Jika berkata cinta, Yoora memang masih sangat mencintai Dante dengan seluruh jiwa raganya. Namun, jika disuruh memilih dengan keluarga dan anak-anaknya jelas Yoora akan memilih putra dan putrinya.
Tapi, sekarang ia dipaksa harus memiliki keduanya. Siapa yang tidak menginginkan itu.Namun, ia pasti akan dihujat dan dibenci oleh semua orang atas keegoisannya.Tapi Yoora biasa apa?Ia begitu mencintai pria itu dan anak-anaknya!Jika dengan membuat Dante jadi miliknya dapat membuat anak-anaknya aman, kenapa harus dilewatkan? Sebisa mungkin Yoora akan membuat mereka bercerai.Yoora kembali bergumam penuh antusias, "Maaf, aku harus menekan Bunda lagi!"Kali ini ada binar indah di matanya.*"Yakin mau bekerja?" tanya Dante sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Yoora.Saat ini mereka berada di parkiran gedung MJM teknologi."Ya, dan jangan jemput aku! Elsa mengajak kamAinun terus mengelus rambut lebat cucunya sambil sesekali mendaratkan bibirnya di pelipis gadis tembem itu."Mommy senang akhirnya kamu membawa cucuku pulang, Anita," tutur Ainun dengan suara yang sedikit bergetar karena menahan bahagia, "kami sangat merindukannya!"Memang sudah sangat lama ia tidak bertemu dengan Priyanka, terakhir satu tahun yang lalu saat ia memiliki niatan untuk membujuk Dante dan Anita untuk rujuk. Tapi sayangnya, Dante tidak kunjung pulang yang artinya anak itu sama sekali tidak ingin menikah kembali dengan Anita."Maaf, Mom, jadwal sekolah Pinka memang sangat padat. Ini, kami mengambil cuti karena Pinka masih rindu pada Daddy-nya." Anita hanya tersenyum tipis. Wanita itu terlihat cantik dengan setelan blazernya yang berwarna senada dengan celana yang berwarna ungu muda. Raut wajah Ainun terlihat saat bersalah dan berkata dengan lirih, "Maaf, tidak bisa membujuk Dante untuk rujuk kembali denganmu. Mungkin—anak itu memang sudah memiliki pilihannya sendiri. Aku
Semua wajah memucat. Bagaimana Priyanka bisa sampai berpikir seperti itu? Menyalahkan Yona atas jatuhnya ke dalam laut!"Pinka!" pekik Anita seakan menegur gadis itu.Wanita itu bergegas menghampiri putrinya yang masih dalam dekapan Dante.Dante bersimpuh di hadapan Priyanka dan menggenggam kedua tangan gadis itu yang kedua pipinya sudah basah dengan air mata."Sayang, itu semua hanya kecelakaan. Tente Yoona sangat jauh dengan kamu berdiri, bagaimana bisa kamu menuduhnya?" bujuk pria dengan begitu hati-hati. Dante tidak ingin anggap tidak mempercayai putrinya. Tapi dia juga tahu bukan istrinya yang membuat putrinya terjatuh, dan tentu saja pelakunya masih ia selidiki."Ta-tapi …." "Dante! dia bahkan masih mimpi buruk karena kejadian itu!" bentak Anita. Wanita langsung menarik tubuh putrinya dan memeluknya. "Dan anak kecil masih belum tahu mana yang benar dan salah, dia hanya mengungkapkan perasaannya, penglihatannya, Dante! Dan benar tidaknya hanya Tuhan yang tahu!"Jelas kata-kata
Wanita itu sibuk mengaduk sesuatu dalam panci. Sepertinya sup.Yoona menyipitkan matanya, bohong jika ia tidak penasaran dimana keberadaan Dante. Wanita ini begitu licik.Jika wanita ini ingin mendapatkan Dante kembali, maka tidak semudah itu Nyonya x Guillermo!"Ya," sahut Yoona dengan suara yang tegas, "apa kamu sudah bisa mengembalikannya?" nada suara Yoona terdengar sinis, bahkan terdengar penuh ancaman.Yoona tidak akan menutupi apapun dari wanita ini. Jika ingin berperang, maka lakukan dengan cara terbuka!Anita memutar tubuhnya, memainkan spatula dalam genggaman. Tatapannya terlihat tidak berdaya hingga membuat Yoona muak."Bukan aku yang mengambilnya darimu, Yoona! Tapi putri kami yang tidak rela ayahnya direbut oleh orang asing!" cibir wanita itu dengan seringai kepuasan.'Sial! Seharusnya gue tahu ibu dan anak ini menggunakan peran mereka dengan sangat baik!' Yoona berusaha memasang wajahnya se acuh mungkin. Sering berpura-pura baik-baik saja didepan orang tuanya membuat ia
