Nata hanya duduk di samping Elis seraya menyandarkan kepala Elis ke bahunya. Langit yang kelabu seolah menjadi saksi betapa merananya hati Elis saat ini. Cukup lama Elis menangis sampai akhirnya dia mulai tenang, Nata menyarankan agar Elis segera makan sebab sejak tadi siang dia belum makan sedikitpun.
Elis hanya mengangguk pelan sembari menyeka airmatanya. Nata sendiri langsung ke dalam rumah untuk membawa makanan dan air, saat kembali ke luar rumah tampak Elis sedang menimang-nimang liontin milik ibunya. Nata hanya tersenyum sembari meletakan air dan makanan di tanah.
“Mau aku bantu memakainya?” tawar Nata sambil tersenyum. Elis hanya mengangguk pelan dan memberikan liontin tersebut kepada Nata, dengan hati-hati dia mulai memakaikan liontin itu di leher Elis.“Nata,,” ucap Elis dengan lirih selagi Nata memasangkan liontin di lehernya.“Ya?” jawab Nata.“Maukah kau menNata dan Elis berjalan beriringan, mereka tampaknya sudah agak jauh dari desa Nalangsa. Nata terlihat terus memperhatikan sekelilingnya dengan waspada, dia tidak menurunkan kewaspadaannya meskipun tidak ada hal mencurigakan yang terlihat. Yang ada di depan mereka hanyalah pepohonan besar nan rindang.“Kelihatannya Kerajaan Irish ini daerahnya memang didominasi oleh hutan,” ujar Nata.“Aku sering dengar dari pengembara yang datang ke desaku kalau di daerah selatan Kerajaan memang masih banyak hutan. Tapi katanya kalau di daerah sebelah utara kerajaan hutan memang sudah sangat jarang,” timpal Elis.“Begitu ya,” ucap Nata yang tak ingin lagi memperpanjang percakapannya, dia khawatir nanti Elis malah akan curiga sebab pengetahuannya tentang daerah di Kerajaan Irish sangat kurang. Padahal dia sendiri mengaku sebagai seorang pengembara.“Baiklah mungkin di sini,” kata Nata sembari m
Mereka kembali melanjutkan perjalanan setelah selesai makan. Sepanjang perjalanan Elis terus berusaha mencari elemen mana yang cocok dengan tubuhnya setelah tidak cocok dengan elemen angin, mulai dari healing, tanah dan air. Tapi sejauh ini dia masih belum menemukan kecocokan. Nata mengatakan bahwa kini tersisa dua kemungkinan saja, elemen api atau Elis menguasai sihir khusus. “Tapi bagaimana kalau aku ternyata tidak memiliki bakat dalam ilmu sihir?” tanya Elis. “Itu tidak mungkin, setiap tubuh makhluk hidup baik itu hewan atau tumbuhan apalagi manusia selalu memiliki mana. Bakat itu bukanlah sesuatu yang penting sebab pada dasarnya semua orang bisa menjadi hebat hanya dengan berusaha keras pantang menyerah,” tutur Nata. “Tapi, jika aku berhasil menemukan kecocokan dengan salah satunya. Belum tentu dalam waktu cepat bisa segera menggunakannya,” ucap Elis sembari memegang liontin di lehernya. Nata yakin kalau Elis ingin segera membalaskan dendam orang tua dan
Selama satu minggu setelah Elis menemukan kecocokannya dengan sihir api, mereka kembali melanjutkan perjalanannya, tapi kali ini sambil berjalan Nata terus mengajari Elis sihir tingkatan Eka (kesatu). Elis butuh waktu tiga hari sampai bisa menguasai tingkatan sihir paling dasar tersebut.Nata terus memberikan semangat kepada Elis agar tidak langsung pesimis. Dia bilang mempelajari sihir tanpa rapalan memang lebih susah dibandingkan dengan rapalan. Tapi susahnya hanya di awal-awal saja. Sebab penggunaan sihir tanpa rapalan itu sangat bergantung dengan imajinasi, keyakinan dan konsentrasi.Jika ketiga hal itu terus diasah dari awal maka semakin lama orang itu mempelajari sihir maka akan semakin mudah juga dia menguasainya. Sampai saat ini Elis masih terus berusaha menggunakan sihir api tingkatan Dwi (kedua), sudah terlihat ada kemajuan dibandingkan beberapa hari sebelumnya.Nata juga tidak hanya mengajari Elis sihir saja, tapi dia juga mengajarinya cara membela di
