Guinea sudah menyelesaikan masakannya dan menunggu Enzo kembali. Sekarang sudah malam tapi Enzo masih saja berada di luar dan tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya. Guinea menjadi sedikit khawatir dengan Enzo.
Lolongan serigala, artinya festival untuk malam bulan purnama mereka. Apa Enzo bergabung bersama mereka? Karena itu belum kembali sampai sekarang.
“Guinea maaf,” kata Enzo yang muncul di belakang Guinea dan langsung memeluknya.
Guinea sudah terbiasa dengan ini, tapi kali ini Guinea benar-benar khawatir dengan apa yang terjadi pada Enzo.
“Kenapa tadi langsung pergi? Padahal semuanya bisa dibicarakan baik-baik,” kata Guinea yang ngambek layaknya suami istri.
“Maaf karena membuatmu kebingungan. Aku hanya kaget mendengar kau mengatakan itu, tapi bagiku itu terdengar seperti hadiah yang sangat indah tapi aku malah kabur,” kata Enzo yang tidak ingin Guinea melihat wajahnya.
“Aku juga minta maaf. Mungkin saja aku terlalu terburu-buru. Aku akan menunggu sampai kita berdua siap akan ini,” kata Guinea yang berbalik dan memegang wajah Enzo yang menunduk.
“Ti-tidak, bukan itu maksudku! Aku ... ya kau tahulah,” kata Enzo tidak tahu apa sebenarnya yang ingin dikatakannya.
“Jangan khawatir, aku tidak akan memaksa dan juga aku juga sepertinya terlalu blak-blakan soal ini. Kita bicarakan lain hari, sekarang ayo makan,” kata Guinea yang belum makan sejak siang karena menunggu Enzo.
“Kau belum makan?” tanya Enzo pada Guinea.
“Aku menunggumu,” balas Guinea menyiapkan makanannya.
Enzo lagi-lagi terpanah dengan kebaikan Guinea yang memperlakukan Enzo seperti suami yang asli, karena sebelum-sebelumnya Guinea masih malu pada Enzo. Itu yang dipikirkan Enzo terhadap Guinea.
Walaupun tidak memakan makanan seperti ini, tapi untuk kali pertamanya Enzo makan dengan enak bersama dengan Guinea. Jika makan bersama dengan Guinea makanan apapun itu bisa dimakan oleh Enzo, apalagi ini makanan buatan Guinea.
“Kalau sudah kenyang jangan paksa perutmu makan. Kau sudah makan sebanyak sepuluh ikan,” kata Guinea yang pertama kalinya makan bersama dengan Enzo.
“Masakanmu enak,” balas Enzo yang masih makan.
“Sudah,” kata Guinea mengambil ikan yang akan dimakan Enzo. “Aku tahu kau sudah kenyang. Kita masih bisa makan besok.”
***
Seminggu berlalu, Guinea lebih sering keluar akhir-akhir ini untuk mencari makanan, dan juga merasakan sebuah hal ingin kembali menemui pemuda yang ditolongnya seminggu yang lalu. Guine selalu memikirkannya, padahal dirinya sendiri ingin meluapkan wajahnya yang lumayan tampan.
Guinea pergi ke batas hutan dan melihat sekitar tapi tidak ada siapa-siapa selain dirinya di sini.
“Nona! Kau kemari lagi?” tanya suara pemuda yang diingat Guinea.
Guinea berbalik tapi memasang wajah seolah-olah tidak peduli karena mengingat Guinea masih punya suami.
“Aku tinggal di sini,” balas Guinea yang berjalan ke arah Anderson.
“Lalu bisakah kita pergi ke rumagmu berbicara santai?” tanya Anderson yang melangkah hampir melewati batas hutan.
“Berhenti! Jangan melangkah lagi! Mundur!” teriak Guinea dari seberangnya tidak melangkah masuk wilayah manusia.
Anderson kaget dan menuruti apa yang dikatakan Guinea. Guinea sudah berjanji untuk tidak masuk ke wilayah manusia pada suaminya.
“Bicara saja, jangan melewati garis pohon itu,” kata Guinea menunjuk pohon besar sebagai batas hutan.
“Memangnya kenapa?” tanya Anderson bingung.
“Kalau kau melangkah sejengkal saja, aku tidak bisa menjamin nyawamu!” tegas Guinea pada Anderson.
“Wow, perkataanmu sangat menakutkan Nona,” kata Anderson yang melihat Guinea memakai tudung tidak memperlihatkan wajahnya. “Bisakah aku berbicara dengan wajah yang terlihat jelas?”
