Share

Tamu Istimewa

🥀🥀🥀🥀

#Pov Laras

Aku terbangun di kala sang surya mulai menyapa, cahayanya mengintip melalui sela-sela gorden yang tersingkap oleh hembusan kipas angin yang menyala sepanjang malam.

Lantunan lagu Jambi 'Tapisah Dek Urang Tuo' terdengar berkali-kali dari handphoneku pertanda ada panggilan masuk.

Dengan mata yang masih lengket seolah belum mau terbuka dan kepala yang agak pusing,  aku mencoba bangun sekuat tenaga untuk mengambil hp di atas nakas.

"Halo"

"mmm ya, kapan? "

"Oke, iya nanti Ayuk jemput"

"Siapa Dek?" tiba-tiba Bang Imron terbangun.

"Laura besok mau kesini Bang, " jawabku

"Kok ga ijin dulu sama abang si Dek?" ucapnya

"Tempo hari kan udah kubilang ma abang, biar dia bisa nempati kost an ku yang dulu itu," jawabku

"Oh, ya udah!" ucapnya lagi

Keesokan harinya

"Ayuk,  jemput aku yo sekarang? Aku udah dibandara,"  suara adikku di balik telepon.

"Ini ayuk udah di bandara,  kamu dimana?" ucapku sambil celingukan

"Ayuk..." adikku melambaikan tangan nya dari arah depan, kami pun berjalan cepat dan berpelukan.

"Apa kabar mu, Dek. Udah besar sekarang,  lama ga ketemu tau-tau udah gadis gini, pangling makin cantik" ungkapku merasa pangling melihat perubahan drastis adikku, yang dulu waktu ditinggal masih  kelas satu smp,  sekarang  sudah lulus sma

"Yang mana mobilnya Yuk, " ucap Laura sambil celingukan, setelah kami sampai di parkiran.

"Tuh" jawabku sambil menunjuk ke taxi onlen.

"yuk masuk!" ucapku

"Ke alamat yang tadi ya pak? " ucapku pada pak sopir.

"Baik Bu" jawabnya singkat.

sepanjang perjalanan kami sibuk bercerita tentang keadaan dikampung, sampai tak terasa sudah sampai ditempat tujuan.

Bang Imron telah menunggu kami di teras, melihat kami datang ia pun segera menghampiri kami.

"Eh sudah datang adek Laura nya, sangat cantik rupanya,  " ucapnya,  ada sedikit cemburu ketika suamiku mengatakan itu,  kulihat mata mereka saling bertatapan, dan saling tersenyum,  tangan yang bersalaman belum pula dilepaskan.

"Ehmmm" aku pun mendehem mereka pun gelagapan,  dan saling melepaskan tangan.

"Tuh angkatin barang-barangnya" ucapku, mereka pun spontan mengangkat barang dengan refleks sehingga tangan mereka bersentuhan kembali, aku pun segera berlalu masuk ke dalam tanpa mempedulikan mereka, biar saja Bang Imron yang membayar ongkos taxi nya, aku pun segera menuju kamar dan segera mandi.

Baru mau mandi, Bang Imron menggedor-gedor pintu kamar  dan memanggil namaku,  akupun tak peduli, aku pun melanjutkan ritual mandiku. Bodo amat!

Setelah berlama-lama di kamar mandi, aku pun segera bersiap,  kukenakan gaun panjang berwarna tosca, dilengkapi tas tangan dan sepatu warna senada, segera aku keluar dari kamar.

"Eh, Yuk mau kemana? Ayo kita makan dulu, " ucap Laura menghentikan langkahku sambil memegang tanganku, tercium aroma berbagai makanan lezat,  perutku pun menari-nari seakan minta diisi, aku tak bisa membohongi diri ini, kalau aku sangatlah lapar,  akupun mengikuti nya menuju meja makan, kulihat Bang Imron sudah duduk dengan manisnya sambil menatapku.

"Dek,  duduknya kok jauhan, sinilah dekat  sama Abang," ucap Bang Imron yang mulai keluar jurus rayuannya menaklukkan istri yang lagi ngambek, akupun  hanya meliriknya sebal, biarkan saja, salah sendiri gatel.

