Terdengar desahan dan lenguhan panjang dari sebuah kamar hotel. Dua anak manusia yang sedang bercumbu dan berpacu untuk mencapai puncaknya. Hingga akhirnya terdengar erangan panjang yang keluar dari mulut mereka. Keduanya pun lunglai tidak berdaya. Sang pria segera beranjak dan meraih pakaian dan segera memakainya.Allaric Wiguna, pria tampan dan mapan berusia tiga puluh tahun. Ia seorang pengusaha muda yang sukses diantara teman sejawatnya. Ia telah berhasil menguasai pasar bisnis di Eropa dan Asia. Ia idaman bagi para wanita. Pria sempurna di mata wanita peminat harta. Tapi, tidak banyak yang tahu dibalik kesuksesan dan kesempurnaannya. Dia seorang pria yang angkuh, dingin dan sombong. Bahkan sebagian ada yang mengatakan dirinya adalah srigala yang berwujud manusia. Ia seorang yang kejam pada siapa saja yang tidak mau menuruti keinginannya.Setelah selesai berpakaian, ia duduk dan menyalakan rokoknya. Asap mengepul di udara. Ia merogoh saku jasnya dan mengambil cek.
Allaric tiba di kantornya. Ia langsung masuk ke lift khusus yang langsung menuju ke ruangannya. Matanya kembali mencari keberadaan Kirana. Namun, gadis itu belum terlihat."Apa dia belum tiba?" tanya Allaric pada Alan."Belum Tuan," jawab Alan."Jam berapa meeting pagi ini di mulai?""Jam delapan, Tuan,"Allaric melirik arloji mahalnya terlihat jika saat ini waktu menunjukkan baru setengah delapan. Waktu terus berlalu Allaric masih ingin menunggu Kirana. Tapi, Alan kembali menyadarkannya jika saat ini ada klien yang telah menunggunya. Allaric pun beranjak saat ia keluar dari lift. Tanpa di sengaja ia berpas-pasan dengan Kirana yang baru saja tiba.Kirana sendiri terkejut saat Allaric berdiri tepat di hadapannya. Mata mereka beradu pandang, Allaric hanyut dalam manik coklat milik Kirana."Kirana," tegur Maya. Wanita itu pun segera menghampirinya."Maafkan anak buah Saya, Tuan," ucap Maya.Allaric segera berlalu tanpa mempedulikan kehadi
Sejak malam itu, Kirana sudah meminta ojek online langganannya untuk menunggunya pulang. Sehingga itu membuat Allaric kesal karena tak bisa mendekati gadis yang membuatnya penasaran. Sekarang sudah tidak ada kesempatan lagi untuk bisa dekat dengannya.Hari sudah berganti hampir seluruh karyawan telag pulang. Hanya Kirana yang masih betah di kantor. Sebenarnya bukan betah akan tetapi, karena banyak kerjaan yang membuatnya tertahan di kantor."Tuan, ayo kita makan malam sudah waktunya untuk makan malam," ajak Alan yang masih memperhatikan Allaric yang sibuk dengan laptonya."Aku tidak lapar! Kalau Kau lapar, makan saja duluan," timpal Allaric."Tuan, sepertinya Kirana pun belum makan," hardik Alan masih berusaha untuk meminta Bos nya untuk makan.Seketika Allaric pun menutup laptopnya. "Kirana lembur lagi?" tanyanya sambil menoleh pada Alan.Alan pun mengangguk.Allaric pun beranjak bangun dan membereskan semua pekerjaanya dan
"Caritahu tentang Kirana lebih jauh. Aku mau tau ada hubungan apa? Antara dia dan Davindra." Allaric menutup teleponnya.Allaric mengepal tangannya kesal. Ia mengingat bagaimana bahagianya saat Kirana berada dalam pelukan Davindra. Allaric kembali meneguk minuman yang ada di tangannya.Alan masuk dan menyerahkan beberapa berkas pada Bos nya."Ini berkas nama-nama calon seketaris Anda, Tuan." Alan meletakkan map berwarna biru di depan Allaric.Allaric terlihat melamun dengan wajah sedikit di tekuk. Alan terus saja memperhatikan ekspresi wajah Bos nya."Ada masalah, Tuan?" tanya Alan.Allaric menarik nafas kasar. "Kemarin aku tidak sengaja melihat, Kirana berpelukan dengan seseorang," gumam Allaric tiba-tiba.Alan terkejut dan mengernyitkan dahi. "Siapa, Tuan?""Davindra," jawab Allaric dengan geram."Apa? Bagaimana mungkin?" tanya Alan bingung."Aku sudah mengutus seseorang untuk mencaritahu. Aku tidak mau