Guinea membuka tudungnya dan memperlihatkan wajahnya yang dipenuhi cahaya matahari yang datang dari sela-sela pohon.
“Sangat cantik,” gumam Anderson tidak sadar.
“Apa?” tanya Guinea tidak mendengar terlalu jelas.
“Tidak. Siapa namamu Nona?” tanya Anderson yang belum tahu nama Guinea.
“Ope ... Guinea, namaku Guinea,” balas Guinea yang baru pertama kali menyebut nama barunya.
“Nama yang indah Nona Guinea,” kata Anderson mengecup punggung tangan Guinea yang agak kotor karena mengambil buah-buahan.
“Kalau begitu, apa kau masih ingat dengan namaku?” tanya Anderson berharap.
“Ya, namamu William? Zen? Apa yang benar?” tanya Guinea yang sama sekali tidak ingat dengan teriak nama seminggu yang lalu.
“Anderson,” kata Anderson agak kecewa dengan Guinea.
“Lalu apa yang kau lakukan di dalam hutan orang asing?” tanya Guinea yang agak mengejek Anderson.
“Orang asing? Aku orang asli sini,” balas Anderson pada Guinea.
“Lalu mengapa tidak tahu jalan pulang dari hutan? Orang-orang sini sudah hafal jalanan hutan bahkan yang belum pernah masuk hutan,” kata Guinea memperjelas sesuatu.
“Karena aku baru saja kembali. Sebelumnya, aku pergi ke wilayah perbatasan dan tinggal beberapa tahun di sana, dan baru sekarang aku kembali,” jawab Anderson masih di tempat tidak melangkah maju.
“Kau ini kesatria? Prajurit? Penunggang kuda?” tanya Guinea yang memahami hanya prajurit atau sejenisnya yang bisa tinggal di daerah perbatasan.
“Prajurit kerajaan siap melayanimu Nona,” jawab Anderson membungkuk hormat.
Percakapan mengalir seperti air. Pembicaraan yang panjang dari dua sisi hutan, pembatasan tak terlihat membuat tidak membuat mereka saling menjauh malahan semakin dekat dan berbicara terbuka. Lalu muncul dalam pikiran Guinea untuk bisa bebas pergi dari hutan bersamanya, dan meninggalkan Enzo yang sama sekali tidak pernah dicintainya.
Guinea berbicara terbuka pada Anderson tapi tidak mengatakan mengenai manusia serigala yang menjadi suaminya karena takut Anderson akan menjauh darinya. Mereka berteman tapi hati mereka mencintai, dan hanya masalah waktu saja mereka akan mengungkapkan perasaan masing-masing.
“Sudah mulai gelap, aku harus kembali sekarang,” kata Guinea yang sebenarnya tidak ingin.
“Baiklah, kapan aku bisa bertemu denganmu lagi?” tanya Anderson yang memperlihatkan dengan jelas ketertarikannya.
“Seminggu kemudian,” balas Guinea yang kembali memasang tudungnya dan pergi menjauh ke dalam hutan wilayah manusia serigala.
“Aku akan menunggu waktu itu.”
***
Sore, gua mulai menjadi gelap dan Enzo tidak ada di sini. Guinea kelelahan karena mengumpulkan lebih banyak makanan untuknya dan Enzo.
Guinea berbaring dan mengingat setiap perkataan Anderson yang penuh dengan ketertarikan pada Guinea. Guinea sadar dengan apa yang dilakukan Anderson tapi sikapnya yang bisa menyembunyikan kebohongan membuat Anderson lebih ingin memperlihatkan ketertarikan yang lebih pada Guinea.
“Hidup manusia lebih singkat dibandingkan manusia serigala. Aku harus menikmati hidupku dan aku bisa mati dengan tenang,” kata Guinea di dalam hatinya yang sudah jatuh terpikat pada Anderson sang prajurit kerajaan.
Enzo sudah kembali saat tengah malam dan melihat Guinea yang sudah tertidur pulas. Enzo langsung memberikannya kecupan selamat malam dan tidur disamping Guinea. Setiap Enzo datang Guinea pasti terbangun, lalu berpikir bagaimana cara untuk membunuh Enzo agar bisa bebas darinya, tapi juga memikirkan hal baik dari Enzo penyelamatnya.
“Apa yang harus kulakukan?” gumam Guinea kembali tidur sedikit menjauh dari Enzo.
