Share

Lilya • 02

LILYA menangis dalam diam setiap malam setelah mendengar titah ibunya untuk menikah.

Dia masih muda, dia masih sekolah, bahkan dia belum lulus SMA. Lilya masih terlalu dini untuk menikah, tapi demi Kaisar dan Mawar, Bapak dan Ibu yang telah merawatnya selama ini, Lilya rela berkorban.

Digadaikan, dijual pada Pak Tua Mesum dari keluarga Gunawan yang kaya raya demi menyelamatkan perusahaan keluarga. Dia rela menikah dengannya dan mungkin dia akan menjadi istri muda yang akan ditindas oleh istri-istri tuanya di sebuah mansion besar.

Mengingat film-film tentang poligami yang bertebaran di layar televisi dan mengisahkan seorang istri muda yang disiksa istri-istri tuanya, Lilya bergidik ngeri saat membayangkan dirinya akan berakhir seperti itu.

"Tuhan, semoga tidak ada drama mengerikan seperti itu dalam hidupku," doanya sembari menatap langit-langit kamar.

Dia berharap doanya dijamah Tuhan kali ini. Padahal, setiap kali ia berdoa, semua doanya tak pernah dikabulkan sama sekali.

***

Evan menatap sebuah foto di layar ponselnya dengan wajah datar. Cantik, sih, cantik. Tubuhnya pendek, tapi lekukan tubuhnya terlihat sempurna, bahkan cenderung menggoda. Hanya saja ... pakaiannya.

Evan menghela napas kasar saat melihat ibu tirinya berjalan melewatinya yang sedang duduk nyaman di sofa ruang santai.

"Mom!" panggilnya tanpa ragu.

Nayla menoleh. "Iya, Van? Kenapa?"

"Evan mau nikah."

Mata wanita berusia lima puluh tahunan itu tampak berbinar-binar menatapnya. "Iya?" tanyanya antusias, sembari mendekat pada putra sambungnya. "Mana calonnya?"

Evan menunjukkan sebuah foto gadis berseragam SMA yang sukses membuat mulut Nayla menganga lebar.

"Cantik, kan, Mom?"

Nayla menatap putranya horor. "Serius kamu? Dia masih SMA?"

Evan menganggukkan kepala. "Pernikahan bisnis, Mom." Dia menatap kembali layar ponselnya sekali lagi. Gadis itu memang cantik, tapi tatapannya tampak menyimpan perih yang tidak seharusnya. "Keluarganya nyaris bangkrut, mereka meminta Evan untuk menikahi salah satu dari keturunan mereka asalkan Evan mau membantu mereka menyelesaikan masalah perusahaannya."

"Jadi?" Nayla menatap Evan tajam. "Tidak ada cinta di antara kamu dengan gadis itu?"

Evan menggeleng. "Dia bahkan belum pernah bertemu dengan Evan secara langsung."

"Jangan bercanda kamu!" bentak Nayla murka. "Kamu boleh mempermainkan wanita mana pun sesukamu, kamu boleh memacari mereka, menidurinya, atau bahkan bahkan melakukan apa pun. Tapi jangan pernah kamu mempermainkan pernikahan, Evan. Mommy tidak setuju, bahkan Daddy-mu akan menolak pernikahanmu."

Evan memejamkan matanya. "Evan tidak ada niat bermain-main dengan pernikahan ini." Evan kembali menatap Nayla dalam-dalam. "Mommy sendiri tahu, umur Evan sudah tua, Evan perlu pasangan hidup, tapi Evan terlalu malas mengurus soal percintaan. Mommy juga ingin melihat Evan menikah, bukan? Lantas mengapa Mommy menolak Evan menikahinya? Apa karena dia masih kecil?"

"Bukan perkara usia, tapi apa niatmu menikah dengannya. Jangan sampai kamu mempermainkannya dan mengulangi tragedi perceraian yang pernah terjadi dengan Daddy kamu dulu."

Evan memejamkan mata. "Evan mengerti, Mommy."

Nayla memeluk kepala putra sambungnya. Dulu, dia anak yang manis, tapi perlahan dia berubah. Semenjak dewasa, Ethan membiarkan putranya memilih jalan hidupnya sendiri, dan Evan berubah menjadi seperti ini.

"Mommy hanya tidak mau melihat pernikahanmu hancur. Kamu tetap anak kesayangan Mommy, Evan, Mommy akan sakit jika sampai melihat rumah tanggamu berantakan."

"Mommy tenang saja." Evan membalas pelukan Nayla. "Evan tidak akan bermain-main, selama dia tidak memainkan Evan."

Nayla tersenyum tipis. "Jadi, kapan Mommy sama Daddy bisa melamarnya buat kamu?"

Evan mengurai pelukan mereka. "Tidak perlu." Evan berdeham singkat. "Mom sama Dad hanya akan melihat calon istri Evan tepat di saat upacara pernikahan terlaksana. Aku ingin membuat seseorang di sana menyesal karena berani menolak Evan bahkan sebelum kami dipertemukan."

Nayla hanya mengernyitkan dahi tidak mengerti. Apa maksud kalimat putranya tadi?

Kata-kata Evan dipenuhi makna, tapi Nayla percaya, kalau Evan akan tetap berlaku baik seperti yang pernah terjadi selama ini.

"Apa pun pilihan kamu, Mommy akan dukung. Asalkan kamu tidak melakukan sesuatu yang melanggar norma, agama, dan juga aturan. Mom dan Dad akan selalu ada di belakangmu."

"Makasih, Mom."

Nayla tersenyum manis. "Jangan lupa, beritahu mama kamu juga, ya?"

Evan tersenyum tipis. "Itu urusan mudah."

___


Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ellisa
cerita nya bagus bab awal ini.tentang anak sambung dan mama tiri yg saling menyayangi.andai nasib ku seperti mereka,kita sayang tapi dia tidak...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status