Share

Suami Mutualisme
Suami Mutualisme
Author: Buenda Vania

Bab 1 Tetangga Menyebalkan

Dug! Dug! Dug! Tek. Dug! Tek. Bunyi seperti seseorang sedang yang sedang memantek paku pada dinding. Bahkan sesekali terdengar suara mesin bor yang sangat nyaring.

Yoona menutup kepalanya dengan bantal, masalahnya tembok yang sedang di ketuk-ketuk oleh tetangganya itu bertepatan dengan jendela kamarnya. Sunyi malam membuat suara itu begitu nyaring, sehingga mata yang baru saja terpejam kembali terbuka karena bunyi gaduh yang dilakukan oleh tetangga menyebalkannya itu. 

"Hentikan suara terkutuk itu! Apa kalian tidak sadar ini jam dua dini hari?" teriak Yoona dibalik bantalnya. Yoona berusaha menekan sekuat mungkin telinganya dengan bantal. 

Yoona sudah benar-benar muak pada tetangganya itu yang sudah seminggu ini mengganggu jam istirahatnya dengan suara yang sangat menyakitkan telinga.

**

Bunyi alarm membangunkan Yoona yang baru saja terlelap. Entah sudah berapa lama jam itu berteriak membangunkan Yoona yang seolah enggan membuka matanya.

Yoona berusaha menggapai dan mematikan alarm yang terus meronta. Setelah tangganya berhasil membungkam bunyi alarm, Yoona pun kembali terpejam dan hanyut ke dalam mimpi di pagi hari yang sunyi.

Tapi tak lama dari itu dering ponsel kembali membangunkannya dari tidur nyenyak. Tanpa sadar Yoona menekan tombol hijau dan meletakkannya di telinga. 

Seorang berteriak sangat keras dan memekakan telinga, "YOONAAAA! DIMANA KAMU MELETAKKAN LAPORAN GAJI KARYAWAN?" 

Suara itu membuat siapa saja yang mendengarnya merasa tuli untuk beberapa hari. Untung dengan cepat Yoona menjauhkan ponsel dari telinganya.

"ADA DI RUANGAN SAYA MOMMY!" teriak Yoona dengan suara yang tak kalah nyaring. 

Tanpa menunggu lama, Yoona langsung mematikan ponsel tak perduli di seberang sana masih mengeluarkan kepulan asap dari hidungnya. Yoona melirik jam di dinding, matanya membulat sempurna. "Aaa! Tidak! Gw kesiangan, ini sudah jam delapan." 

Yoona langsung meloncat dari ranjangnya dan berlari kencang menuju kamar mandi. Tidak sampai tiga menit Yoona sudah keluar dari kamar mandi dan mengenakan pakaian apapun yang bisa ia kenakan.

Yoona kembali melirik jam. "Sial, 08:15. Telat, telat, telat!" Yoona terus mengulang kata telat berkali kali. "Ini semua gara-gara tetangga sialan yang tidak punya jam di rumahnya." Yoona bergumam sendiri, 

"Aaaa! Gw bahkan belum sempat minum kopi," erangnya frustasi, Yoona kembali melihat jam 08:25. "Sial! sial! sial! Ini sudah sangat telat."

Yoona keluar dari rumahnya dan mengunci pintu dengan tergesa-gesa. Tak lama ia menjejalkan tubuhnya ke dalam mobil. Dengan sengaja Yoona menekan klaksonnya dengan sangat lama dan nyaring.

Tin! Tin! Tin! Yoona berharap semoga seseorang di sebelah rumahnya mendengar aksi protesnya.

Pagi itu Yoona berlari kencang saat memasuki gedung pencakar langit di mana ia bekerja. Karena diceramahi habis-habisan oleh ibunya, Yoona tidak bisa tertidur pulas. Ditambah dengan tetangga barunya yang selalu membuat gaduh di tengah malam buta. Alhasil, Yoona bangun kesiangan dan harus mengendarai mobilnya dengan tergesa-gesa, sialnya lagi mobilnya tiba-tiba mogok karena kecerobohannya yang tidak pernah melakukan servis rutin terhadap kendaraan yang ia gunakan.

Yoona yang berpenampilan tomboy dan jauh dari kata feminim, mudah saja saat ia menaiki gundukan anak tangga menuju dimana ruangannya berada. Yoona yang masih terengah-engah hanya bisa bernafas lega ketika sampai di kubikelnya ternyata Mommy besarnya sedang tidak ada di ruangannya.