Seminggu kembali berlalu, dan Enzo sudah sibuk dengan urusannya sendiri sedangkan Guinea semakin sering keluar mencari makanan karena tidak ingin merepotkan Enzo. Setiap harinya Guinea pergi ke batas hutan mengharapkan Anderson datang dengan tiba-tiba, walaupun tahu janji mereka akan bertemu seminggu sekali. “Guinea! Apa itu kau?!” seru Anderson yang juga selalu menunggu setiap harinya. “Anderson! Aku tidak menyangka kalau kau ada di sini. Aku mengira kau akan datang seminggu kemudian,” kata Guinea yang langsung kembali berjalan ke batas hutan. “Aku sudah memikirkannya. Aku menyukaimu Guinea! Aku sungguh menyukaimu sejak kali pertama bertemu, saat itulah aku tidak dapat mengontrol hatiku,” kata Anderson yang memegang tangan Guinea dengan erat. “Aku juga memiliki perasaan yang sama padamu, tapi aku tidak bisa bersama denganmu. Ada hal yang tidak dapat diungkapkan. Semuanya terlalu rumit untuk itu,” kata Guinea yang masih menjadi istri dari manusia seri
Semakin hari Guinea semakin sering keluar, sudah sangat jarang berada di rumah. Enzo awalnya tidak curiga dengan Guinea karena sangat percaya padanya.“Enzo, kau akan pergi hari ini?” tanya Guinea yang sebelumnya pernah membahas mengenai perjalanan serigala untuk bertemu dengan serigala lain di hutan yang berbeda.“Ya, maaf membuatmu sedih karena aku tidak bisa mengajakmu,” kata Enzo mengecup kening Guinea. “Padahal aku sangat ingin memperkenalkanmu dengan orangtuaku.”Pada hari Guinea, kepergian Enzo membuatnya agak senang karena Guinea bisa lebih sering bertemu dengan Anderson tanpa harus merasa diikuti ataupun gelisah kalau mereka ketahuan.“Memangnya berapa lama kau akan pergi?” tanya Guinea yang bertanya untuk memastikan.“Karena tempatnya agak jauh, jadi kurang lebih sebulan untuk pergi dan pulang,” balas Enzo yang mengingat perjalanannya terakhir kali.Guinea membantu Enzo me
Anderson membawa Guinea ke wilayah manusia, tepatnya wilayah ibu kota tempat Guinea dulunya tinggal. Guinea langsung menutup wajahnya dengan tudung karena orang-orang di sini lumayan mengenal Guinea dengan nama Opelia.“Hei, kenapa kau menyembunyikan wajahmu?” tanya Anderson yang mengira Guinea malu dengannya.“Tidak perlu tahu,” balas Guinea ketus.“Kenapa sih, nggak senang kalau aku bawa ke sini?” tanya Anderson yang belum terlalu mengenal Guinea.“Tidak, lakukan saja apa yang kau inginkan,” jawab Guinea yang tidak berpikir panjang lagi karena bersama Anderson, ini kesempatan.Anderson membawa Guinea pergi ke gerbang istana dan mengenalkannya dengan beberapa rekannya, tapi saat itu Guinea sangat membenci yang namanya istana. Di sini Guinea mendapatkan pakaian pernikahan dan dijadikan sebagai tumbal untuk hutan. Guinea berpikir, para gadis yang sebelumnya juga dijadikan tumbal, tidak seberuntung diri
Enzo datang dengan wajah marah yant langsung menarik Guinea pulang dengan emosi yang meluap-luap. Anderson tidak tahu apa yang terjadi, tapi saat hendak melangkah, Enzo memperlihatkan wajah marah seperti ingin membunuh jika melangkah selangkah lagi.“Enzo! Lepasin! Ini sakit!” teriak Guinea yang ketakutan dengan wajah Enzo yang berubah menjadi marah.“Hah! Orang itu siapa?! Pantas saja aku selalu mencium bau manusia lain, ternyata kau selalu pergi dari gua hanya untuk bertemu dengan pemuda itu!” teriak Enzo yang masih bisa menahan emosinya. Jika Enzo tidak dapat menahan emosinya, bisa saja Guinea tidak akan selamat.Guinea tidak dapat membalasnya secara langsung dan hanya menangis dihadapan Enzo yang sedang marah.“Aku katakan padamu, siapa dia?” tanya Enzo mengurangi tinggi suaranya.“Huh ... Anderson, dia adalah adikku,” kata Guinea yang berbohong pada Enzo.“Apa?” tanya Enz
