“Sean, andai kau diberikan kesempatan hidup yang kedua dan menjadi bagian dari kaum selain werewolf, kau memilih menjadi manusia atau menjadi vampire?” tanya Lunar.
Sean memandang Lunar dengan penuh tanda tanya. Mengapa tiba-tiba sahabatnya itu menanyakan hal ini?
….
“Aku tanya sekali lagi, Sean. Kau akan memilih menjadi manusia atau vampire jika di berikan kesempatan lagi untuk hidup?” ulang Lunar. Ia menatap Sean yang berada di sampingnya dan mendapati sahabatnya itu terdiam seolah tengah berpikir keras.
“Vampire atau manusia? Mengapa kau tidak memberiku pilihan untuk kembali menjadi werewolf juga? Sejujurnya, Nar. Aku sama sekali belum mengetahui rasanya hidup sebagai mereka jadi aku akan memilih untuk menjadi werewolf kembali,” jawab Sean.
“Mengapa kau memilih hal itu, Sean? Di pack ini hanya kita berdua yang berstatus deltha. Kita terasing. Dan aku membenci keadaan ini.”
“Nar, dengarkan aku,” Sean mengambil napas sejenak lalu melanjutkan ucapannya. “Jika kau mengatakan hal itu membosankan, aku yakin itu adalah hidupmu. Kau mengatakannya karena pamanmu tak pernah melirikmu dan hanya memandang kakak sepupumu yang berstatus gamma itu. Memang, hanya kita berdua yang berstatus deltha disini hingga kita mendapat perlakuan khusus.
“Akan tetapi hal itu bukan suatu alasan yang bisa membuatmu tidak mensyukuri hidupmu, Nar. Kau masih memiliki bibi yang menyayangimu melebihi ia menyayangi putrinya sendiri. Jika orang lain tak kau anggap menerimamu, setidaknya pikirkan bibimu yang selalu ada untukmu. Oh, jangan lupakan juga Guru Dan.”
“Tapi aku lelah, Sean,” lirih Lunar.
“Lelah karena apa? Dan andai pun kau di berikan kesempatan itu, mana yang akan kau pilih?” tanya Sean.
Lunar menggeleng kecil. ”Aku ingin menjadi manusia,” jawabnya.
“Dan apa yang akan kau dapat jika menjadi manusia? Kau tahu dengan baik jika manusia itu bertubuh lemah. Mereka tidak memiliki umur panjang seperti kita. Tubuh mereka lebih lemah dari kita dan mereka lebih cepat mati. Dan memangnya, jika kau menjadi manusia, kau tidak akan memiliki kesulitan seperti ini?”
“Aku tahu hal itu, Sean. Kupikir, jika menjadi manusia bisa membuatku bersama dengan ibuku, aku rela. Kau bisa mengatakan jika kau lebih memilih menjadi werewolf lagi karena hidupmu tidak sepelik hidupku, Sean. Hidupmu terlalu indah jika disandingkan dengan hidupku yang seperti ini!” sergah Lunah. Ia mrasa emosi naik ke ubun-ubunnya dan entah bagaimana meluapkan emosinya yang membludak itu.
“Nar, pikiranmu terlalu naïf. Tidak ada yang tidak memiliki kesulitan di hidupnya. Tak ada yang tak memiliki hal pelik dalam hidupnya. Hanya saja terkadang ada yang menyembunyikannya dengan begitu baik hingga orang lain tak berpikir ia sedang dalam masalah. Kau pikir hidupku selama ini nyaman, Nar? Tidak!” Sean membuang muka kesamping. “Kau sama sekali tak mengetahuinya,” lirihnya.
“Sean,”
“Aku memang tidak pernah mengatakannya atau bercerita kepadamu, Nar. Dan untuk malam ini, aku akan mengatakannya. Hidup keluargaku tidak baik-baik saja. Perekonomian kami buruk hingga saat kecil hidup kami menjadi menyedihkan. Mungkin semenjak kehadiran adikku hidup kami menjadi lebih baik. Namun, hal itu tetap tidak bisa menjamin kami bisa menyembuhkan penyakit kakekku. Kakekku tengah sekarat, Nar. Kami tak memiliki biaya yang cukup untuk membawa kakek ke wilayah netral dan mendatangi healer1 terbaik disana.”
