Share

Cinta Di Ujung Senja
Cinta Di Ujung Senja
Author: Icha Mawik

Awal Pertemuan Yang Mengesankan

Terdengar desahan dan lenguhan panjang dari sebuah kamar hotel. Dua anak manusia yang sedang bercumbu dan berpacu untuk mencapai puncaknya. Hingga akhirnya terdengar erangan panjang yang keluar dari mulut mereka. Keduanya pun lunglai tidak berdaya. Sang pria segera beranjak dan meraih pakaian dan segera memakainya.

Allaric Wiguna, pria tampan dan mapan berusia tiga puluh tahun. Ia seorang pengusaha muda yang sukses diantara teman sejawatnya. Ia telah berhasil menguasai p***r bisnis di Eropa dan Asia. Ia idaman bagi para wanita. Pria sempurna di mata wanita peminat harta. Tapi, tidak banyak yang tahu dibalik kesuksesan dan kesempurnaannya. Dia seorang pria yang angkuh, dingin dan sombong. Bahkan sebagian ada yang mengatakan dirinya adalah srigala yang berwujud manusia. Ia seorang yang kejam pada siapa saja yang tidak mau menuruti keinginannya.

Setelah selesai berpakaian, ia duduk dan menyalakan rokoknya. Asap mengepul di udara. Ia merogoh saku jasnya dan mengambil cek. Lalu mendatanganinya kemudian memberikannya pada wanita yang masih menggeliat di tempat tidur.

"Ini bayaran, atas jasamu," ucapnya melempar cek itu diatas tubuh wanita itu.

"Ric, jadikan Aku wanitamu. Aku akan memanaskan ranjangmu," pinta wanita itu setengah menggoda.

Allaric hanya tersenyum sinis.

"Kau ingin jadi wanitaku?"

Wanita itu mengangguk.

"Kau harus terlihat istimewah baru Kau bisa menjadi wanitaku," jawab Allaric

"Apa Aku tidak istimewah di matamu?" tanya wanita yang di ketahui bernama Lisa.

"Bercerminlah, agar Kau tau siapa dirimu. Setelah itu, baru Kau datang padaku," kata Allaric setengah mengejek.

"Allaric, Aku mohon," pinta Lisa.

"Cukup! Tinggalkan tempat ini, atau Aku akan meminta orangku untuk menyeretmu keluar," ancam Allaric.

Wanita itu pun beranjak dan segera memakai pakaiannya. Sebelum pergi, ia sempat kembali menawarkan dirinya pada Allaric. Namun, pemuda itu memberikan kata-kata yang menohok untuk wanita itu. Setelahnya, Allaric pun tersenyum puas. Selepas kepergian wanita itu, seseorang masuk ke dalam kamar. Dia adalah Alan, asisten sekaligus tangan kanan dan orang kepercayaannya.

"Tuan, sudah waktunya pulang," ucap Alan.

"Baiklah, Kau yang selalu mengingatkan Aku untuk pulang," sahutnya.

Alan menundukkan kepalanya dan segera menyiapkan semua barang-barang Allaric yang berada di kamar hotel. Setelahya, mereka pun meninggalkan hotel dan kembali ke rumah. Tiba di rumah, Alan mengantarkan Allaric ke kamarnya.

"Selamat malam, Alan," ucap Allaric di tengah mabuknya.

"Selamat malam Tuan," sahut Alan.

Alan pun turun dan berpamitan pada kepala pelayan.

Keesokkan harinya di kantor saat jam makan siang. Alan baru saja menemani tuannya meeting di luar dan baru kembali ke kantor. Allaric berjalan ke arah lift khusus yang terhubung langsung ke ruangannya. Tidak sengaja mata Allaric melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Mata Allaric menatap dengan seksama. Hingga suara Alan membuyarkan konsentrasi Allaric.

"Tuan, liftnya sudah terbuka," ucap Alan.

Allaric memejamkan matanya, menahan kesal. Allaric pun masuk ke dalam lift dan lift pun berjalan naik menuju ruangannya.

Ting ... Allaric keluar dari sana dan masuk ke ruangannya.

"Apa perusahaan, ada menerima karyawan baru?" tanya Allaric.

"Ada, Tuan," jawab Alan.

"Seberapa banyak?" 

"Sekitar enam puluh orang," jawab Alan.

Allaric berjalan menuju jendela di ujung ruangannya. Jendela yang di lapisi kaca itu terhubung langsung ke bawah. Tempat di mana para staff biasa bekerja. Sekali lagi mata Allaric menangkap sosok yang dilihatnya tadi.

"Kau tau siapa dia?" tanya sembari menunjuk.

Alan menautkan kedua alisnya.

"Siapa Tuan?" Alan terlihat bingung.

"Kemari dan lihatlah," panggil Allaric.

Alan pun mendekat dan mengarahkan pandangan matanya ke arah pandangan Allaric.

"Siapa dia?" tanya Allaric.

