Share

Bab 06: Sihir Andalan

Prajurit yang dibawa Daiats mulai kebingungan karena tidak mengetahui arah dari serangan Nata yang dengan lincah terus bergerak ke sana kemari menyerang para prajurit itu secara acak. Meski begitu para ksatria itu memang sejak awal sudah ditempa baik fisik dan mentalnya, jadi kadang ada yang bisa menangkis serangan Nata, kadang serangan Nata juga tidak berdampak sama sekali.

“Kemampuan mereka memang luar biasa, sejak awal mereka memang sudah biasa dengan pertarungan jarak dekat,” batin Nata setelah serangan pisau anginnya ditangkis oleh salah satu prajurit yang hendak diserangnya.

“Meski aku sudah berlatih keras selama setahun ini untuk menutupi setiap kekuranganku, tapi kelihatannya memang masih belum cukup jika harus berhadapan yang sejak awal selalu melatih fisiknya. Ditambah lagi zirah yang mereka kenakan benar-benar mengurangi dampak serangan sihirku. Satu-satunya cara melukai mereka adalah dengan sihir penetrasi tinggi seperti tombak angin atau pisau angin,” pikir Nata setelah pukulan telaknya yang dilapisi sihir angin berhasil mengenai dada satu prajurit, sesaat prajurit itu memang terpental namun dia bisa bangkit lagi serta tidak mendapatkan luka parah.

Tiba-tiba saja udara terasa begitu panas. Sebuah bola api besar tiba-tiba melesat ke arah Nata, dengan lincah Nata langsung melompat ke udara seraya melakukan serangan balasan dengan melemparkan lima pisau angin ke arah Daiats.

“Bhhoommnn..”

Terdengar suara ledakan hebat saat bola api milik Daiats mengenai tanah sampai berhamburan. Daiats sendiri berhasil menghindari semua serangan pisau angin dari Nata. Beberapa prajurit yang terkena sihir Daiats tampak terpelanting jauh, namun Daiats tampaknya tidak peduli sama sekali, kabut yang tadi menyelimutipun kini sudah pudar seutuhnya.

“Mereka benar-benar tidak punya rasa kemanusiaan. Bahkan tanpa ragu melukai rekannya sendiri,” gumam Nata yang kembali menapak di tanah.

“Dia memang hebat, tapi dia kelihatannya bukan tipe orang yang bisa membunuh orang lain. Sejak tadi semua serangan orang itu tidak mengenai titik vital sama sekali, benar-benar naif,” batin Daiats seraya menatap tajam Nata.

“Kau lumayan juga ternyata, sudah lama rasanya aku tidak bertarung dengan serius,” ucap Daiats seraya melompat ke tanah dan meregangkan kedua lengannya. Namun perhatian Nata malah tertuju kepada bebatuan yang melindungi Elis, Nata yakin satu-satunya orang yang harus diwaspadai dan melukai Elis saat ini hanyalah Daiats.

“Dengan kekuatanku saat ini kemungkinan butuh waktu lama untuk mengalahkannya, aku harap kau bisa menunggunya Elis,” batin Nata sambil membuat kuda-kuda menghadap Daiats.

“Seharusnya kami juga membawa persenjataan sihir agar selagi aku menghadapimu mereka bisa menghancurkan bebatuan itu. Tapi itu tidak masalah bagiku jika harus mengalahkanmu terlebih dahulu sebelum menghancurkan bebatuan yang melindungi perempuan itu,” ucap Daiats.

“Kau mendadak jadi banyak omong ya, padahal tadi kau terlihat tidak suka basa basi,” ledek Nata.

“Hahaha.. aku hanya sedikit bersemangat karena ternyata kau lebih menghibur dari dugaanku. Sebelum aku mulai aku ingin menanyakan sesuatu, sebenarnya siapa dirimu?” tanya Daiats.

“Aku hanyalah seorang pengembara,” jawab Nata. Setelah mengetahui keadaannya saat ini tentu saja dia tidak akan mengatakan identitas aslinya, terlebih kepada orang yang berbahaya dan jahat seperti lawannya saat ini.

“Jangan bercanda, aku yakin kau merupakan salah satu penyihir dari keluarga bangsawan yang ada di kerajaan Irish. Sebaiknya kau segera katakan siapa tuanmu sebenarnya? Aku yakin mereka adalah orang-orang yang ingin menyingkirkan keluarga Leonard,” ucap Daiats dengan tatapan tajam.

“Begitu rupanya, meskipun sama-sama bangsawan namun berarti semuanya bisa akur di satu kerajaan,” pikir Nata yang merasa baru saja mendapatkan informasi baru.