Anderson muncul dihadapan Guinea yang menyendiri. Tubuh Guinea bergerak sendiri berjalan memeluk Anderson yang sudah seminggu lebih tidak ditemuinya dengan menangis. Anderson membalas pelukannya dan mereka terlihat jelas seperti keluarga.“Anderson, tolong jangan katakan kalau aku kekasihmu. Orang ini akan membunuhmu jika tahu itu. Katakan padanya kau adalah keluargaku,” bisik Guinea yang mana Guinea pernah menceritakan tinggal dengan seseorang yang sangat membenci orang-orang yang hidup di bagian kota.“Aku mengerti,” balas Anderson berbisnis pada Guinea.Enzo ikut bahagia melihat Guinea yang menangis sambil tersenyum melihat adiknya yang sangat disayanginya. Perasaan Enzo menjadi tentram setelah melihat senyuman Guinea yang menghilang selama seminggu lebih.“Hari ini aku mengizinkanmu untuk pergi bersamanya hingga malam,” kata Enzo memberikan izin yang tidak pernah diberikan pada Guinea.“Benarkah? Kau me
Setiap harinya Guinea selalu keluar bertemu dengan Anderson, kesempatan ini dimanfaatkan dengan sangat baik pada Guinea untuk lebih sering keluar dan tidak terlalu mengurus Enzo lagi di dalam hutan. “Kau pergi lagi hari ini?” tanya Enzo yang melihat Guinea dengan wajah ceria pagi. Padahal saat itu Enzo baru saja pulang dari kegiatan malamnya. “Orangtuaku juga memperlakukan adikku dengan sangat tidak baik, dia sama sekali tidak makan makanan enak, dan aku tidak tega melihat adikku seperti itu. Jangan khawatir, aku sudah menyiapkan makanan untukmu, dan janji aku akan pulang malam ini,” kata Guinea yang sudah memakai tudungnya dan hendak pergi. “Tapi kalau kau pulang malam, aku yang pergi. Apa tidak bisa kita kembali seperti dulu lagi? Bersama menghabiskan waktu yang ada?” tanya Enzo yang sudah merasakan kalau istrinya sama sekali tidak berada disisinya jika malam hari dan saat pagi istrinya malah pergi saat Enzo kembali. “Aku akan bertanya pada adikku,”
Enzo hanya melihat mereka dari jauh dan tidak melakukan aksi malam ini dikarenakan ada banyak orang yang masih terbangun dan juga akan tidak baik jika menganggu pernikahan bahagia ini. “Berbahagialah, malam ini aku akan membiarkanmu istriku sayang, tapi kesempatan lain aku tidak akan memberikan kebaikanku lagi,” gumam Enzo yang menyamar menjadi warga sekitar dan berjalan menuju ke arah Anderson dan Guinea yang baru saja keluar dengan pakaian pernikahan mereka. Guinea tidak menyadari jika orang yang disenggolnya adalah suaminya sendiri yang dikhianati. Enzo memberikan tatapan hangat pada Guinea untuk terakhir kalinya karena malam hari wajah tidak begitu tampak jelas. “Maaf,” kata Enzo yang mengubah cara bicaranya. “Tidak apa-apa,” balas Guinea tersenyum yang mana Anderson memegangnya hingga tidak ikut terjatuh. “Kalian baru saja menikah?” tanya Enzo masih berpura-pura baik. “I-iya, kami baru saja menikah,” balas Guinea yang sempat melir
Sebelumnya ... Anderson pergi ke gerbang istana untuk meminta bantuan pada teman-temannya yang sedang berjaga untuk menemaninya menuju ke hutan malam-malam begini. Semua orang tahu, jika pergi ke hutan dalam keadaan malam sama saja dengan bunuh diri. Hutan menjadi lebih misterius saat malam hari dan semua orang tidak akan masuk ke sana dengan alasan apapun. “Aku membutuhkan bantuan kalian. Tolong bantu aku menyelamatkan istriku,” kata Anderson meminta tolong pada temannya yang sedang menjaga gerbang istana dan berpikir untuk membantu Anderson. “Maaf sobat, bukannya aku tidak mau tapi kau tahu sendiri. Raja melarang warganya untuk masuk ke dalam hutan saat malam hari, itu sudah berlaku bertahun-tahun lamanya,” kata penjaga istana yang patuh pada peraturan kerajaan dan tidak ingin membuat masalah lainnya, karena bisa saja hal ini membuat jabatan mereka turun menjadi penjaga tahanan. “Aku mohon, istriku berada di dalam hutan dan seorang pria membawanya p