Kirana terkejut saat ia di angkat menjadi sekretaris pribadi Allaric. Ia pun segera menghampiri Alan untuk bertanya."Tuan, Saya ingin bertanya. Mengapa nama Saya...?""Diangkat menjadi sekretaris pribadi tuan Allaric," sahut Alan.Kirana mengangguk cepat."Karena Aku dan Tuan melihat, hanya Kau yang patut mengisi tempat itu," ujar Alan."Tapi, Saya tidak menginginkan posisi itu," protes Kirana."Bukan Kamu yang memutuskan. Tapi, tuan Allaric lah yang memilih," timpal Alan."Mengapa tidak meminta persetujuan dari Saya?" tanya Kirana dengan kesal."Dengar Kirana, seharusnya Kamu senang dipilih oleh tuan sendiri. Di luar sana ratusan bahkan ribuan yang menginginkan posisi itu," ucap Alan."Tapi, Saya tidak menginginkannya," sela Kirana ketus."Sudahlah, Saya tidak mau berdebat sama Kamu. Kalau Kamu merasa keberatan. Kamu bisa menemui tuan dan mengatakan ketidak sediaan Kamu untuk jadi sekretaris pribadinya." tutup Ala
Kirana mulai membiasakan diri dengan tugas baru. Sejak diangkat menjadi sekretaris pribadi Allaric. Ia terlihat lebih santai dari sebelumnya. Allaric tidak mau membebankan semua pekerjaan padanya. Kirana hanya memeriksa dam menyusun berkas yang akan ia serahkan pada Bos-nya."Pukul berapa Kita meeting hari ini?" tanya Allaric."Pukul dua, Tuan," jawab Kirana."Kau sudah siapkan berkas yang akan dipakai meeting nanti?" lanjut Allaric."Sudah, Tuan," jawab Kirana lagi.Allaric hanya mengangguk senang. Alan memperhatikan kedua orang yang berjalan di depannya dengan tersenyum. Sampai di ruangannya, Allaric langsung duduk di kursi kebesaranya. Alan juga duduk dan langsung membuka laptopnya untuk memeriksa beberapa email yang masuk. Kirana sendiri segera membuatkan minuman untuk Bos dan asistennya."Tuan, malam ini ada janji temu dengan, Clara," cetus Alan tiba-tiba."Aku sibuk!" sahut Allaric cuek.Kirana masuk dengan nampan di tangan
Kata-kata Allric masih terngiang di telinga Kirana. Gadis itu terus saja memikirkan tawaran Allaric, yang ingin membantunya untuk biaya pengobatan mamanya. Saat istirahat siang, Kirana memutuskan untuk ke rumah sakit menjenguk Mamanya. Setelah memastikan kondisi Mamanya dan berbincang sejenak bersama Dokter dan perawat. Kirana pun memutuskan untuk kembali ke kantornya.Kirana pun telah kembali lagi ke kantornya. Seperti biasa, Ia akan langsung melanjutkan pekerjaan yang sempat Ia tinggal karena harus kembali ke rumah sakit."Kirana, Kamu berikan ini pada, Tuan yah!" perintah Maya."Baik," sahut Kirana."Tapi, sebaiknya Kamu periksa kembali. Saya takut ada yang keliru," pintanya. Kini Maya tidak berani lagi memerintah Kirana dengan semau hatinya. Ia telah mendapat peringatan yang keras dari Alan. Walau ada perasaan kesal dan marah di hatinya. Maya, kembali mencoba menerima semua.Lagi pula, Kirana tidak pernah berulah yang membuatnya kesal. Sebaliknya
Kirana kini mulai bisa menjalankan tugasnya sebagai sekretaris sekaligus asisten pribadi Allaric, menggantikan Alan yang saat ini masih berada di luar negeri. Dengan sabar, Allaric mengajari Kirana apa saja tugasnya sebagai asisten."Tuan, Saya ingin meminta izin untuk tidak ikut pertemuan malam ini," cetus Kirana meminta izin."Kenapa? Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Allaric."Saya ingin ke rumah sakit, menemani mama," jawabnya."Baiklah! Kita akan membatalkan pertemuan malam ini dan Saya juga akan ikut menemani Kamu di rumah sakit!" seru Allaric."Tapi, Anda tidak perlu melakukannya, Tuan," Kirana tolak Kirana."Kamu keberatan jika Saya ikut bersama Kamu?" tanya Allaric."Bukan begitu. Hanya saja, Saya merasa tidak enak dengan yang lain. Jika Anda, sering terlihat bersama Saya," tutur Kirana."Maksud Kamu?" tanya Allaric, sembari menyipitkan matanya."Tuan, Saya ingin jujur pada Anda," cetus Kirana."Saya suka orang