"Namanya Kirana, salah satu karyawan baru di perusahaan ini," jelas Alan.

"Aku ingin civinya," pinta Allaric.

"Baik, Tuan." Alan segera membuka tab nya dan mulai mencari civi yang di minta oleh bos nya. Tidak lama kemudian, Alan memberikan tab nya pada Allaric.

Senyum Allaric terukir di wajahnya.

"Kirana Prameswari, dua puluh lima tahun. Lulusan terbaik?"

"Ya, Tuan," jawab Alan.

"Sekarang dia di tempatkan di bagian apa?" tanya Allaric.

Alan pun menjelaskan dimana posisi Kirana dan apa saja yang ia kerjakan. Allaric menautkan kedua alisnya.

"Apa tidak ada posisi lain?" tanya Allaric.

"Lowongan yang di buka saat itu hanya itu, Tuan," jawab Alan.

"Baiklah, apa saja jadwalku hari ini," tanya Allaric dengan tatapan yang masih ke arah jendela.

Alan kembali membacakan jadwal Tuannya, untuk hari ini. Seolah tidak peduli, Allaric masih memperhatikan sosok Kirana dari ke jauhan.

****

"Kirana tolong kamu photo copy kan berkas ini, semuanya," perintah Maya atasan Kirana.

"Baik." Kirana beranjak ke mesin photo copy dan mulai mengerjakan tugasnya.

Setelah selesai, Kirana mengantarkannya kepada Maya.

"Oh ya, tolong kamu selesaikan ini. Setelahnya kamu berikan pada saya. Hari ini juga harus selesai. Soalnya akan di pakai meeting besok," papar Maya panjang lebar.

"Baik, Bu." Kirana kembali ke mejanya dan mulai mengerjakan pekerjaannya.

Sore menjelang. Semua karyawan telah menyelesaikan tugasnya dan pulang. Hanya tersisa Kirana yang masih saja bergelut dengan komputer dan berkas di atas mejanya. Hingga malam tiba. Kirana belum juga menyelesaikan tugasnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk membawanya pulang dan melanjutkannya di rumah.

Allaric baru saja keluar dari dalam lift. Tanpa sengaja ia melihat Kirana yang baru saja naik taxi.

"Apa itu dia?" tanya Allaric.

"Dia siapa, Tuan?" sahut Alan.

Allaric memutar matanya kesal.

"Maksudku Kirana," jawab Allaric kesal pada asistennya.

"Iya Tuan,"

"Kenapa dia pulang selarut ini ? Apa yang dia kerjakan?"

"Maya memintanya mengerjakan berkas yang akan kita pakai meeting besok," ungkap Alan.

Allaric hanya mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil di susul oleh Alan. Mobil mereka pun meninggalkan kantor dan menuju ke tempat hiburan malam. Tempat di mana biasanya Allaric menghabiskan malam dan uangnya?

****

Kirana tiba di rumahnya. Rumah sederhana yang hanya di huni oleh dirinya dan sang Ibu.

"Baru pulang, Nak? Kenapa larut sekali?" tanya Ayu, Ibunya Kirana.

"Nana banyak pekerjaan, Ma. Ini juga di bawa pulang sebagian. Nana akan selesaikan malam ini. Sebab, besok mau di pakai meeting," jawab Kirana menjelaskan.

"Jangan terlalu memaksakan diri, Na. Ingat kamu juga butuh istirahat," ucap sang Mama.

"Iya Mama, Nana tau," sahut Kirana tersenyum dan segera masuk ke kamarnya.

Setelah selesai membersihkan diri dan makan malam. Kirana kembali ke kamarnya dan mulai menyelesaikan pekerjaannya.

Pagi harinya Kirana tergesa-gesa berangkat ke kantornya. Ia pun melewatkan sarapan bersama Mamanya. Ia memilih membawanya dan akan memakannya di sana.

"Ma, Nana berangkat dulu," pamit Kirana.

"Hati-hati, Nak. Ingat, jangan lupa sarapan," pesannya.

"Beres Ma," sahut Kirana dari teras rumahnya. Kirana sengaja menggunakan jasa ojek o****e langganannya dari pada taxi. Ia ingin cepat sampai di kantornya dan melanjutkan pekerjaannya, yang tinggal sedikit lagi.

Jalanan macet parah, ojek yang ia gunakan pun tidak bisa bergerak. Kirana terus saja melirik jam di tangannya. Ia pun memutuskan untuk turun dan melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki. Ia berjalan, berlari dan menyelit diantara kendaraan. Ia tidak menyadari, jika seseorang memperhatikan tingkahnya dari dalam mobil.

"Kau lihat!" cetus Allaric.

Alan segera menoleh kearah telunjuk bos nya. Alan menaikkan kedua alisnya, ia terkejut dengan tingkah Kirana yang berjalan kaki menuju kantornya.

"Cerdas," puji Allaric.

Alan hanya tersenyum mendengar ucapan bos nya.

bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status