“Sayang sekali, aku tidak memilih keduanya,” jawab Nata sembari tersenyum seolah tidak merasa gentar sedikitpun.“Kalau begitu, biarkan pedangku yang memilihnya!” tegas pria di depan Nata, ternyata dia adalah Brok bos dari komplotan bandit yang biasa berkeliling mencari mangsa di daerah selatan Kerajaan Irish. Dua pria lainnya adalah anak buah kepercayaannya yang bernama Brek dan Bruk.Brok langsung menebaskan pedangnya tapi Nata langsung membawa Elis mundur menjauh, belasan anak buah Brok langsung mengejar untuk menyerang Nata setelah mendapatkan perintah dari Brek.“Berhati-hatilah, aku akan menghadapi mereka dari dekat,” ucap Nata kepada Elis setelah menapak kembali di tanah.“Baik,” jawab Elis yang langsung menatap tajam semua lawannya, dia rasa Nata ingin melihat sejauh mana perkembangan latihannya selama seminggu ini.Nata sen
“Apa yang baru saja terjadi?” batin Bruk yang sama sekali tidak mengerti kenapa sihirnya meledak di tengah jalan sebelum mengenai sasarannya.“Apa itu?” ujar Brok yang terlihat kaget sebab sihir temannya seakan gagal.Elis tidak membuang kesempatan, dia langsung menggunakan sihirnya lagi untuk menciptakan puluhan jarum api. Saat tangannya di gerakan puluhan jarum api yang tercipta di depannya itu langsung melesat menuju ke arah Brok yang masih tertegun kaget. Tapi Brok juga bukanlah orang lemah, posisinya sebagai ketua rombongan bandit pastinya mencerminkan kemampuannya dalam bertarung.Brok melompat ke belakang sembari memainkan pedangnya menangkis beberapa jarum api yang melesat ke arahnya. Meski begitu beberapa jarum api yang tidak bisa dia tangkis langsung menancap di tubuhnya yang kekar, bajunya bahkan langsung terbakar sebab kebanyakan jarum itu menancap di tubuh bagian atasnya. 
Brok kemudian berjalan mendekati Nata yang masih berdiri di tempatnya, sedangkan Bruk sudah tidak berdaya dia hanya bisa bersimpuh dan pasrah. Bruk tahu bahwa pria yang menggunakan sihir naga angin itu bukanlah orang sembarangan, harapannya saat ini hanyalah ampunan dari Nata. “Siapa kau sebenarnya?” tanya Brok sambil tangan kanannya menghunuskan pedang ke arah Nata, sedangkan tangan kirinya diacungkan ke atas seakan memberikan isyarat tertentu kepada anak buahnya. “Sebaiknya kalian jangan melakukan hal yang akan kalian sesali,” ucap Nata sembari menatap Brok dengan tatapan tajam, naga angin yang dia ciptakan tadi masih bergerak mengitari tubuh Nata. “Jangan sombong kau penyihir, hanya karena kau bisa menggunakan sihir tingkat catur (keempat) bukan berarti kau bisa menang melawan kami!” tegas Brok, perhatiannya masih tertuju ke arah dibelakang Nata. Terlihat anak buah Brok yang tadi tidak tur
Nata mengalihkan pandangannya kepada Bruk yang terlihat menggigil ketakutan, namun Nata malah melangkahkan kakinya mendekati Brek yang sedang terkapar di tanah. Luka yang dia terima saat Nata menggunakan sihir naga angin ternyata cukup fatal, dia bahkan tidak sadarkan diri dan jika dibiarkanpun dia akan segera tewas. Nata kembali berbalik dan berjalan ke arah Bruk, sadar bahwa nyawanya terancam Bruk langsung bangkit dan berbalik hendak melarikan diri. Tapi baru saja beberapa langkah dia berlari Bruk langsung menjerit kesakitan, tubuhnya ambruk menghantam tanah. Kedua kakinya sudah tertusuk panah angin hingga mengeluarkan darah. “Am..pun,” ucap Bruk dengan terbata-bata. Degup jantung Bruk semakin berdetak kencang saat mendengar langkah kaki Nata yang berjalan semakin mendekat. Bruk perlahan mencoba merangkak untuk melarikan diri, dia tahu nasibnya pasti tidak akan jauh berbeda dengan Brok. Namun seberapa kuatpun Bru
“Mereka tidak akan berani melakukan hal seperti itu, lagipula melihat kematian pemimpin mereka secara mengenaskan pastinya membuat mental mereka langsung runtuh,” jawab Nata.“Kamu akan mengendalikan kuda itu sendiri? Kenapa tidak menyuruh mereka saja?” tanya Elis sebab kereta kuda yang lain dibawa oleh anak buah Brok.“Tidak, sebagai seorang pengembara aku lebih suka membawanya sendiri,” jawab Nata sembari mulai menjalankan kereta kuda sembari tersenyum.Sebenarnya ada alasan lain kenapa Nata ingin mengendalikan kereta kuda itu oleh dirinya sendiri. Hal itu mengingatkannya ke rutinitasnya beberapa tahun yang lalu tepat sebelum berhadapan dengan Lotus, waktu itu Pentagram masih sering melakukan perjalanan ke berbagai penjuru dunia untuk menyusun kekuatan melawan Lotus. Sebagai anggota paling muda di Pentagram, Nata mendapatkan tugas untuk mengendalikan kereta kuda di saat Pentagram bep