"Fiuh.. untungnya Mommy masih rapat pagi dengan dewan direksi." ucap Yoona masih dengan nafas yang memburu. 

Yoona duduk di kursinya sambil kipas-kipas wajahnya dengan map yang di dapat dari meja kerjanya. Tak lama telpon di sampingnya berbunyi.

"Halo, dengan MJM Teknologi, dengan Yoona Malik di sini. Ada yang bisa saya bantu?." Ucap Yoona masih dengan nafas yang tidak bisa dikendalikan.

"Na, kenapa Lo bisa telat? Di cariin Mommy Mona, tadi." tanya Sarah yang masih satu divisi dengan Yoona.

Yoona menghembuskan nafas lega ketika tahu yang nelpon adalah Sarah sahabatnya, "fiuhh, Gw kira siapa? Gw bangun kesiangan." Masih mengipas-ngipas wajahnya dengan map, padahal di dalam ruangan itu suhu AC di bawah 16°.

"Memang Lo gak liat warna lampu yang nyala masih di divisi kita?"

"Udah gak ngeh, gw. Ini hari yang berat!"

"Yaudah, nanti malam kita turun ke tempat biasa. Lo siap-siap aja di sembur sama Mommy!"

"Udah deh, jangan bikin gw makin parno dong! Sampai jumpa nanti malam ya." ucap Yoona langsung mematikan sambungan telepon.

Malam harinya, Yoona memasuki Cafe dengan tampang yang sangat lesu. Ketiga sahabatnya, Sarah, Alandra dan Elsa hanya menatap penampilan Yoona yang sangat memprihatinkan dengan rambut merah yang terlihat begitu berantakan.

"Tadi pagi nggak sisiran ya, apa jangan-jangan nggak mandi?" tanya Elsa tanpa memperhatikan keadaan di sekitarnya ketika Yoona di meja mereka.

"Sembarangan, mandi gw, cuman nggak sempat sisiran." Yoona mendudukan tubuhnya di kursi samping Alandra. Masalahnya saat ini Yoona hanya menggunakan celana jins dan kemeja yang dilapisi oleh blazer. Memang tidak ada yang aneh dengan tampilannya, kecuali rambut Cepol yang sudah mencuat kesan kemari.

"Ko bisa lupa gitu sih, Na? Sampe rambut Lo seperti habis terkena tornado!" ucap Sarah yang merasa heran dengan sahabatnya yang satu ini.

"Sepertinya masalah Lo berat kali ini? Penasaran, jangan bilang masih soal kepindahan tetangga Lo yang belum kelar sampai hari ini?"

Mendengar ucapan Sarah, Yoona kembali mengangkat wajahnya. "ini gara-gara bunda, dan tetangga sialan itu, yang ketok-ketok temboknya tengah malam. Gue juga nggak tahu apa yang dia lakukan. Alhasil jam tidur gw yang keganggu."

"Gw turut prihatin, paling gak, Lo masih jadi ratu di rumah Lo sendiri. Gak kayak gw yang cuma bisa menguasai ranjang suami gw doang!" dengus Sarah yang membuat ketiganya tercengang.

"Tolong kasih tau gw," gumam Alandra seraya memasukkan potongan daging steak ke dalam mulutnya. "akhir-akhir ini Shaan sedang sangat menjengkelkan. Mungkinkah laki-laki juga mengalami gangguan hormon seperti perempuan?" tanya Alandra yang masih bingung dengan sikap kekasihnya yang terkadang kekanak-kanakan.

"Mungkin saja, jika tidak tersalurkan dengan baik." Elsa menimpali. "dan kalau Lo, begitu keganggu sama tetangga, yang bahkan belum pernah Lo temui, mending Lo ajak ngopi bareng aja. Lo tanya baik-baik apa masalahnya. Gampang, 'kan!" ucap Elsa sambil mengacung-acungkan garpunya kearah Yoona.

Dari pada ngajak dia minum kopi, gw lebih milih nyalain petasan di samping jendela kamarnya waktu dia lagi tertidur pulas," ucapnya masih dengan tampang lesu, "gw butuh yang cetar malam ini! Mungkin rujak cerme yang pedas bisa balikin mood gw!" Memiliki tetangga brengsek memang membuat hidup seperti di neraka bukan? dan itu yang sedang dirasakan oleh Yoona.

"Kenapa gak Lo coba Margarita, biar sedikit ngefly!" usul Elsa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status