“Apa menurutmu aku akan menjawab pertanyaanmu dengan mudah?” tanya Nata seolah mengejek Daiats.

“Kau memang pintar membuat orang kesal!” gerutu Daiats sembari menggerakan tangannya sebagai isyarat agar para prajurit yang dibawanya bergerak menyerang Nata.

“Tinggal lima belas orang lagi yang bisa bergerak, ini masih merepotkan. Apa aku harus menggunakan sihir tingkatan Catur?” batin Nata setelah menghitung jumlah prajurit yang berdiri hendak menyerangnya.

Seorang prajurit datang dengan kapaknya tapi Nata hanya bergerak menghindarinya saja. Dua prajurit lainnya segera bergerak menebaskan pedangnya dari kedua sisi Nata, akan tetapi dengan mudah Nata berhasil menangkis kedua pedang itu dengan pisau angin miliknya. Namun dua orang lainnya datang dari depan serta belakang, ditambah lagi sebilah tombak api melesat menuju ke arahnya.

Hanya dalam sepersekian detik Nata langsung melompat serta melayangkan kedua kakinya menghantam tangan dua prajurit yang ada di depan dan belakangnya. Tak hanya menendang, namun Nata juga memanfaatkan tangan musuhnya itu sebagai pijakan untuk melompat lagi ke udara sembari memutar tubuhnya.

Kedua pedang musuh yang tangannya di tendang langsung jatuh, serangan tombak api Daiats juga berhasil dihindari. Terdengar bunyi ledakan saat tombak api itu mengenai sebuah rumah hingga perlahan mulai membakar kayu rumah itu secara perlahan. Tiba-tiba saja dua orang prajurit yang tadi pedangnya sempat di tangkis Nata langsung ambruk ke tanah, ternyata seiring dia melompat ke udara tadi tangannya menghantam leher kedua prajurit itu.

“Dia memang sangat berpengalaman, dalam posisi yang sulit dan pergerakan secepat itu dia masih bisa dengan tepat melancarkan serangannya ke titik yang tidak terlindungi zirah dan pelindung kepala para prajurit itu,” gumam Daiats.

“Cih. Menghadapi orang-orang cerdik seperti itu rasanya membuatku kesal sekali,” gerutu Daiats.

“Dia kelihatannya tipe orang yang suka mengamati pergerakan lawannya terlebih dahulu,” pikir Nata saat melihat Daiats masih belum melakukan serangan lagi.

“Jika begitu, ketika dia menyerang nanti pasti akan lebih merepotkan. Sebisa mungkin aku harus menumbangkan para pengganggu ini dahulu,” ucap Nata yang kembali menapak di tanah.

Nata membuka kedua telapak tangannya, udara di sekitar tempat itu mendadak terasa dingin. Daiats memicingkan matanya seolah ingin tahu lebih jelas apa yang akan dilakukan oleh Nata. Tiga prajurit langsung melesat ke arah Nata, tapi seketika itu juga Nata menghantamkan kedua telapak tangannya ke tanah. Tiba-tiba saja tanah di sekitar tempat itu oleh menjadi lumpur.

Lima prajurit berhasil melompat ke atap rumah, Daiats sendiri ikut melompat ke belakang dimana tanahnya tidak menjadi lumpur rumah, sedangkan delapan prajurit lainnya terjerembab ke dalam lumpur hingga sampai lehernya. Saat Nata mengangkat telapak tangannya seketika itu juga tanah mengeras kembali, kini delapan prajurit itu tidak bisa bergerak sama sekali kecuali kepalanya.

Tapi di saat yang bersamaan tombak api Daiats kini melesat menuju bebatuan yang melindungi Elis, Nata sejak awal sudah memperkirakan hal itu. karena tombak api Daiats tiba-tiba meledak sebelum menghantam bebatuan yang melindungi Elis.

“Apa itu? fire spearku meledak? Tidak mungkin dia sempat menggunakan wind spear untuk menahannya, lagipula posisinya terlalu jauh. Aku pikir aku sudah cukup mengamati setiap pergerakannya, sisanya mungkin hanya sampai tingkat berapa dia bisa menggunakan sihir. Tapi apa itu tadi? Itu jelas-jelas sihir tingkat ketiga, tapi..” gumam Daiats.

“Cih, semakin aku mengamatinya semakin pusing aku dibuatnya. Aku harus bergerak sekarang sebelum sampah-sampah itu tumbang semua,” gerutu Daiats sambil bangkit.

