersebut dan mengerutkan kening saat matanya kian tertuju pada wajah pria yang tampak familiar.
'Matt Labiance?' pikir Tara spontan, selain cerdas seorang dokter haruslah memiliki daya ingat yang kuat mengingat ia memiliki ratusan bahkan ribuan pasien yang ia tangani di rumah sakit dengan berbagai penyakit dan beberapa macam tindakan.
Namun mata legam tersebut mengamati pria yang lebih tinggi dan berwibawa disamping Matt yang kemungkinan besar bernama 'Vin', seperti wanita yang disamping nya katakan.
Stelan Shirts for suit yang ia kenakan tampak santai namun terkesan formal, mata cokelat yang terang sangatlah indah namun tajam dan dingin, sepatu hitam mengkilat begitu sempurna menemani langkahnya yang gentle, rambut chestnut blonde yang ia miliki teramat rapi dan berkilau, wajah tampan dengan alis tebal serta bulu halus dirahang yang kokoh menambah kesempurnaan ditengah sorot lampu malam ini.
'Tampaknya mereka populer sekali' gumam Tara dan lebih memilih kembali menyantap beberapa hidangan pembuka disana kemudian mengambil air mineral yang telah ia ambil dari maid yang melewatinya.
"Dokter Tara??" tanya seorang pria berdiri disamping Tara yang sedang meneguk air mineral dalam genggamannya.
"Uhuk uhuk uhuk!" Tara tercekat saat mendapati kedua pria populer menurut nya telah berdiri dan tersenyum padanya. Berbeda dengan pria tampan disebelah Matt yang menatapnya tajam dan dingin.
"Sorry," ujar Tara menutup mulut dengan telapak tangannya sebelum memberikan senyum basa basi pada kedua pria didepannya kini.
"Kau berada disini? Jangan katakan bahwa kau kerabat dari pihak laki-laki?" tanya Matt menerka nerka.
"Yaaa Joey sahabatku," jawab Tara memaksakan tersenyum namun ditangkap baik oleh Vin. Vin tau ia tak nyaman dengan keberadaan mereka di dekat nya. Menarik, ternyata tak semua wanita ingin berdekatan dengannya. Senyum Vin mengembang samar ditengah mata cokelat nya yang terus memandang lekat wanita yang merupakan dokter bedah dari sang ayah.
"Ah yaa.. perkenalkan ini sahabat ku Vin, ia anak dari Mr Kiel." saat mata legam Tara bersitatap dengan Vin ia bahkan tertarik masuk ke dalam manik coklat indah yang berkilau dan mampu menjeratnya lebih dalam, namun terasa dingin penuh luka, getaran dan keterpurukan pria ini begitu jelas tergambar seperti kejadian yang berusaha ia kubur dalam namun terasa membekas pilu.
Mengapa? Mengapa ia dapat memahami pria asing ini hanya dengan menyelam manik cokelatnya yang tampak indah dari luar?
***
-To Be Continued-
Terimakasih banyak udah baca sampai chapter ini ;) tinggalkan jejak cintamu di kolom komentar ya ;) dan dukung Luna Lupin dengan VOTE menggunakan GEM, thank you!
