Share

Jerat Cinta Sang Milyarder
Jerat Cinta Sang Milyarder
Penulis: Koran Meikarta

Lelaki Misterius

WARNING : Silakan baca di apk-nya, ya. Biar tulisannya cantik. 

——

"Mayat!" jerit tertahan seorang wanita saat ia tidak sengaja melihat sesosok tubuh teronggok di jalan yang sedang dilewatinya. Tubuh seorang pria penuh darah, membuat pupil matanya membesar. Suasana malam dengan hujan rintik-rintik menyebabkan gang sempit itu jarang dilewati orang. Tidak ada seorang pun yang bisa dimintai pertolongan. 

Sejenak, terlintas di benaknya untuk mengabaikan sosok yang sudah dianggap mayat itu. Bisa saja orang yang ada di depannya mati karena pembunuhan. Melihat banyaknya luka yang mirip seperti bekas tusuk benda tajam. Akan sangat bahaya jika dia ikut terlibat masalah karena hal ini. Tidak, hidupnya sudah cukup rumit untuk menambah sebuah masalah dari orang asing. 

Alhasil, dengan segala pertimbangan dan mengabaikan hati nuraninya, Celine berniat pergi dan melangkahi mayat tersebut. Dia harus buru-buru pulang sebelum membuat suami dan anaknya khawatir. Sayangnya, saat dia mengangkat kaki untuk lewati seonggok tubuh itu, kakinya tiba-tiba dicengkeram sebuah tangan, membuat Celine kembali menjerit dan hampir menginjak tubuh di bawahnya sebelum dia mendengar suara yang begitu lirih.

"T-tolo ... long. Tolo ... long aku."

Celine yang awalnya mengira itu adalah mayat, langsung terdiam membeku. Tubuhnya spontan berjongkok dan membalik laki-laki itu hingga terlentang. Wajah laki-laki itu tertutup darah, Celine sampai tidak bisa melihat siapa dia. Hanya setelan jas mahal dan sepatu yang jelas-jelas memerlihatkan kalau laki-laki ini adalah seorang laki-laki kaya. Mungkinkah korban perampokan?

"Tolong lepaskan kakiku." Celine berusaha melepaskan cengkraman tangan laki-laki itu di kakinya. Menatapnya dengan penuh rasa curiga. Namun tatapannya dibalas oleh sorot mata lemah tak berdaya, membuat Celine yang awalnya merasa takut, menjadi terdiam. "Kau siapa?"

Tidak ada jawaban, laki-laki itu menatapnya lemah dan hanya bisa meringis kesakitan. Hingga rasa penasaran, membuat Celine langsung meraba saku celana dan jas hitam laki-laki tersebut. Dia berniat memeriksa identitasnya. Sayangnya, Celine tidak bisa menemukan apa pun di sana. Ponsel, kartu identitas apa pun, semuanya tidak ada. Dahinya sontak mengernyit. Kenapa laki-laki ini tidak memiliki identitas? Siapa yang mengambilnya?

Pikiran dan hatinya berperang. Yang satu menyuruhnya untuk pergi, sementara yang satu menyuruhnya untuk menolong. Celine takut kalau orang yang ditolongnya adalah orang jahat, namun melihat kondisinya yang dalam keadaan sekarat dan masih bisa diselamatkan, hatinya tergerak untuk melakukan kebajikan.

"Baiklah! Aku akan menolongmu. Bertahanlah."

Sayangnya, saat ini tidak ada orang yang bisa dimintai tolong. Celine juga tidak akan bisa menarik laki-laki dengan tubuh besar ini menuju rumah. Posisinya saat ini berada, cukup jauh dari rumahnya. Meski memang ini adalah jalan pintas terdekat jika dia pulang terlalu larut. Celine tidak sering melewati jalan ini, namun dia sudah terbiasa dan tidak ada sesuatu pun yang seperti ini sebelumnya.

Sampai di tengah kebingungan dan rasa cemas yang melandanya, matanya menemukan sebuah gubuk tua yang kosong. Celine ingat, itu adalah tempat yang tidak terpakai. Tak membuang waktu lebih banyak, Celine berusaha menyeret tubuh besar itu dengan pelan. Dirinya cukup kesulitan, namun dengan penuh perjuangan, Celine akhirnya berhasil membawanya masuk.

Tidak ada yang istimewa dari gubuk itu. Hanya gubuk kecil tak berpenghuni dan jelas tidak ada barang di sana, kain atau sekadar selimut, hanya ada ranjang dari kayu. Tidak memiliki jendela dan hanya memiliki satu ruangan. Letaknya juga cukup tersembunyi. Pemandangan yang kontras dengan bangunan yang ada tak jauh dari sebelahnya. Akan tetapi, Celine tidak mau ambil pusing, yang penting dia mendapat tempat untuk mengobati laki-laki ini sesegera mungkin sebelum keadilan sesuatu yang lebih buruk.