“Salah satu cara menghadapi lawan yang hebat dalam analisa adalah menghancurkan mentalnya, buat semua analisanya seakan tidak berguna. Buat dia percaya bahwa dia akan kehabisan waktu jika terlalu lama mengamati,” batin Nata setelah merasa rencananya berhasil. Terlihat kalau Daiats mulai berjalan diikuti lima orang prajurit yang tersisa.

“Kalian serang dia, kali ini aku akan membantu kalian semua. Berhati-hatilah dengan sihirnya,” perintah Daiats direspon dengan anggukan kepala dari kelima prajurit itu.

“Tampaknya lima orang itu adalah yang paling tangguh dari semuanya, refleks mereka cepat sampai bisa menghindari seranganku tadi,” gumam Nata yang kembali memasang kuda-kudanya.

Kelima itu melesat bersamaan, tak hanya itu karena Daiats juga melesatkan lima tombak api menuju ke arah Nata. Tapi lagi-lagi kelima tombak api itu meledak tiba-tiba hingga menimbulkan suara ledakan, namun saat ini Daiats melihatnya dengan jelas. Dia melihat tiba-tiba ada tombak angin yang muncul di depan tombak api miliknya.

Namun Daiats tidak tinggal diam dia kembali melakukan serangannya, sementara Nata disibukan dengan menghadapi lima prajurit yang menyerangnya. Meskipun Nata sedang sibuk menghadapi lima prajurit itu namun semua serangan Daiats tidak ada yang sampai kepada Nata sebab semuanya selalu meledak di tengah jalan.

“Entah bagaimana caranya, tapi jika dia membagi konsentrasinya seperti itu pasti suatu waktu akan ada kesempatan saat dia lengah,” gumam Daiats yang terus menerus menyerang Nata dari kejauhan.

“Jadi dia berniat menyerangku secara terus menerus ya. Itu memang pilihan bagus, tapi hal itu membuktikan bahwa pengalaman bertarungnya masih kurang,” pikir Nata seraya menghindari tebasan pedang seorang prajurit.

Nata kemudian melompat ke udara sambil melesatkan sihir pisau angin kepada lima orang prajurit itu tapi mereka semua berhasil menghindari dan balas menyerang. Di lain sisi Daiats melesatkan bola api besar ke arah Nata, tapi lagi-lagi bola api itu meledak di tengah jalan setelah membentur bola angin yang tiba-tiba muncul.

Saat menapak di tanah Nata sudah disambut dengan tusukan tombak dan hantaman kapak dari sisinya, tapi terdengar suara benturan keras seolah kedua senjata itu menghantam tembok keras hingga tidak sampai mengenai tubuh Nata. Satu orang prajurit melompat ke atas sembari menebaskan pedangnya.

Sementara dua orang lainnya datang dari belakang kedua prajurit yang menghantam tembok angin di sekitar tubuh Nata. Tak hanya itu karena tiga tombak api milik Daiats sudah melesat menuju ke arah Nata, akan tetapi tubuh Nata langsung masuk ke dalam tanah hingga serangan ketiga orang prajurit itu tidak mengenai apapun.

“Ddhhaammrrr..”

Suara ledakan terdengar keras, tiga orang orang prajurit langsung terpental dengan luka menganga di tubuhnya setelah terkena tombak api milik Daiats. Di tengah keterkejutan mereka, tiba-tiba saja Nata kembali muncul dari dalam tanah tepat di belakang dua orang prajurit yang tersisa. Hanya dalam sekejap saja Nata berhasil menumbangkan mereka dengan menghantam lehernya.

Tapi udara di tempat itu mendadak terasa sangat panas. Bahkan beberapa rumput kering serta dedaunan ada yang sampai terbakar di sekitar tempat itu. Nata hanya membalikan badan dan menatap Daiats yang tengah mengangkat tangannya ke atas. Di sekujur tubuhnya tampak api menyambar nyambar, bahkan di titik-titik api juga muncul di udara tepat di sekitar tubuh Daiats.

“Sihir api tingkatan catur ya?” ujar Nata.

“Hahaha.. ratapilah nasibmu, akan aku tunjukan apa itu sihir yang sesungguhnya! Bersiaplah menerima sihir andalanku ini!” teriak Daiats yang langsung mengarahkan telapak tangan kirinya ke depan.

Bersambung…

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nuraini Mimie
koin yg mahal,pyebalkn aduhai
goodnovel comment avatar
Zeth Fred
kami sdh membaca saja sdh syukur krn dpt bayar dari pulsa data dan iklan, kenapa harus bayar koin pembuka sangat banyak??? koin pembuka normalnya 3 smp 5 saja sdh cukup. oke...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status