Share

Bab 6 • Diculik!

Aila baru saja selesai mengambil bagasi lalu berniat ke kamar mandi untuk membasuh wajah. Penerbangan selama 20 jam sangat membuatnya lelah dan merasa sedikit kurang nyaman.

"Ck! Ada-ada saja," decaknya, memijat kepala yang pusing karena jet lag. Sekilas dia mengerling ke dinding kaca, sekedar memeriksa penampilannya sambil berjalan.

Hari ini dia memakai atasan sabrina berwarna biru muda, dipadu dengan rok tulle putih selutut, sepatu model mary jane dan sling bag. Tersenyum, Aila merasa puas dengan penampilannya.

Tapi kemudian, langkahnya terhenti. Kenapa Aila merasa seperti ada orang yang mengikutinya, ya?

Aila menggeleng, membuang pikiran anehnya. Mungkin karena lelah, maka dia jadi berpikiran macam-macam. Yah, mana mungkin ada yang menguntitnya. Lagi pula, buat apa?

Mengangkat bahu dan menyibakkan rambut cokelatnya, Aila lanjut melangkah ke kamar mandi terdekat.

Lebih baik dia bergegas membasuh wajah lalu pergi ke rumah sakit tempat Ansia dirawat. Aila juga berencana menginap di sana untuk menemani adik kembarnya itu. Setidaknya nanti dia ada alasan untuk tidak pulang ke rumah dulu.

•••

Wajah Aila terlihat tegang. Ternyata perasaannya tadi tidak salah. Saat ini, memang ada beberapa orang yang menguntit.

Awalnya dia tidak menggubris.

Kamar mandi yang ditujunya ternyata masih penuh. Malas menunggu, Aila lalu memutuskan mencari kamar mandi lain di area bandara yang luas ini.

Saat itulah keanehan semakin dia rasakan. Kamar mandi kedua sedang dalam perbaikan dan Aila kembali menemui beberapa lelaki yang sama yang lagi-lagi ada di sekitarnya.

Kalau dianggap sebagai kebetulan, rasanya tidak mungkin karena sampai ke kamar mandi ketiga pun mereka masih ada.

Sikap mereka seperti pengunjung bandara yang lain: menelepon, mengobrol, bermain handphone atau sekedar berdiri menyandar. Tapi tetap saja aneh. Kenapa mereka selalu ada di mana pun Aila berada?

Merasa ada yang tidak beres, Aila lalu bergegas ke pintu keluar. Mungkin lebih baik kalau dia langsung pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Ansia.

"Taksi," serunya, melambaikan tangan. Tapi belum sampai taksi yang dipanggilnya mendekat, sebuah mobil mewah berwarna hitam berkilat tiba-tiba meluncur dan berhenti di depannya.

"Nona Ansia?" sapa seorang lelaki separuh baya dengan setelan jas hitam yang baru saja keluar dari mobil. "Mari ikut saya. Beliau sudah menunggu."

"Eh, apa?" Aila mengerjap, kebingungan. 

Kenapa mereka mencari Ansia? Bukankah Ansia dirawat di rumah sakit?

"Ehm, maaf," ujarnya sambil selangkah mundur. "Sepertinya Anda salah orang."

"Nona, mohon menurut dan segera ikut dengan kami. Nona tahu bukan, kalau beliau tidak suka menunggu lama?"

"Hah?"

Beliau? Beliau, siapa?

"Silakan masuk."

Aila tersentak saat lelaki berjas itu tiba-tiba memegang lengannya. "Nggak! Lepasin!"

Sekilas Aila melihat sekeliling. Ini area umum dan ada banyak orang. Kalau dia teriak, pasti ada yang akan menolongnya 'kan?

"Anda salah orang," ujarnya, berusaha bersikap setenang mungkin. "Saya tidak mengenal Anda dan saya tidak berniat mau menurut begitu saja, apalagi sampai mengikuti Anda."

"Apa ini berarti Nona Ansia menolak untuk ikut secara baik-baik?"