Novel karya Luna Lupin yang lain :
- My Wife is Bodyguard (Emily Blunt & Mike Delwyn - Romance Action 21+)
- BEATRIX ADELINE: (Beatrix Adeline & David Mills - Romance Erotic 21+) : Novel ini eksklusif hanya ada di HotBuku
Visual book follow Instagr*m : @_lunalupin
Happy reading :)----------------------Jantung yang berpacu dalam dada bidang pria bermata cokelat tampak ia hiraukan ketika bersitatap dengan manik legam wanita dihadapan nya. Ia tak mengerti mengapa jantungnya berdebar seperti ini dan juga.. mengapa bisa wanita bermanik legam ini terasa menusuk ke dalam relung dirinya yang dalam. Seakan jiwa mereka melebur menjadi kesatuan yang utuh dan menerobos benteng kokoh yang ia bangun selama ini. Mustahil!"Ahhh Tara Clarke," Tara memilih mengulurkan tangannya megakhiri kontak mata dengan pria yang menakjubkan seperti Vin. Ia takut menemukan segala bentuk kekejaman dan hal keji yang ia rasa pedih dan menyayat. Luka itu terlalu besar, luka itu sudah terlalu lama hingga menyebabkan mata cokelat indah itu tampak dingin dan tajam."Vincent Hogan Kiel." sambut Vin tak melepas pandangan sedikitpun pada Tara yang tampak gugup dan gusar. Tara menatap jemari tangan yang tengah digenggam hangat oleh Vin, hatinya berdesir
Happy reading! ---------------------------- "Don't touch." Tara mulai membalikkan badan berusaha melepas cengkraman pria yang ia hindari selama ini. "Mengapa kau menjauhiku Tara? Aku mencarimu selama ini!" Nick terus menggenggam erat pergelangan Tara yang semakin merah, namun wanita bermanik legam tersebut menahan rasa sakitnya dan lebih menyalangkan matanya pada pria berambut hitam tersebut. "Hentikan omong kosong mu dokter Nick Scotti!" Tara menyunggingkan senyum sinis padanya, ia benci menatap mata pria didepannya kini dan yang paling sangat ia benci bahwa dirinya justru merindukan tatapan rindu pria bermanik legam yang sama denganya. "Jelaskan padaku mengapa kau menghindar dan pergi meninggalkan ku?!" Sentak Nick mulai geram. "Kau ingin tau jawabanku?" tanya Tara getir bersamaan dengan bibirnya yang bergetar menahan amarah bercampur kecewa. Mta Tara yang dulu selalu memancarkan kebahagiaan serta kelembutan padanya, kini sir
Happy reading!-------------------------------------"Aaaarghh!!" Vin memejamkan matanya erat, bibirnya ia gigit kuat bermaksud mengalihkan rasa sakit atas segala cambukan yang ia terima dari sang ibu ditengah tubuh kecilnya, sekuat tenaga ia menopang tubuh tersebut diatas lantai marmer beralaskan sikut yang hanya menempel pada lantai itu.Punggung mungil yang menjadi alas dan sasaran atas cambukan amarah sang ibu, membuatnya menjadi merah mengeluarkan darah pada tiap inci kulit yang sebelumnya tampak putih dan mulus. Suara cambukan demi cambukan terdengar begitu keras dan menggila ditelinga Vin kecil saat itu. Ini adalah cambukan yang kesekian kali ia terima."Ini adalah balasan untuk mu karena sudah mengganggu kesenangan ku!" Geram sang ibu tanpa henti mengayunkan tangannya memberikan pecutan yang entah keberapa kali ia layangkan pada Vin."Kau telah menghianati ayahku wanita jalang!" Sentak Vin dengan amarah yang berkobar namun menyayat. Sesungg
Happy reading my lovely reader ;) ----------------- Maybach Exelero hitam membelah jalanan kota menuju Glendale. Vin memutuskan akan mengunjungi mansion miliknya disana. Ia menolak keras saat Matt berusaha membujuk agar dapat mengantarnya pulang. Beberapa kali ia memukul stir ditengah konsentrasi yang terbagi dua. Mengapa ia harus mengingat masa lalu saat bersama wanita asing yang baru dikenal? Namun rasa nyaman dekapan wanita bermanik legam itu tak mampu ia pungkiri. Bahkan degub jantung yang berpacu saat bersamanya hingga kini masih begitu terasa. Aroma Rosemary yang menguar dari tubuh Tara telah memanjakan indra penciumannya. Perlakuan lembut, pandangan khawatir Tara begitu menggetarkan disetiap syaraf tubuh Vin, apalagi ketika wanita bersurai hitam itu begitu menggebu menceritakan kejadian tadi pada Matt namun tergambar jelas rasa khawatir disana. Senyum samar menghiasi wajah Vin sesaat sebelum getaran ponsel yang diletakkan di dashboard mobil mengalihkan perhatiannya. "Gospod