“Sean ….”
“Sudahlah, Nar. Keluarga kami sudah memutuskan untuk menjual lahan terakhir kakek dan membawanya ke healer di wilayah pack sebelah. Healer di sana lebih baik dari healer pack ini. Yah, meskipun kami harus mengakui jika healer di wilayah netral lebih menjanjikan untuk kesembuhan kakek.
“Tapi kami juga tak ingin berharap terlalu jauh. Kakek sudah sangat sekarat dan aku berharap beliau bisa melihatku menjadi salah satu warrior.”
Lunar tak tahu harus berkata apa saat mendengar cerita hidup Sean. Sahabatnya itu benar, ia hanya terlalu fokus dengan masalahnya sendiri hingga lupa bahwa setiap orang memiliki porsi masalahnya sendiri. Jika sudah begini, ia malu kepada Sean yang masih tetap mempertahankan senyuman untuk menyambutnya dan menjadi teman keluh kesahnya.
“Akan tetapi meski mendengar ceritamu, aku akan tetap memilih menjadi manusia, Sean. Aku sudah membaca banyak hal tentang mereka. Dan sebagian mereka juga menemukan cara untuk hidup lebih lama dengan menjadi wizard2. Aku yakin manusia tak akan selemah itu. Buktinya mereka masih bertahan dan hidup dengan damai seperti kaum kita dan kaum vampire.”
Sean menepuk dahi lebarnya ketika mendengar alasan Lunar. Sahabatnya itu, jika sudah memiliki tekad selalu saja seperti itu. Tak pernah mau berubah sama sekali.
“Jika sudah menjadi manusia kau akan menjadi wizard? Begitu maksudmu?”
Lunar mengangguk semangat setelah Sean mengutarakan pertanyaannya. Dan melihat wajah Lunar yang berbinar semangat seperti itu, seketika Sean merasa jengkel.
“Kalau begitu perbanyak buku yang kau baca, Nar. Kau tak tahu jika kedua kaum itu memiliki leluhur yang sama, bukan?”
Lunar menjawabnya dengan gelengan. Jelas saja Lunar menggeleng. Lunar benar-benar tak tahu akan hal itu. Ia hanya pernah membaca jika kaum vampire mendapat keabadian langsung dari permaisuri Lucifer, Sang Raja Iblis. Dengan konsekuensi darah yang mereka hisap adalah untuk symbol persembahan mereka kepada sang raja. Apa ia melewatkan sesuatu?
“Apa manusia yang meminta keabadian pada Lilith --Permaisuri Lucifer3—hingga menyebabkan dirinya menjadi vampire? Dan dari situ manusia terpecah dengan sebagian menjadi kaum vampire?”
Sean menggeleng kecil. “Asumsimu mungkin mendekati kebenaran. Sekarang aku ingin bertanya lagi padamu, jika kau menjadi manusia, Nar. Maukah kau hidup abadi dengan meminum darah makhluk lain? Manusia yang berubah menjadi vampire itu tidak meminta langsung kepada Lilith, tapi Lilithlah yang mengubah manusia itu menjadi vampire atas keinginannya sendiri.”
“Aku tidak membaca bagian itu.”
“Maka dari itu berhati-hatilah akan permohonanmu, Nar. kau tak akan pernah tahu apa yang terjadi di esok hari. Jika Moon Goddes marah lalu benar-benar mengubahmu menjadi mereka, barulah kau menyesal,” ujar Sean. Ia heran, sahabatnya ini lebih sering ke perpustakaan. Namun, untuk masalah seperti saja tidak mengerti. Apa sahabatnya itu belum membaca buku yang tepat?
Entah.