"Sudah saya katakan, Anda salah orang. Saya bukan Ansia!"

Aila semakin melangkah mundur. Beberapa kali dia menoleh, mencoba menemukan petugas keamanan bandara. Ada rasa takut yang mulai timbul dalam hati, juga pertanyaan yang berputar dalam benaknya.

Sebenarnya, apa hubungan Ansia dengan semua ini? Kenapa sampai ada orang yang mencarinya seperti ini?

"Kamu terlibat apaan, sih, Sia?" keluhnya.

"Baik. Kalau Nona menolak untuk ikut dengan tenang, maka saya tidak punya pilihan lain."

"Ja-jangan macam-macam atau saya akan teriak," ancam Aila dengan suara naik satu oktaf. Jujur saja, sekarang dia mulai merasakan panik. "Saya pergi. Permisi."

Aila tidak langsung berbalik begitu saja, tapi berjalan mundur beberapa langkah dengan curiga. Setelah memastikan kalau lelaki berjas itu tidak akan mengejar atau berbuat sesuatu padanya, dia baru berbalik.

Tapi di saat yang sama, tiba-tiba ada lelaki lain yang merangkul pundaknya dan bersikap seolah mereka sudah saling mengenal.

"Ap-apa-apaan, sih? Lepas!" seru Aila spontan, berusaha melepaskan diri.

"Beb, kamu kenapa? Masih marah?" balas lelaki itu dengan senyuman tanpa dosa.

"Hah?"

Aila mengamatinya sekilas. Lelaki itu berusia sekitar tiga puluh tahun. Badannya tinggi dengan rambut sedikit gondrong, tapi yang membuat Aila terpana adalah warna matanya yang berbeda. Yang satu berwarna hijau, yang satu berwarna amber.

"Kamu ini siapa? Jangan seenaknya peluk-peluk orang!" hardik Aila, merasa kesal karena tidak juga berhasil bebas. Dia berjengit waktu lelaki itu tiba-tiba menunduk ke arahnya.

"Diamlah," bisiknya di telinga Aila. "Jadilah gadis manis dan menurutlah. Beliau sudah menunggumu, Nona Ansia."

"Ap- Tung- Hei, lepas!"

Aila panik seketika. Lelaki ini ternyata satu komplotan dengan lelaki berjas tadi. Parahnya, sekarang dia berlaku seolah mereka sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Tentunya agar tidak menarik perhatian orang lain.

"Maaf, Pak. Pacar saya ini sedang ngambek karena saya terlambat menjemputnya tadi." dusta lelaki itu, saat ada petugas keamanan yang mendekat.

"Bukan, Pak! Saya buk- akh!" Aila meringis, merasakan sakit di tengkuk kirinya.

"Makanya, diam saja," bisik lelaki itu, langsung menyeret Aila masuk ke mobil mewah yang tadi sudah menunggunya.

"Lepas! Kalian ini siapa? Kenapa seenaknya membawaku?"

Aila terus memberontak dan mencoba kabur, tapi sayangnya pintu mobil terkunci. Kedua mata coklatnya lalu membelalak saat lelaki itu mengeluarkan sebuah suntikan.

"Ap-apa yang akan kamu lakukan?" jeritnya histeris, memandang takut jarum suntikan yang sekarang terarah padanya. "Tolong! Tolong!" teriak Ansia sambil memukul-mukul kaca mobil.

"Ini karena kamu sangat berisik," ujar lelaki itu, menarik paksa tangan Aila lalu menyuntiknya.

"Jangan! Jangan suntik! Jang- Akh!"

Aila masih sempat berontak sesaat, tapi gerakannya dengan cepat semakin lemah. Tubuhnya terasa lemas dan pandangannya menggelap. Aila pingsan.

•••

Komen (25)
goodnovel comment avatar
Sofianisah Idris
bagus baru mau baca bagus ga
goodnovel comment avatar
Syaikhunizar Anizar
Wuih, mantab ceritanyz
goodnovel comment avatar
Wan Shazana
cerita yang sngat bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status