Happy reading :)----------------"Kita terlambat Queen Angel!" Gabriella melangkah cepat menuju ruang konferensi tempat meeting para dokter dilakukan."Itu salahmu!" Tara sedikit berlari menyusul langkah Gabriella yang hendak mencapai pintu."Jika bukan karena mu, aku tak akan mabuk hingga pagi!" Kesal Gabriella lalu merapikan penampilannya yang sedikit kusut pada bagian rambut."Calmdown Gab, kau seperti akan bertemu hantu," Tara menarik napas dalam sebelum memegang daun pintu didepannya."Mungkin lebih dari itu,"Tara mendorong pintu perlahan lalu membungkuk hormat meminta maaf atas keterlambatannya. Gabriella ikut melakukan hal yang sama dibelakang Tara."Jangan kau ulangi Mrs Tara!". tegur Mr Ryan yang merupakan director asistant di rumah sakit.Sesaat pandangan Tara terkunci pada pria yang sangat ia benci dan ia hindari selama ini, Nick Scotti. Bagaimana bisa ia telah duduk manis dalam konferensi besar pagi ini? Ta
Happy reading :)------------------"Hallo Mr Kiel," sapa Tara tersenyum ramah saat melihat wajah pria tua yang berbinar karena kedatangannya. Ia harus memakan waktu lama berdebat dengan Nick hingga berakhir disini tanpa diikuti pria brengsek itu. Segala usaha ia lakukan agar dapat terhindar dari pria yang sudah berhianat padanya, namun pada akhirnya semesta bercanda dengan mempertemukannya kembali ditempat ini."Kau menepati janjimu nona," pria tua itu terkekeh pelan meraih gelas diatas nakas lalu meneguknya perlahan.Sesaat manik legam Tara menangkap pria bermanik coklat tengah duduk disamping Mr Kiel dengan santai. Pria yang sempat membuat nya merona ditengah keberanian untuk mendekapnya. Tara ingat, betapa halus dan keras surai chestnut blonde itu yang sempat ia usap dengan telapak tangannya, bahu dan punggung kokoh itu sempat ia peluk mampu menggetarkan seluruh syaraf ditubuhnya, manik cokelat yang tampak berkilau selalu menyembunyikan segala laranya
Hallo, kembali lagi setelah hampir dua hari merenungi perjalanan mereka hihihiHappy reading ;)----------------------"Mengapa kau terus mengabaikan ku?" Nick semakin kesal karena sedari tadi ia merasa tak dianggap keberadaannya oleh Tara."Kau yang sejak tadi terus membahas masa lalu konyol kita Nick, we are in the hospital area, prioritize professionalism okay? because we are working with the patient's life!". Tara mendelik tajam, lalu mengambil dokumen yang diberikan oleh seorang perawat dan mencatat beberapa tindakan yang akan dilakukan besok.Ia tak mampu berkonsentrasi ditengah pikiran yang bercabang, bagaimana bisa Vin menciumnya secara tiba-tiba seperti tadi? Bukankah sebelumnya pria itu mengacuhkan dirinya. Tara merasa kesal seakan dilecehkan oleh pria bermata cokelat itu, namun ia tak dapat menampik bahwa rasa lembut dan kelembaban yang Vin torehkan padanya begitu memabukkan."Okay, aku minta maaf." Nick mengangkat kedua tan
Happy reading :)--------------------Tara lebih menikmati pemandangan malam dari atas gedung Ronald Reagan UCLA Medical center, ia butuh suasana hening untuk sekedar menenangkan hati dan pikiran nya sesaat. Ia tak mungkin meminta Gabriella untuk menemaninya ditengah kondisi ibunya yang sakit. Ia juga tak akan mungkin meminta Joey untuk sekedar menghibur mengingat pria itu tengah menikmati rasa bahagia atas pertunangannya.Surai hitam miliknya menari lembut saat hembusan angin membelainya perlahan. Catsuit putih yang dilapisi oleh Cardigan cokelat membuat ia tampak manis dan santai. Hot Chocolate menemani setiap jemari yang mulai mendingin karena suasana malam. Pergi ke tempat tertinggi di rumah sakit adalah keputusan yang tepat.Tara masih merenung mengenai kejadian yang membuatnya seakan mengikuti latihan shock therapist. Bagaimana bisa Vin berubah sepersekian detik dari ketidak pedulian terhadapnya menjadi keberanian yang nyata untuk menyesap bibirnya