"Siapa namamu?" tanya Allaric pada seorang anak berumur lima tahun.
"Namaku, Carlo," jawabnya.
Allaric sempat menatap dalam wajah lugu dan polos itu. Mata coklat dan senyumnya, mampu menembus tepung hati Allaric. Ada rasa nyaman dan damai saat ia menatapnya. Mata itu juga mengingatkan Allaric pada seseorang di masa lalu.
"Carlo, kau di sini bersama orang tuamu?" tanya Alan.
"Tidak! Aku ke sini bersama teman-teman dan guruku," jawab Carlo.
"Kau salah satu dari mereka?" Mata Allaric tertuju pada sekelompok anak kecil yang sedang bermain bersama gurunya.
Carlo mengangguk cepat.
"Apa yang kau lakukan di sini?" terdengar suara cempreng, namun penuh dengan ketegasan.
Kursi roda Allaric berputar ke arah sumber suara. Kembali mata Allaric di suguhi pemandangan yang menyejukkan matanya.
"Maafkan saudaraku, Tuan," ucap Carmen.
Kirana sedang berjanji untuk bertemu salah satu kliennya. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya klien yang di maksud tiba. Kirana hampir tidak percaya, siapa kliennya kali ini.Davindra datang bersama Papanya. Ayah dan anak itu sempat tidak menduga, jika yang menjadi utusan adalah Kirana."Selamat siang, Tuan Oscar dan Tuan Davindra." Kirana mengulurkan tangan dan menjabat keduanya, secara bergantian."Anda Nona Kirana, utusan perwakilan dari perusahaan X?" tanya Oscar."Benar, Tuan. Silahkan duduk," ucap Kirana mempersilahkan tamunya."Saya kira Anda, ini seseorang yang...." ucapan Oscar di potong Kirana."Tua dan jelek," potong Kirana.Oscar tersenyum tidak enak."Kita langsung saja." Kirana membuka map yang ia bawa dan mengunjukkan kepada Oscar dan putranya. Kirana mulai menjelaskan semuanya pad
Kirana berang, saat ia tahu kalau Davindra menipunya. Pria yang pernah mengisi hatinya dulu, yang sengaja mengajaknya keluar dengan alasan untuk membicarakan bisnis mereka. Ternyata, pria itu menggunakan kesempatan itu untuk merayu Kirana kembali."Jadi, kau mengajakku ke mari hanya untuk membicarakan itu?" Seru Kirana lantang."Na, dengarkan aku. Aku hanya ingin berbicara padamu secara pribadi," kata Davi, berusaha untuk menjelaskan pada Kirana."Apa lagi yang ingin kamu bicarakan? Sudah tidak ada lagi yang harus dibicarakan," tegas Kirana."Na, aku hanya ingin kita bisa seperti dulu," ucap Davi lirih."Tidak!" tegas Kirana.Davindra tercegat medengar suara tegas Kirana."Aku tidak mau, memulai sesuatu yang telah aku lupakan," lanjut Kirana."Apa salahnya, jika mencobanya, Na," pinta Davi lirih.Sampai saat ini, Davindra masih mencintai Kirana. Sampai kapanpun, hanya Kirana yang ada di dalam hati Davindra.Setelah perceraiannya bersama Laura selesai. Davindra berusaha mencari keberad
Kirana menahan emosinya, saat mendapat laporan dari pengasuh kedua buah hatinya. Wanita bernama Darla, itu mengatakan. Jika, seseorang sering menemui Carmen dan Carlo. Saat ia menanyakan, siapa orangnya pada kedua anak kembarnya. Ia terkejut, ketika tahu nama yang disebut Carlo."Darla, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Jika, saat aku tidak di rumah. Aku mau kau mengawasi si kembar. Aku tidak mau, sampai pria itu menemui mereka lagi," kata Kirana pada pengasuhnya.Darla mengangguk mengerti. Kirana berencana, akan menemui Davi untuk membicarakan hal ini. Ia tidak mau, berhubungan dengan keluarga itu lagi. Setelah apa yang terjadi, Kirana masih mengingat setiap luka, yang keluarga Davi berikan padanya.Setelah semuanya siap, Kirana segera berpamitan pada kedua anaknya. Ia tetap memperingatkan Darla lagi, tentang hal tadi. Ia juga berpesan pada anak-anaknya, untuk tidak berbicara pada orang asing.****Sementara di kediamannya, Davi terlihat bahagia saya mendapat satu pesan dari Kiran
Terdengar desahan dan lenguhan panjang dari sebuah kamar hotel. Dua anak manusia yang sedang bercumbu dan berpacu untuk mencapai puncaknya. Hingga akhirnya terdengar erangan panjang yang keluar dari mulut mereka. Keduanya pun lunglai tidak berdaya. Sang pria segera beranjak dan meraih pakaian dan segera memakainya.Allaric Wiguna, pria tampan dan mapan berusia tiga puluh tahun. Ia seorang pengusaha muda yang sukses diantara teman sejawatnya. Ia telah berhasil menguasai pasar bisnis di Eropa dan Asia. Ia idaman bagi para wanita. Pria sempurna di mata wanita peminat harta. Tapi, tidak banyak yang tahu dibalik kesuksesan dan kesempurnaannya. Dia seorang pria yang angkuh, dingin dan sombong. Bahkan sebagian ada yang mengatakan dirinya adalah srigala yang berwujud manusia. Ia seorang yang kejam pada siapa saja yang tidak mau menuruti keinginannya.Setelah selesai berpakaian, ia duduk dan menyalakan rokoknya. Asap mengepul di udara. Ia merogoh saku jasnya dan mengambil cek.
