Satu bulan sudah berlalu sejak pertemuan tujuh pemimpin kerajaan besar dunia, kini hampir semua orang sudah tahu bahwa era Superbia sudah berakhir dan sudah dimulai sebuah era baru yang bernama Victoria. Semua itu tak terlepas dari peran para pemimpin tujuh kerajaan besar yang langsung menyebarkan kabar tentang hasil pertemuan semua pemimpin.
Kini semua kerajaan sedang sibuk-sibuknya memulihkan keadaan kerajaan mereka masing-masing, Kerajaan Irish juga masih sibuk menata kota yang sistem pemerintahannya carut marut akibat pemerintahan Raja Setra Kaladupa. Banyak kota dan desa yang dibangun kembali terutama wilayah bagian utara yang sempat menjadi tempat kerusuhan, sementara di selatan ada Desa Nalangsa yang juga sedang dibangun kembali.
Nata serta Elis beberapa minggu terakhir juga ikut serta membantu pembenahan Desa Nalangsa yang sebelumnya sudah menjadi desa yang kosong karena pembantaian Daiats, mereka juga mengundang para kerabat dan ora
Selamat pagi sobat semuanya. Mudah-mudahan sobat semua dalam keadaan sehat selalu. Hari ini novel Sang Legenda dari Masa Lalu akhirnya sampai di titik akhir, kisah yang bermula pasti akan berakhir. Perjalanan panjang Nata Digjaya akhirnya telah berakhir, pengorbanan dan perjuangan yang dia lakukan saya harap berkesan bagi sobat semuanya. Novel ini hanyalah fiksi belaka, andaikan ada kesamaan nama tempat, tokoh dan yang lainnya itu hanya kebetulan semata. Saya harap ada hal-hal baik dari novel ini yang bisa kita ambil sebagai pembelajaran, adapun hal-hal buruknya cukup kita jadikan pengetahuan. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena di dalam novel ini masih banyak kekurangan, terutama kesalahan dalam penulisan atau kata yang diulang-ulang. Pengetahuan saya dalam dunia literasi belumlah seberapa, saya akan belajar lebih banyak lagi agar bisa membuat novel yang lebih baik lagi. Sekali lagi saya mohon maaf kepada
“Pentagram! Akan aku ingat wajah kalian berlima! Di alam baka nanti, kalian akan kucincang satu persatu! Terutama kau Nata Digjaya!” teriak seorang pria tua dengan tubuh berlumuran darah, tepat sesaat sebelum tubuhnya melebur menjadi abu. Jari telunjuknya menunjuk seorang pemuda yang juga bersimbah darah yang terkapar di depannya. “Lotus!” teriak seorang pemuda yang tengah terbaring di tengah kegelapan. “Kenapa.. padahal sudah satu tahun sejak Lotus tewas,” gumam pemuda tersebut yang tak lain adalah Nata Digjaya. Perlahan dia mengusap wajahnya dengan nafas yang memburu seolah begitu ketakutan. Perlahan Nata mengatur nafasnya kembali agar tenang. Entah kenapa malam ini udara terasa begitu dingin dari biasanya, perlahan Nata menggerakan kedua kakinya. Nafasnya yang sudah teratur kembali memburu saat merasakan kalau kakinya seolah berada di permukaan tanah, padahal dia ingat jelas kalau malam ini dia terbaring di kediaman barunya yang
Nata menggerakan tangan kanannya perlahan, dua ksatria yang ada di atas panggung langsung menebaskan pedangnya ke arah leher Elis serta ayahnya yang hanya bisa terdiam dan memejamkan kedua matanya. Tiba-tiba saja pedang yang dipegang oleh kedua ksatria berbaju besi itu langsung terpental dari tangannya seolah dihantam dengan sangat kuat.Tiba-tiba saja wanita di samping Leon yang sejak tadi berdiri langsung maju ke depan Leon seolah hendak melindunginya, tak hanya itu namun wanita itu juga langsung menatap ke arah Nata berada. Tatapan matanya yang tajam langsung bergerilya mengawasi setiap orang di sekitar Nata. Leon sendiri terlihat begitu kaget, sama halnya dengan Nata.“Aku tidak menyangka jika wanita itu sampai bisa merasakannya, padahal aku sudah mencoba sebaik mungkin menggunakannya,” batin Nata.“Ada apa ini Lia?” tanya Leon yang juga terlihat waspada.“Tuan tolong berhati-hati, tampaknya ada penyihir hebat di sekitar sini. Meski
