Share

Bab 5

Dayang Nadiin berlutut di tanah dan memohon pada tabib Lee. tabib Lee memandang Bima Tang, seorang pengawal istana. Pengawal Bima dengan suara yang berat berkata, "tabib, Anda bisa coba lagi?"

Tabib Lee mencibir, “Coba lagi? Anak ini sekarat, kalau dia sampai mati bisa merusak reputasi saya”.

Setelah mendengar kata-kata tersebut, Dayang Nadiin menangis nyaris pingsan, dengan terengah-engah dan berteriak "Kasihanilah anak ini!"

Fara maju untuk sedikit menghiburnya, membantu Dayang Nadiin berdiri dan duduk kembali.

Pengawal Bima berkata kepada tabib: "Anak itu benar-benar kesakitan, cobalah resepkan obat untuk meredakan rasa sakitnya, untuk memberikan bukti bahwa Anda telah merawatnya.”

Sembari memberikan ide demikian, Pengawal Bima memasukkan logam perak ke lengan baju sang tabib.

Tabib Lee menanggapi, "Tidak ada gunanya jika pun rasa sakitnya berkurang. Jika sudah waktunya untuk mati, pasti akan mati."

“Baik, baik!” Pengawal Bima juga memohon agar Edd tenang, kondisi anak itu terlihat sangat menyedihkan, Bima menyaksikannya bagaimana anak malang itu tumbuh besar.

Tabib Lee hendak masuk dan menulis resep, tetapi tanpa diduga, pintu tiba-tiba dibanting dan tertutup rapat, menguncinya dari dalam.

Fara mengenali kain yang dilihatnya ketika pintu ditutup dan berseru, "Itu Selir."

Saat Dayang Nadiin mendengar Selir masuk, ia langsung saja sedih sekaligus kesal. Dia bergegas seperti singa betina gila yang membanting pintu dengan keras, "Buka pintunya, buka pintu, apa yang Anda inginkan?"

Suara Putri Sera terdengar dari dalam ruangan. Suaranya tidak nyaring dan singkat, hanya tiga kata saja, "Masih ada harapan!"

tabib Lee mencibir, "Anak itu hanya memiliki setengah nafas saja yang tersisa, masih ada harapan katamu? Di mana Dewa Keberuntungan di istana ini?"

Dayang Nadiin lemas dan menatap Pengawal Bima Tang dengan putus asa, "Tuan Bima, tolong, biarkan seseorang mendobrak pintunya sampai dibukakan. Anak malang itu ingin saya menemaninya, dia pasti sangat ketakutan!"

Pengawal Bima Tang tidak menyangka sang putri akan datang pada saat seperti ini, kekacauan macam apa itu?

Sepertinya Selir masih tidak mendengarkan apa yang dikatakan Baginda.

Karena itu, Pengawal Bima Tang akan melaporkan peristiwa ini kepada Baginda Raja.

Pengawal Bima Tang berkata dengan suara yang dalam, "Fara, pergi dan panggil Yang Mulia Baginda Raja, beliau tidak ada di dalam ruangan tersebut, tidak pantas jika kami para pengawal bersikap kasar kepada Selir, biarkan Baginda yang datang mengetuk pintu dan menyuruhnya keluar."

“Baik!” Fara juga sangat marah, dan segera berlari keluar.

Pengawal Bima Tang meminta tabib untuk meresepkan obat di halaman agar pelayan dapat dengan mudah mengambil obatnya.

Sera mendengar suara langkah di luar, jadi dia tidak punya pilihan selain bergegas.

Edd, si anak ini sudah gemetar dan terus menangis karena kesakitan.

Sera memeriksa lukanya, ada nanah di sudut matanya, seluruh matanya juga bengkak, pasti karena infeksi bakteri.

Dia membuka kotak obat, mengeluarkan suntikan, memberinya antibiotik terlebih dahulu, lalu mengeluarkan pisau dan iodofor, kemudian mulai mengeluarkan darah dan nanah setelah disinfeksi.

Tanpa anestesi dan drainase, anak itu pasti tidak akan tahan karena sakit, tiba-tiba saja dia menjerit kesakitan.

Dayang Nadiin yang mendengar anak itu menjerit, langsung membanting kepalanya ke pintu, bersumpah: "Hadapi aku jika Anda punya dendam denganku. Jika Anda menyiksanya, bahkan jika aku mati, aku tidak akan membiarkanmu pergi."

“Ini kejam!” Mendengar jeritan itu, tabib Lee menggelengkan kepalanya pasrah.

Pengawal Bima Tang tak kuasa menahan kemarahannya, tetapi dia takut Dayang Nadiin akan menahannya bila dia harus melangkah maju dan menangkap Selir.

Fara telah memanggil Baginda Raja Deon Chu.

Begitu Raja Deon memasuki gerbang halaman, dia mendengar teriakan Edd dari dalam.

Melihat Raja Deon tiba, Dayang Nadiin berlutut di tanah sambil mengiba: "Yang Mulia, tolong selamatkan anak malang itu!"

Mata Raja Deon berubah, terlihat jelas dia sangat murka: "Kemarilah, dobrak pintunya!"

Beberapa penjaga dengan tergesa-gesa melangkah dan mendobrak pintu. Beberapa orang membentur pintu secara bersamaan, tetapi setelah tiga atau empat kali pukulan, pintu itu pun terbuka.

Dayang Nadiin bergegas masuk dan melihat Sera memegang pisau di tangannya, sepotong kapas berlumuran darah di tanah, Dayang Nadiin terpaku dan berkata, "Kau membunuhnya, kau membunuhnya!"

“Nenek, rasanya sakit sekali.. sakit..” Edd gemetar di sekujur tubuhnya dan dengan seluruh kekuatannya dia meraih tangan Dayang Nadiin dan menangis.

Sera sudah menanganinya dan ingin membungkus lukanya, tapi sepertinya sudah terlambat.

Dia mengangkat kotak obat dan dia tiba-tiba diselimuti oleh bayangan. Segera setelah dia mengangkat kepalanya, sebuah tamparan jatuh di wajahnya, membuat telinganya berdengung, dan pipinya begitu panas dan mati rasa untuk beberapa saat, terasa sangat perih.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hardi Gunawan
bagus sekali
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status