Allaric tiba di kantornya. Ia langsung masuk ke lift khusus yang langsung menuju ke ruangannya. Matanya kembali mencari keberadaan Kirana. Namun, gadis itu belum terlihat."Apa dia belum tiba?" tanya Allaric pada Alan."Belum Tuan," jawab Alan."Jam berapa meeting pagi ini di mulai?""Jam delapan, Tuan,"Allaric melirik arloji mahalnya terlihat jika saat ini waktu menunjukkan baru setengah delapan. Waktu terus berlalu Allaric masih ingin menunggu Kirana. Tapi, Alan kembali menyadarkannya jika saat ini ada klien yang telah menunggunya. Allaric pun beranjak saat ia keluar dari lift. Tanpa di sengaja ia berpas-pasan dengan Kirana yang baru saja tiba.Kirana sendiri terkejut saat Allaric berdiri tepat di hadapannya. Mata mereka beradu pandang, Allaric hanyut dalam manik coklat milik Kirana."Kirana," tegur Maya. Wanita itu pun segera menghampirinya."Maafkan anak buah Saya, Tuan," ucap Maya.Allaric segera berlalu tanpa mempedulikan kehadi
Sejak malam itu, Kirana sudah meminta ojek online langganannya untuk menunggunya pulang. Sehingga itu membuat Allaric kesal karena tak bisa mendekati gadis yang membuatnya penasaran. Sekarang sudah tidak ada kesempatan lagi untuk bisa dekat dengannya.Hari sudah berganti hampir seluruh karyawan telag pulang. Hanya Kirana yang masih betah di kantor. Sebenarnya bukan betah akan tetapi, karena banyak kerjaan yang membuatnya tertahan di kantor."Tuan, ayo kita makan malam sudah waktunya untuk makan malam," ajak Alan yang masih memperhatikan Allaric yang sibuk dengan laptonya."Aku tidak lapar! Kalau Kau lapar, makan saja duluan," timpal Allaric."Tuan, sepertinya Kirana pun belum makan," hardik Alan masih berusaha untuk meminta Bos nya untuk makan.Seketika Allaric pun menutup laptopnya. "Kirana lembur lagi?" tanyanya sambil menoleh pada Alan.Alan pun mengangguk.Allaric pun beranjak bangun dan membereskan semua pekerjaanya dan
"Caritahu tentang Kirana lebih jauh. Aku mau tau ada hubungan apa? Antara dia dan Davindra." Allaric menutup teleponnya.Allaric mengepal tangannya kesal. Ia mengingat bagaimana bahagianya saat Kirana berada dalam pelukan Davindra. Allaric kembali meneguk minuman yang ada di tangannya.Alan masuk dan menyerahkan beberapa berkas pada Bos nya."Ini berkas nama-nama calon seketaris Anda, Tuan." Alan meletakkan map berwarna biru di depan Allaric.Allaric terlihat melamun dengan wajah sedikit di tekuk. Alan terus saja memperhatikan ekspresi wajah Bos nya."Ada masalah, Tuan?" tanya Alan.Allaric menarik nafas kasar. "Kemarin aku tidak sengaja melihat, Kirana berpelukan dengan seseorang," gumam Allaric tiba-tiba.Alan terkejut dan mengernyitkan dahi. "Siapa, Tuan?""Davindra," jawab Allaric dengan geram."Apa? Bagaimana mungkin?" tanya Alan bingung."Aku sudah mengutus seseorang untuk mencaritahu. Aku tidak mau
Kirana terkejut saat ia di angkat menjadi sekretaris pribadi Allaric. Ia pun segera menghampiri Alan untuk bertanya."Tuan, Saya ingin bertanya. Mengapa nama Saya...?""Diangkat menjadi sekretaris pribadi tuan Allaric," sahut Alan.Kirana mengangguk cepat."Karena Aku dan Tuan melihat, hanya Kau yang patut mengisi tempat itu," ujar Alan."Tapi, Saya tidak menginginkan posisi itu," protes Kirana."Bukan Kamu yang memutuskan. Tapi, tuan Allaric lah yang memilih," timpal Alan."Mengapa tidak meminta persetujuan dari Saya?" tanya Kirana dengan kesal."Dengar Kirana, seharusnya Kamu senang dipilih oleh tuan sendiri. Di luar sana ratusan bahkan ribuan yang menginginkan posisi itu," ucap Alan."Tapi, Saya tidak menginginkannya," sela Kirana ketus."Sudahlah, Saya tidak mau berdebat sama Kamu. Kalau Kamu merasa keberatan. Kamu bisa menemui tuan dan mengatakan ketidak sediaan Kamu untuk jadi sekretaris pribadinya." tutup Ala