Di atas sebuah ranjang kayu, dia dengan segera membaringkan tubuh besar tersebut. Celine panik saat mendengar erangan kesakitan laki-laki itu. Membuatnya buru-buru berniat untuk membuka pakaiannya, sebelum tangannya malah digenggam kuat. Sejenak, dia berhenti dan menatap laki-laki yang kini menatapnya dengan lemah.

"Tolong biarkan aku mengobatimu. Aku tidak akan melakukan macam-macam, aku janji."

Setelah mengucapkan kalimat itu, barulah tangannya yang digenggam mulai dilepas. Membiarkan Celine mempreteli pakaian penuh darah milik laki-laki itu. Celine melakukannya tanpa rasa sungkan sedikit pun. Dia tidak merasa malu, karena niatnya hanya menolong, bukan berbuat mesum. Hingga begitu terbuka, terlihat dua luka cukup besar menganga seperti bekas tusukan di bagian perut dan satu lagi hampir mengenai dada sebelah kiri. Jika mengenai jantung, maka laki-laki ini akan tewas di tempat. Beberapa lainnya hanya luka ringan seperti sayatan karena luka oleh dahan-dahan kering. Namun kenapa bisa ada darah sebanyak ini?

Celine tanpa sadar mengusap luka di perut laki-laki itu dan meringis. Dia bergidik ikut merasa sakit jika di posisi laki-laki ini. Akan tetapi, saat dia teringat apa yang harus dilakukannya, Celine dengan cepat berusaha mencari air untuk membersihkan luka dan secarik kain yang bisa dijadikan untuk membalut luka di tubuh laki-laki ini, agar darahnya bisa berhenti mengalir. 

Beruntunglah, karena sedang hujan, dia menemukan sebuah bejana kecil yang menampung banyak air. Segera, Celine mengambilnya masuk ke dalam. Kain yang dia cari tidak ada, alhasil Celine menggunakan kemeja biru milik laki-laki itu untuk membersihkan luka agar tidak infeksi. Sialnya, dia tidak bisa menemukan tanaman obat di sekitar di sini dan akan memakan banyak waktu jika dia pergi ke apotek. Satu-satunya cara adalah dengan menghentikan darah yang keluar.

"Bertahanlah."

Celine cemas, dia benar-benar takut jika laki-laki ini akan mati dan dia yang disalahkan. Namun sudah terlalu terlambat untuk pergi meninggalkannya seorang diri. Menyedihkannya, mungkin saat ini suami dan anaknya sedang menunggunya pulang. 

"Maaf, aku terpaksa merusak pakaianmu." 

Tidak ada perban, satu-satunya kain adalah pakaian yang tadi digunakannya untuk membersihkan luka laki-laki itu. Celine merobeknya tanpa ragu. Menjadikan bagian kain yang tidak terlalu basah untuk membalut luka dan mengikatnya dengan sangat kuat agar aliran darah berhenti mengalir keluar. Untunglah, tidak banyak luka yang harus ditutupi. Jadi, dia tidak butuh banyak baju untuk dirobek.

Baru setelah selesai semuanya, Celine bisa bernapas lega. Menatap laki-laki yang kini wajahnya sudah dia bersihkan. Tampak lebih tampan meski terlihat pucat. Apakah pertolongannya akan berhasil dan laki-laki ini akan selamat? Celine tidak tahu. Dia sudah mengusahakan yang terbaik untuk menyelamatkannya. 

Tangannya terulur menyentuh kening laki-laki itu. Suhu tubuhnya tampak sedikit naik. Panas. Membuat dia buru-buru mengeluarkan sapu tangan dan mengompresnya. Celine lupa kalau dia memang memiliki sapu tangan. Namun karena panik, dia tidak bisa berpikir apa-apa. 

"Aku harus pulang, aku harap kau baik-baik saja," ucap Celine sambil hendak berjalan meninggalkan laki-laki itu. Sebelum dia kemudian melepas jaket miliknya untuk membuat tubuh laki-laki itu tetap hangat. Akan tetapi, baru selangkah berjalan, tangannya tiba-tiba digenggam erat oleh laki-laki tersebut. Seolah tidak ingin ditinggal seorang diri.

Tatapan matanya yang sayu melihat Celine seperti mengatakan untuk tetap menemaninya. Namun Celine tetap tidak mau. Dia berusaha melepas paksa tangannya. Tidak mungkin jik dia harus terus menemani laki-laki itu di sini, sedang ada anak dan suaminya yang sedang menunggu di rumah.

"Aku akan datang besok menjengkukmu."

Ucapan tersebut terlontar diiringi dengan tangan Celine yang langsung menyingkirkan lengan kekar itu dan buru-buru keluar begitu terbebas. Menutup pintu gubuk dengan sangat hati-hati. Celine sendiri sendiri tidak bisa memastikan, apakah laki-laki itu akan tetap hidup atau tidak keesokkan harinya. Namun dia tetap akan melihatnya besok. Ya, karena sekarang, dia harus pulang agar suami dan anak tercintanya tidak cemas.

"Semoga Tuhan melindungimu," ucapnya sambil menatap ke arah gubuk kecil itu, sebelum buru-buru berlari menerobos hujan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
F3R Winata
gaya bahasanya bagus.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status