Share

Chapter 5: Your Eyes

Happy reading :)

----------------------

Jantung yang berpacu dalam dada bidang pria bermata cokelat tampak ia hiraukan ketika bersitatap dengan manik legam wanita dihadapan nya. Ia tak mengerti mengapa jantungnya berdebar seperti ini dan juga.. mengapa bisa wanita bermanik legam ini terasa menusuk ke dalam relung dirinya yang dalam. Seakan jiwa mereka melebur menjadi kesatuan yang utuh dan menerobos benteng kokoh yang ia bangun selama ini. Mustahil!

"Ahhh Tara Clarke," Tara memilih mengulurkan tangannya megakhiri kontak mata dengan pria yang menakjubkan seperti Vin. Ia takut menemukan segala bentuk kekejaman dan hal keji yang ia rasa pedih dan menyayat. Luka itu terlalu besar, luka itu sudah terlalu lama hingga menyebabkan mata cokelat indah itu tampak dingin dan tajam.

"Vincent Hogan Kiel." sambut Vin tak melepas pandangan sedikitpun pada Tara yang tampak gugup dan gusar. Tara menatap jemari tangan yang tengah digenggam hangat oleh Vin, hatinya berdesir saat jemari kecil itu tampak terlindungi oleh jemari kokoh milik Vin.

"Selamat malam semua.." Suara MC di acara pertunangan tersebut membuat keduanya melepas jabatan mereka. Tidak, disini Tara lah yang menarik tangan nya lebih dulu sebelum debaran jantung yang ia rasakan semakin menjadi dan melaju lebih cepat daripada biasanya.

"Mengapa kau ada disini?" Tanya Tara mengalihkan perhatian dengan berbasa basi pada Matt.

"Cindy adalah adik sepupu ku," jawab Matt sambil meneguk red wine yang dihidangkan oleh pelayan.

"Ahh.. begitu rupanya." Tara bahkan baru tahu jika Joey akan tunangan bersama wanita yang bernama Cindy. Tara tertawa konyol didalam hati, ingin sekali ia merutuki kebodohannya kali ini.

"Red wine?" Matt memberikan red wine satu lagi untuk Tara.

"Ahh tidak, terimakasih." tolak Tara halus.

"Mengapa?"

"Aku takut ada panggilan rumah sakit untuk operasi dadakan." Matt semakin kagum pada wanita disamping nya kini.

"Seperti nya kalian sangat populer," Tara memandang kedua pria disampingnya bergantian.

"Kau benar-benar tidak tahu kami?" Tanya Matt penasaran yang dibalas gelengan kepala oleh Tara dan senyuman yang memperlihatkan gigi putihnya.

"Apa kau tidak sempat menonton televisi atau membaca berita di ponsel?" Matt mengeluarkan ponsel dan memasukkan kembali ke dalam saku jasnya.

"Aku lebih sering melihat monitor saat operasi dan foto Rontgen pasienku sendiri." kekeh Tara yang tampak cantik dalam pandangan Vin. Vin hanya menyunggingkan senyum samar yang tak terlihat sama sekali.

"Kau bisa mencari tahu di g****e tentang kami," jawab Matt mengedipkan matanya sebelah kanan. Tara kembali meneguk air mineral miliknya di atas meja.

Suara riuh tepuk tangan terdengar ramai menelusup indra pendengaran mereka bertiga saat penyematan cincin dijari manis sang wanita. Joey yang tampak gugup dengan balutan jas hitam bunga disaku dada sangat senada dengan gaun berwarna peach yang dikenakan oleh Cindy serta gold crown berdiri kokoh diatas kepalanya. Senyum Tara terbit saat melihat kemesraan dan kebahagiaan yang mereka nikmati, ia berharap suatu saat nanti akan diperlakukan hal yang sama oleh kekasihnya bahkan lebih dari ini. Vin menatap Tara yang sedang tersenyum kearah Joey dan Cindy, spontan Tara melirik Vin yang ternyata tengah menatapnya dengan tatapan tak terbaca.

