Share

6. Melamar

"Apa yang akan kau lakukan, Nay?"

"Tenang saja, aku nggak bakalan bikin kamu kecewa dengan apa yang akan kukerjakan, sekarang kamu  boleh memejamkan mata." Nay mulai beraksi dengan guntingnya.

"Boleh sambil ngetik, nggak?" tawar Ratna.yang melihat apa yang dikerjakan sahabatnya dari kaca yang besar di depannya.

"Eh, aku lupa kalau kau adalah penulis picisan."

"Hei ...." Mata Ratna langsung membesar indah saat mendengar sahabatnya mengejek sumber uangnya selama ini.

"Hahahaha, lakukanlah apa yang mau kau lakukan."

Ratna terdiam, mata dan tangannya fokus ke benda pipih yang ia pegang.

"Masya Allah, itu hape yang pernah Nita almarhum kasih, Na? Kamu nggak pernah ganti?" Nay tampak berhenti memainkan guntingnya, dari kaca Ratna melihat betapa herannya wajah Nay melihat ponsel yang ia pegang.

"Iya, kenapa?" tanya balik Ratna, tanpa sedikitpun menoleh ke arah sahabatnya.

Nay tak menjawab apa yang di tanyakan oleh Ratna, tangannya kembali  sibuk menggunting, menyisir dan menjepit rambut Ratna, setelah tadi tertegun melihat benda pipih yang berada di tangan sahabatnya itu.

"Sudah," kata Nay, setelah sekian waktu tadi keduanya terdiam.

Ratna mengangkat kepala, rambutnya masih panjang walaupun sisa separuh dari panjang awalnya, dan hitam, hanya saja lebih rapi tidak seperti saat dia datang tadi.

"Perempuan yang tak terawat."

"Terima kasih." Ratna memutar pupil matanya jengah mendengar ujaran dari sahabatnya yang tidak bohong.

"Mmm ...." dengus Nay dengan menggelengkan kepalanya.

"Apa sekarang aku boleh bertemu dengan bosmu?"

Nay menganguk, dia melepaskan kain kip-kain penutup badan saat sedang memotong rambut.

Kemudian melangkah lebih dulu lebih masuk lagi ke dalam, melewati sebuah ruangan yang tampak seperti ruang keluarga. Ratna mengikutinya dari belakang.

Took! Took!

Nay mengetuk  pintu yang terbuat dari kayu itu pelan. Pintu satu satunya yang ada di dalam ruangan itu.

"Masuk!"

Nay membuka pintu setelah ada perintah yang tadi mereka berdua dengar.

Tampaklah di mata Ratna seorang pria tampan berkulit putih bersih dengan rahang yang kuat, sedang berkutat dengan komputer.

"Pak Aldo, ada yang ingin saya bicarakan dengan anda." Nay masuk lebih dulu dan berdiri di belakang kursi, dan Ratna hanya terdiam di belakangnya.

"Ada apa, Nay?"

Lelaki yang Nay tadi panggil dengan sebutan pak Aldo mengangkat wajahnya dan menatap Ratna dan Nay bergantian.

"Siapa dia?" Pak Aldo bertanya dengan pandangan mata fokus ke Ratna.

Ratna tergugu, mata itu sangat tajam dan sangat indah.

"Dia sahabat saya, Pak. Ingin melamar kerja di sini, apakah bisa?" tanya Nay yang juga menjawab pertanyaan dari bosnya, tadi.

"Dia bisa apa?"

"Dia ...."

"Saya bisa membuat pembukuan, juga bisa merias walaupun tidak ahli."

"Benarkah? Tapi kenapa di wajahmu tidak tampak ada bedak sedikit pun?"

"Karena ...."

"Karena dia belum mempunyai uang untuk membelinya, Pak. Tapi saya akan menjadikan diri saya sebagai jaminan kalau sekarang dia di terima kerja, besok  dia bakalan merias dirinya, Pak." Potong Nay yang paham kalau Ratna bakalan bingung untuk menjawabnya.

Pak Aldo terdiam, di liriknya Ratna dari atas ke bawah, matanya mengernyit dengan mata menyipit seperti sedang berpikir keras.

"Nay, bawa perlengkapan rias. Suruh dia merias dirinya sendiri di sini di depan saya."

"Sekarang pak?" tanya Nay yang tampak kaget dengan perintah yang baru saja ia dengar dari sang bos.

"Iya, sekarang!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status