"Ini semua kamu bawa dari kampung?" tanyaku pada Laura, berbagai masakan khas Jambi yang  merupakan makanan favoritku sangat menggugah selera,  ada gagin patin tempoyak, ada juga berbagai macam kue khas jambi seperti kue putri kandis pelangi,  dodol kentang kerinci,  bahkan kue rambutan pun ada.

"Itu aku masak sendiri,  Yuk,  yang dibawa dari kampung cuma tempoyak nya dan kue kuenya aja" ucapnya sambil menyendokan nasi lalu memberikannya  padaku.

Akupun mengambil berbagai aneka lauk yang sudah lama aku rindu kan itu, lalu segera melahapnya.

"Pelan-pelan makannya Dek," ucap Bang Imron,  diapun menyendok nasinya sendiri

"Nampaknya enak makanan khas kelian, kucoba ya? " dia pun mengambil tempoyak ikan patin dan pedo bungkus daun ubi

"Mmmh enak kali ini bah" ucapnya sambil mengunyah, lalu menambahkan lagi nasi dan lauknya kepiring, aku pun sampai berulang kali tambah, adikku hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kami.

"Jadi kamu kesini mau mencari pekerjaan ya?" Ucap Bang Imron memecah keheningan.

"Iya Bang, rencananya sih gitu" jawab Laura

"Kita buka catering aja, masakan kamu enak loh" pujiku tulus

"Iya si Yuk, tapi kan ga ada modalnya" jawabnya jujur

"Berapa emangnya" Bang Imron menimpali

"Ya banyaklah Bang , mungkin untuk di awal,  10 jutaan harus ada, itu pun buat versi kecil-kecilan" jawab Laura

"Cuma segitu, Abang ada duit kan?" ucapku sambil menoleh pada Bang Imron yang masih asyik makan, sampai mulutnya belepotan kemana-mana

"Mana ada uang  Abang Dek!" ucap Bang Imron sambil menyudahi makannya,  kemudian mencuci tangan nya lanjut makan beberapa macam kue  oleh-oleh dari Jambi.

"Kan uang nya sudah habis buat acara kita yang kemaren, " imbuhnya lagi.

"Dasar pelit, memangnya ga ada sisanya apa?" ucapku.

"Betul Dek, masa Abang bohong sih" ucapnya membela diri

"Sudahlah jangan berantem, aku mau cari pekerjaan yang lain saja sambil ngumpulin modalnya, " ucap Laura menengahi

"Nanti surat lamaranmu bawa saja ke kantor Abang, barangkali ada lowongan, " ucap Bang Imron

"Memangnya keahlian mu apa Dek Laura? " imbuhnya lagi

"Kalau ditanya pengalaman,  memang belum ada si Bang, aku kan baru lulus, aku sekolah ngambil jurusan Tataboga, tapi kalau kerja apa saja aku mau Bang, yang penting halal, " ucap Laura sambil membereskan bekas makan kami, lalu mencuci piring kotornya.

"Nah bagus itu,  nanti kalau jadi kerja, kita bertiga piginya sama-sama" ucap Bang Imron

"Aku mau resign Bang, sudah ga kuat lagi aku kerja" ucapku

"Ah Kau, baru hamil udah malas kerja, si Huma aja dulu waktu hamil tak pernah dia ngeluh"  ucap Bang Imron

"Si Huma hamil? mana anaknya sekarang?" ucapku kaget, kupikir dia mandul.

"Itulah, tak pandai dia menjaga nya, keguguran sudah" ucapnya

"Ayuk baru nikah,  kok udah hamil lagi?  Cepat nian," Ucap Laura terheran-heran.

"Huss anak kecil dilarang tanya-tanya" ucapku dongkol.

Aku segera masuk ke kamar mengganti bajuku dengan baju daster, menyusul pula Bang Imron, sementara Laura membereskan meja makan dan mencuci piring yang sudah berhari-hari belum dicuci.

                          ***

Hai teman-teman, terimakasih sudah mampir di ceritaku ya,

Ditunggu like dan komentar serta kritik dan sarannya ya teman-teman,

Dukung terus karya-karya Othor ya? biar Othor semangat lagi up nya,

Jangan lupa juga untuk subscribe dan juga follow akun Othor ya,

Terimakasih

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status