Share

Bab 02: Sihir Melawan Sihir

Nata menggerakan tangan kanannya perlahan, dua ksatria yang ada di atas panggung langsung menebaskan pedangnya ke arah leher Elis serta ayahnya yang hanya bisa terdiam dan memejamkan kedua matanya. Tiba-tiba saja pedang yang dipegang oleh kedua ksatria berbaju besi itu langsung terpental dari tangannya seolah dihantam dengan sangat kuat.

Tiba-tiba saja wanita di samping Leon yang sejak tadi berdiri langsung maju ke depan Leon seolah hendak melindunginya, tak hanya itu namun wanita itu juga langsung menatap ke arah Nata berada. Tatapan matanya yang tajam langsung bergerilya mengawasi setiap orang di sekitar Nata. Leon sendiri terlihat begitu kaget, sama halnya dengan Nata.

“Aku tidak menyangka jika wanita itu sampai bisa merasakannya, padahal aku sudah mencoba sebaik mungkin menggunakannya,” batin Nata.

“Ada apa ini Lia?”  tanya Leon yang juga terlihat waspada.

“Tuan tolong berhati-hati, tampaknya ada penyihir hebat di sekitar sini. Meski sihir yang digunakannya hanyalah tingkatan Dwi, tapi bukti Tuan sampai tidak menyadarinya berarti orang yang menggunakannya sangatlah mahir,” jelas Lia Angelia, sang penyihir yang bekerja untuk keluarga Leonard.

“Apa? Siapa orang yang berani macam-macam dengan keluarga Leonard?!” bentak Leon seraya menatap orang-orang yang masih berkerumun. Mereka tampak sangat kebingungan dan saling memandang karena tidak tahu siapa sebenarnya yang menggangu proses eksekusi.

“Keluar kau! Aku tahu kau masih di sini!” teriak Leon lagi.

“Ini buruk, aku tidak menyangka jika wanita itu akan menyadarinya,” batin Nata yang masih memikirkan cara terbaik untuk menyelamatkan kedua orang yang akan dieksekusi.

“Kalian! Lanjutkan eksekusinya, biarkan Lia yang mengurus si pengecut itu!” perintah Leon kepada ksatria yang bertugas untuk mengeksekusi Elis dan ayahnya.

Lia mengangkat kedua telapak tangannya ke udara dan mulai merapalkan kalimat untuk menggunakan sihirnya. Perlahan tampak titik api muncul di atas telapak tangannya, Nata langsung waspada. Dia sadar kalau Lia belum menyadari keberadaannya, karena itulah Lia bermaksud untuk menyerang ke arah tadi dia merasakan aliran ‘mana’ saat Nata menggunakan kekuatannya.

“Fireball!” gumam Nata saat melihat Lia melemparkan bola api yang cukup besar dari kedua tangannya menuju kerumunan warga yang berada di dekat Nata.

Seiring dengan serangan Lia, dua ksatria kembali mengayunkan pedangnya ke leher Elis serta ayahnya. Akan tetapi lapangan tersebut tiba-tiba saja dipenuhi oleh kabut, saat itu juga bola api yang Lia lemparkan mendadak lenyap tak berbekas. Seiring dengan itu Nata langsung melesat ke tengah panggung dan menghantam pedang kedua ksatria yang hendak memenggal Elis.

Sihir angin yang digunakan Nata memang tidak untuk melukai, dia hanya ingin mementalkan pedang ksatria tersebut. Namun para ksatria itu tidak tinggal diam, merasa ada pergerakan seseorang ke arah mereka, langsung saja keduanya berniat menghajar Nata. Melihat respon musuhnya yang cukup tepat di tengah kepulan kabut tebal di lapangan itu membuat Nata cukup kagum.

Akan tetapi Nata tidak kesusahan menghindari serangan musuhnya tersebut dengan meliukan badannya. Sembari meliukan tubuhnya tersebut Nata langsung menyerang dengan sihir angin di tangannya tanpa merapal sedikitpun. Angin yang memadat langsung menghantam tubuh kedua ksatria yang menyerangnya.

Akan tetapi diluar dugaan sebuah tombak cahaya melesat cepat dari atas menuju ke arah Elis. Nata tersentak kaget melihatnya, dia tahu kalau itu adalah sihir tingkatan Tri (tingkat ketiga) ‘lightning spear’. Secepat kilat Nata langsung menggunakan sihir yang setingkat yaitu ‘wind spear’ dia melemparkan tombak angin searah dengan sihir musuh.

Seketika itu juga terdengar suara benturan kecil akibat dua sihir yang beradu di udara, kabut tebal yang menyelimuti panggung di tengah lapangan itu langsung tersingkap akibat ledakan dua sihir tingkat ketiga di udara. Hanya sekejap saja sesosok bayangan hitam dengan baju hitam bertudung melesat menuju Nata seraya melesatkan pisau belati di tangannya.

Akan tetapi jauh sebelum bayangan itu mendekat Nata sudah merasakan aliran mana seseorang yang menuju ke arahnya. Dengan cekatan Nata langsung melompat ke panggung seraya melepaskan sihir angin untuk menghancurkan ikatan Elis serta ayahnya. Namun sesaat sebelum Nata menapakan kakinya di panggung, tiba-tiba saja tombak api melesat ke arahnya dengan sangat cepat, di sisi lain bayangan yang tadi menyerangnya kembali bergerak menghunuskan belati di tangannya dari samping Nata.

Namun Nata langsung menyatukan kedua telapak tangannya, tiba-tiba saja gelombang angin memadat melindungi Nata beserta Elis serta ayahnya. Sihir ‘fire spear’ yang dilemparkan Lia langsung hancur, orang yang menyerang Nata dari samping juga terhempas hingga tudung yang menutupi wajahnya juga terbuka.