Di rumah sakit.Sulis hanya menatap kosong wajah pucat putrinya. Air mata sudah lama jatuh dan membasahi pipi."Yoora, kamu harus segera operasi! Kita harus segera mencari donor sumsum tulang yang cocok!""Siapa? Siapa yang mau menjadi pendonor untukku? Bahkan aku tidak sempat melihat ayah dan ibuku!" ungkap Yoora tanpa gairah.Yoora hanya melihat wajah Sulis sekilas, lalu berpaling menatap jendela. Jika mengingat ini hatinya selalu sesak, ada sedikit rasa nyeri di dalamnya.Jadi anak yatim tidaklah mudah!"Leo dan Diva masih terlalu kecil untuk melakukan tes itu. Menurut Bunda, apa ada yang cocok?" sambung Yoora lagi setelah berhasil menguasai dirinya setelah hening yang cukup panjang.Tangannya yang pucat gemetar mengusap air mata yang entah sejak kapan sudah membasahi pipi, dadanya sangat sakti dan terasa begitu penuh.Sulis menatap putrinya nanar, "Kamu anggap bunda ini siapa?" Nada suaranya terdengar ketus. Yoora mulai mengungkit soal ibunya, dan itu pasti melukai hatinya. Yoor
Dengan tangannya yang panjang Dante meraih ponsel istrinya dan menyerahkannya pada Yoona tanpa melepaskan penyatuan mereka. "Jangan bergerak dan bicara perlahan dengan Bunda." Dante menarik dirinya dengan sangat hati-hati. Meninggalkan Yoona agar leluasa bicara dengan ibunya.Sepanjang jalan menuju kamar mandi, Dante terus berpikir kabar apa yang ingin disampaikan oleh Sulis. Sulis memang selalu tidak sabaran, akan tetapi untuk menelpon tengah malam begini rasanya sangat tidak mungkin. Pasti ada sesuatu yang sangat penting.Dante mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Ia tahu percintaan mereka tidak bisa di lakukan lagi melihat Yoona yang sudah sangat kelelahan.Satu Minggu menahan hasrat untuk tidak menyentuh Yoona sangat menyiksanya. Dua pelepasan rasanya masih belum cukup menuntaskan dahaganya.Namun, yang tidak pria sadari mungkin saja percintaan mereka malam ini akan menjadi yang terakhir untuk selamanya."Ya, Bunda?" Yoona berusaha mengontrol suaranya yang serak, bukan karena
"Pinka cantik, cucu Oma … selamat pagi sayang," sapa Ainun saat melihat cucunya yang berwajah murung menuruni tangga. "Kenapa sayang?"Gadis kriwil itu menuruni tangga tanpa minat dan memeluk neneknya setelah tiba di undukkan terakhir."I'm looking for my father. Grandma knows where he is?" Ainun merasakan tubuh gadis itu sedikit bergetar. Tanpa kata Ainun mengelus punggung gadis itu. Semua resah hanya mampu ia curahkan dalam hati, 'Kenapa cengeng sekali? Apa merasa tersaingi oleh Yoona?'Akhirnya Ainun hanya mampu menggiring tubuh cucunya dalam dekapan menuju meja makan dan menunjukkan keberadaan putranya dengan tubuh yang sedikit membungkuk."Daddy-mu sudah lama menunggu. Tapi cucu Oma tidurnya sangat pulas. Sana ke Daddy-mu!"Mendengar suara Ainun, seluruh penghuni meja makan menoleh. Dante bahkan berdiri dan mendekati putrinya.Pria itu membungkuk dan mencubit hidung putrinya yang sedikit bersembunyi di perut neneknya."Looking for me, Hem …?" Yang ditanya hanya diam dengan wajah
"Ba-baik …. Mom." Mata gadis itu berkaca-kaca.Dia Mommy-ku. Apa dia ibu yang melahirkanku? Kenapa begitu kasar?Selalu pertanyaan ini yang berulang-ulang hadir dalam hati gadis kriwil itu.Obsesi ibunya sudah ditanam bahkan sejak ia masih dalam kandungan. Keinginan ibunya sendirilah yang membuat ia selama ini jauh dari ayahnya.'Aku harus bisa membujuk Daddy agar mau bersama Mommy lagi.' Harap Priyanka yang entah bisa terkabul atau tidak.Dulu sebelum ada Yoona, Daddy bahkan tidak mau duduk bertiga dengannya dan Anita. Daddy-nya selalu mengajak seseorang. Entah itu pria atau wanita. Sekarang Daddy-nya sudah menikah dan terlihat bahagia, apa bisa kembali pada Mommy-nya? Rasanya sangat sulit.Tapi, Priyanka akan mencobanya.*Di kantor.Pagi itu Yoona terlihat sangat gelisah. Bukan memikirkan Anita dan anaknya yang akan mengancam pernikahan mereka. Yoona yakin, Dante tidak akan pernah kemb
"Kita sama-sama bodoh. Padahal kita bisa seperti ini diam-diam, kan?" Sulis berusaha tersenyum walaupun hatinya sakit.Sulis meminta Yoona untuk duduk, meletakkan paper bag berwarna coklat muda diatas meja.Yoona melongok sedikit melihat isi dalam tas itu, yang terlihat hanya beberapa bungkus plastik putih dengan stempel alamat sebuah apotek. "Bunda bawa apa? Dari mana?" Yoona kembali mendorong paper bag dan kembali fokus pada bundanya yang enggan menjawab pertanyaannya.Sulis memang mengabaikan pertanyaan putrinya, wanita itu malah bertanya apa yang mau dimakan Yoona."Apa aja, Bun. Aku, kan pemakan segalanya." Yoona menjawab dengan sedikit cengiran."Sup iga sapi kayaknya enak di sini." Yoona mengangguk setuju. Menu iga sapi memang menjadi bintangnya di cafe itu.Selama menunggu makanan datang. Sulis bertanya berbagai hal. Apa yang dilakukan Yoona, seperti apa Dante dan apa Yoona bahagia dengan pernikahannya. Sulis ju