Leon Leonard yang melihat Nata berhasil kabur membawa dua orang tawanannya yang hendak di eksekusi langsung bangkit dan menghampiri dua ksatria yang tadi dihajar oleh Nata. Leon langsung mencabut pedang yang ada di pinggangnya seraya memenggal leher kedua ksatria itu dengan penuh amarah.Sontak saja perbuatan Leon membuat warga yang berkumpul di sekeliling lapangan langsung menjerit ketakutan. Sementara itu seorang wanita berjalan mendekat ke arah Lia, seorang pria yang tadi sempat menyerang Nata dengan belati juga masih berdiri menatap udara ke arah Nata melarikan diri.“Dasar tidak berguna! Keparat!” umpat Leon dengan penuh amarah sambil menendang tubuh kedua ksatria yang sudah bersimbah darah di tanah.“Mereka benar-benar tidak bisa diandalkan!” gerutu Leon seraya bertolak pinggang.“Bubar kalian! Bubar!” teriak Leon lagi mengusir kerumunan warga yang berkumpul mengelilingi lapangan.‘Plakk’Sebuah tamparan keras mendara
Perlahan Elis membuka kedua matanya. Tubuhnya terbaring di bawah pohon yang rindang, angin semilir menerpa tubuhnya yang terasa pegal-pegal di tambah perutnya sudah keroncongan. Elis menggerakan kepalanya mencari ayahnya dan orang yang sudah menyelamatkan mereka berdua.“Ayah..” gumam Elis pelan saat melihat ayahnya terbaring kaku di tanah. Jantungnya berdetak begitu kencang seakan merasakan firasat yang begitu buruk.“Ayah!” teriak Elis yang langsung berlari menghampiri jasad ayahnya. Sembari duduk kedua tangannya mencoba menggerakan tubuh ayahnya namun tak kunjung membuka mata. Saat itu juga airmata Elis langsung mengalir tak tertahan lagi.Elis mendekap tubuh ayahnya yang sudah dingin, ingin sekali dia berteriak kencang namun suaranya tidak kunjung keluar. Hanya raungan kecil penuh pilu yang terdengar menggema diantara pepohonan. Elis mengangkat tubuhnya serta menatap wajah sang ayah yang sudah terpejam. Dia sadar kalau ayahnya sudah tiada, tubuhnya
“Ada apa?” tanya Nata.“Aku hanya terkejut sebab nama anda sama persis dengan salah satu legenda penyihir di masa lalu. Baru kali ini aku bertemu dengan orang yang memiliki nama sama seperti mereka,” jawab Elis sembari tersenyum dan melangkahkan kakinya kembali.“Legenda?” tanya Nata lagi.“Ya, ayah pernah bercerita jika delapan ratus tahun yang lalu ada sekelompok penyihir dengan julukan Pentagram. Mereka adalah lima orang penyihir hebat yang tidak ada tandingannya, awalnya aku mengira itu hanya dongeng saja. Tapi ayahku mengatakan bahwa itu adalah kebenaran,” jawab Elis seraya mengenang kembali sosok ayahnya.“Kelihatannya memang benar dugaanku. Tapi kenapa, kapan, siapa dan dimana orang yang telah melakukan sihir terlarang itu?” batin Nata.“Lalu apa yang terjadi kepada mereka?” tanya Nata lagi dengan nada serius hingga membuat Elis keheranan.“Kalau tidak salah, ayah bilang kalau seluruh Pentagram lenyap hanya dalam
Prajurit yang dibawa Daiats mulai kebingungan karena tidak mengetahui arah dari serangan Nata yang dengan lincah terus bergerak ke sana kemari menyerang para prajurit itu secara acak. Meski begitu para ksatria itu memang sejak awal sudah ditempa baik fisik dan mentalnya, jadi kadang ada yang bisa menangkis serangan Nata, kadang serangan Nata juga tidak berdampak sama sekali.“Kemampuan mereka memang luar biasa, sejak awal mereka memang sudah biasa dengan pertarungan jarak dekat,” batin Nata setelah serangan pisau anginnya ditangkis oleh salah satu prajurit yang hendak diserangnya.“Meski aku sudah berlatih keras selama setahun ini untuk menutupi setiap kekuranganku, tapi kelihatannya memang masih belum cukup jika harus berhadapan yang sejak awal selalu melatih fisiknya. Ditambah lagi zirah yang mereka kenakan benar-benar mengurangi dampak serangan sihirku. Satu-satunya cara melukai mereka adalah dengan sihir penetrasi tinggi seperti tombak angin atau pisau an
"Like the fury of the dragon, a fire that will burn for thousands of years. Dragon Fire!” teriak Daiats.Tepat dari depan tubuh Daiats muncul sebuah lingkaran api, udara di sekitar tempat itu semakin panas. Bahkan tangan Daiats juga mulai melepuh karena belum sempurna menguasai sihir yang akan digunakannya itu.Suara api yang menjilat-jilat membuat pasukan yang dibawa Daiats ketakutan, Nata menggerakan kakinya hingga pasukan musuh yang masih hidup tertutup oleh tanah dan bebatuan sama seperti yang terjadi kepada Elis. Dari lingkaran api di depan Daiats itulah menyembur api yang melesat cepat dan melebar layaknya ombak.“Sihir yang sesungguhnya? Kau bahkan tidak tahu makna sejati dari kekuatan yang namai sihir,” gumam Nata dengan tenang menatap lautan api yang bergerak ke arahnya.Nata menghirup udara dalam-dalam lalu merentangkan tangan kirinya ke depan dengan telapak tangan terbuka. Udara di sekitar Nata