Saat itulah Nata langsung menangkap Elis di tangan kirinya serta ayah Elis di tangan kanannya. Nata menggunakan sihir angin sebagai pijakannya untuk melesat cepat ke udara, akan tetapi sesaat sebelum dia pergi meninggalkan lapangan itu Nata sempat melirik ke arah orang berbaju hitam yang menyerangnya. Tampak jelas wajah kaget di wajah orang tersebut yang ternyata seorang pria, namun Nata tidak yakin apa yang membuat pria itu terkejut.

“Terlalu berbahaya menghadapi dua penyihir yang bisa menggunakan sihir tingkat tiga sembari melindungi orang lain. Terlebih rasanya ada yang aneh dengan kekuatanku,” batin Nata yang memilih pergi dari tempat itu untuk menyelamatkan Elis serta ayahnya.

Nata melesat ke udara seraya membawa Elis dan ayahnya, dia tidaklah terbang namun menggunakan sihir angin sebagai pijakannya. Setelah dirasa cukup jauh dari daerah tadi Nata mulai turun ke tanah dan meletakan Elis serta ayahnya yang terlihat begitu lemas. Dengan seksama mereka terlihat terus memperhatikan Nata yang pastinya sangat asing.

“Sekarang kalian sudah aman, untuk sementara kalian sebaiknya beristirahat dulu,” ucap Nata.

“Jika dipaksakan untuk terus menjauh mungkin mereka akan tumbang karena kelelahan, lagipula jika melihat situasinya memang lebih baik bersembunyi lebih dahulu sambil menunggu mereka pulih,” batin Nata sambil menggerak-gerakan tangannya karena merasa masih ada yang aneh dengan kekuatannya.

Nata kemudian berjongkok dan meraba permukaan tanah seolah mencari sesuatu, menghantam permukaan tanah dengan tangan kanannya, mendadak air bersih keluar dari dalam tanah. Elis dan ayahnya hanya bisa tertegun kaget dan saling memandang satu sama lain. Nata kemudian menggunakan sihir angin untuk memotong dahan pohon di dekatnya, dia melubangi bagian dalam dahan pohon tersebut agar bisa menampung air yang keluar dari dalam tanah.

“Minumlah, itu air murni dari dalam tanah jadi kalian tidak perlu khawatir untuk meminumnya,” kata Nata sambil menyerahkan air yang sudah ditampung di dahan pohon kepada ayah Elis.

“Te..rima kasih,” ucap ayah Elis dengan tatapan berbinar-binar. Nafasnya terlihat begitu memburu, dia kemudian meminum air tersebut. Sementara Elis hanya bisa memandang Nata dengan tatapan bingung, kejadian yang begitu singkat itu mungkin masih belum bisa dia cerna dengan kondisi tubuhnya yang lemah seperti itu. Elis juga kemudian meminum air setelah ayahnya.

“Kondisi mereka benar-benar memprihatinkan. Aku rasa mereka harus memakan sesuatu, mungkin saja mereka diperlakukan tidak layak sebelum akhirnya di giring ke lapangan untuk di eksekusi,” pikir Nata sembari menghela nafas panjang karena iba. Tampak wajah ayah dan anak itu terlihat agak segar setelah meminum air.

“Aku akan mencari dan makanan dulu. Kalian sebaiknya jangan kemana-mana, mereka tidak akan bisa mengetahui keberadaan kalian di sini,” ucap Nata seraya melangkah pergi untuk mencari air dan makanan, Ayah Elis terlihat hanya bisa mengangguk lemah menanggapi kata-kata Nata.

Sejak tadi Nata sudah memasang sihir pengahalang untuk menyembunyikan keberadaan mereka berdua, selain itu di hutan rimbun tempat mereka berada saat ini akan membuat persembunyian semakin sulit ditemukan. Namun, baru saja Nata membalikan tubuhnya untuk mencari makanan mendadak Elis dan ayahnya menjerit kencang.

Nata terperanjat karena merasakan energi sihir di belakangnya, terlihat jelas Elis dan ayahnya berguling-guling di tanah sambil memegang dadanya yang mengepulkan asap hitam. Sontak saja Nata berlari dan memeriksa keadaan mereka berdua dari dekat, dia sadar kalau itu adalah jenis sihir khusus atau sering disebut sihir tingkatan Nawa.

“Cih, aku tidak menyangka bahkan mereka sudah menanamkan sihir tingkatan nawa ke tubuh mereka berdua,” gumam Nata yang langsung menggenggam tangan kanan Elis dan tangan kiri ayahnya.

“Jika dilihat dari kadar dan reaksi mereka berdua, tampaknya aku harus menggunakan sihir healing tingkatan Panca (kelima),” batin Nata yang langsung berkonsentrasi untuk menggunakan sihirnya.

Cahaya gradasi warna kuning mulai menyelimuti kedua tangan Nata. Perlahan cahaya tersebut semakin terang dan pekat. Namun tiba-tiba saja darah mulai keluar dari tepi mulut Nata, tangannya bergetar hebat. Nafasnya memburu hingga detak jantungnya terdengar cukup kencang, saat ini Nata akhirnya sadar apa yang salah dengan kekuatannya, kenyataan bahwa dia tidak bisa menggunakan seluruh kemampuannya benar-benar membuatnya bingung.

“Apa ini? Aku bahkan tidak bisa menggunakan sihir tingkatan panca?” batin Nata seiring dengan keringat dingin yang mulai keluar dari kening dan punggungnya.

Bersambung…

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dedeh Dian
gimana tuh...ga seru ah. ..masa penolong nya kewalahan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status