"Tara...!" Suara Gabriella mengalihkan perhatiannya. Gabriella melangkah gusar menghampiri Tara yang sedang mengatur pacu jantung yang kembali berdetak oleh sorot mata cokelat Vin yang menawan.

"Ada apa?" Tanya Tara saat Gabriella sudah berdiri didepannya.

"Ahh Hay... Matt?? Bukankah kau saudara Mr Kiel?" Tanya Gabriella mengacuhkan pertanyaan Tara dan lebih memilih pria tampan disebelah nya.

"Yess kau benar,"

"Maaf aku ada hal penting dengan Tara," Gabriella menarik lengan Tara agak sedikit menjauh dari dua pria tersebut.

"What's wrong?" Tara menatap lekat Gabriella yang semakin gusar dan mengedarkan pandangannya.

"Tara... Nick ada disini!" Bisik Gabriella cemas.

"W-what???!" Pekik Tara tak percaya. Tanpa sadar pekikan tersebut membuat Vin menoleh dan mendapati mata legam wanita itu membulat sempurna ia menggigit jari telunjuknya menandakan kecemasan yang tak mampu ia tutupi. Gabriella mengangguk cepat sebagai jawaban atas pertanyaan Tara.

"A...aku harus pergi, aku tak ingin bertemu dengannya," Gabriella menatap Tara penuh kebimbangan.

"Mengapa kau tak menemuinya saja?" Tara lebih memilih melangkah kan kaki meninggalkan Gabriella yang tercengang karena diabaikan.

"Ekhemm sorry, sepertinya aku harus pergi lebih dulu," Tara tersenyum kaku pada Matt dan Vin, namun matanya berkeliaran memandang orang disekelilingnya satu persatu.

"Mengapa? sebentar lagi acara dansa, berdansa lah denganku,"

"Maaf aku buru buru ada yang harus aku selesaikan." Tara segera berlalu meninggalkan kedua pria tersebut yang menatapnya heran.

"Taraaa...!" Seru Gabriella yang ikut berlari mencoba mengejar nya, namun Tara melangkah lebih cepat hingga wanita bergaun hitam tersebut hilang dibalik keramaian para undangan yang mulai berdansa dengan pasangan masing-masing.

"Mungkin ada panggilan dari rumah sakit," Matt kembali meneguk red wine untuk kesekian kalinya. Tak lama Vin pamit pergi dengan alasan ingin mengambil beberapa hidangan disana sedangkan Matt ikut berdansa dengan beberapa wanita yang ia temui di pesta.

Tara bergegas menuju mobil Bugatti Veyron merah metalik miliknya sebelum ia bertemu dengan Nick mantan kekasihnya dahulu. Ia tak ingin pernah bertemu lagi dengannya mengingat pria itu berhianat secara terang terangan dan dengan tak tahu malunya pria itu terus menerus mengejar Tara dan memaksa untuk kembali padanya.

"Tidak tidak, aku tidak ingin bertemu dengannya Tuhan!" Gumam Tara mulai melepas high heels dan kembali berjalan dengan cepat. Sungguh ia tak ingin kembali bersama nya walau sudah jelas hati dan jiwanya masih mengharapkan cinta yang sama seperti dulu. Ia menyadari betapa bodohnya ia tak bisa menghilangkan perasaan nya sendiri pada pria brengs*k seperti Nick. Ia pun merasa konyol selalu mengingat kebahagiaan semu yang pria itu berikan padanya dan sialnya sangat mengesankan.

"Tara!" Cekalan di pergelangan tangan Tara mampu menghentikan langkahnya yang sebentar lagi hendak mencapai mobil miliknya. Degup jantung Tara mulai menjadi saat merasakan sentuhan yang selama ini ia rindukan sekaligus ia benci. Sentuhan lembut yang selalu mengisi kekosongan dirinya, sentuhan hangat yang selalu membelai pipinya dengan penuh kasih, dan jemari inilah yang selalu membuat nya merona. Namun saat penghianatan itu menikamnya seketika ia membenci segala hal yang berhubungan dengan pria tersebut.

***

-To Be Continued-

Untuk visual book follow I*******m @_lunalupin :)

Karya Luna Lupin yang lain ---> My Wife is Bodyguard

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status