“Oh, Sean. Jangan mengutukku seperti itu. Kau tahu dengan baik jika ibuku seorang manusia. Apa salahku aku menginginkan hal itu juga? Tidak mungkin ‘kan ibuku manusia murni mendapatkan pasangan seorang werewolf? Bisa saja kakek buyutnya ada yang menikah dengan werewolf dan gennya tidak terlalu kuat hingga menjadi manusia. Kau pun begitu. Ayah, ibu, kakek dan nenekmu tidak ada yang berstatus deltha. Kau mewarisinya dari kakek buyutmu.” Entah mengapa, Sean membenarkan perkataan Lunar tentang ini. Sedikit demi sedikit, Sean mengerti jika Lunar hanya ingin menjadi lebih dekat dengan ibunya.
“Bukan mengutukmu, Nar. hanya mengingatkan agar kau berhati-hati dengan ucapanmu,”kata Sean. “Oh, iya. Bagaimana persiapan ujianmu?” imbuhnya.
“Sudah selesai untuk administrasi. Aku hanya membutuhkan persetujuan bibiku untuk mendaftar, dan aku sudah melakukannya. Kau tahu? Paman tadi marah besar padaku begitu mengetahui aku telah mendaftar.”
Sean tersentak kaget. Paman Lunar marah besar?
“Jadi itu sebabnya kau begitu suram malam ini? Kau habis bertengkar dengan pamanmu?” tanya Sean. Untung saja Sean bisa mengontrol emosinya. Jika tidak, ia sudah pasti akan terpekik.
Lunar mengangguk. “Setelah bertengkar dengan paman, kakakku datang dan aku juga bersitegang dengannya. Kata kan padaku, Sean. Apa alasanku untuk pulang malam ini? Kubiarkan kakakku menikmati makan malam bersama ibunya sedang aku mengalah untuk tidak mengganggu kebersamaan mereka. Dan kuharap, kau tak akan mengusirku dan menyuruhku untuk pulang karena aku berencana untuk tidur di bangku ini saja untuk malam ini.”
“Ya. Lakukan sesukamu saja, Nar. aku akan menemanimu tidur di sini. Tidurlah! Aku tahu hatimu pasti sedang lelah.”
Bak nyanyian pengantar tidur, Lunar merasa jika matanya memberat setelah Sean menyelesaikan kata-katanya. Ia tak ingin lagi membicarakan apapun dengan Sean. Dan memejamkan mata adalah pilihan terbaik untuknya saat ini. Tak peduli jika ia akan tertidur di ruang terbuka sekalipun dan hanya berdua dengan sahabatnya.
Note :
Lucifer : Raja iblis. Sebutan lain untuk Lucifer adalah malaikat jatuh. Dia pernah menjadi malaikat dan menghuni surga sebelum akhirnya di turunkan ke Neraka.
“Nar, di belakangmu!” teriak Sean.Lunar menoleh ke arah yang di tunjuk Sean. Ia berbalik dan benar saja, ada sesuatu yang bergerak dari rerimbunan semak tinggi. Dan karena teriakan Sean yang kini tengah berada tak jauh darinya, sesuatu itu bergerak lebih cepat menuju arah Lunar yang sedang dalam posisi bersiap dengan pedangnya.Mereka kini tengah menghadapi ujian menjadi warrior di bidang survival. Ada dua hal yang di nilai, yakni : bidang pengetahuan yang meliputi ujian tulis ilmu pengetahuan, dan bidang pertahanan yang meliputi ujian survival dan bertarung di arena. Di ujian survival ini, mereka akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok berisi empat orang dan Lunar beruntung mendapat posisi di kelompok yang sama dengan Sean.Ah, hal itu entah menjadi keberuntungan atau kesialan juga Lunar tak tahu. Karena pada dasarnya, mereka berdua memiliki kesamaan yakni ti
Tak ada yang benar-benar tahu bagaimana alur kehidupan ini berjalan, tidak ada. Manusia dan makhluk lainnya hanya bisa menerka-nerka apa yang terjadi selanjutnya dengan sebuah perkiraan semata. Dan jika ada yang mengatakan bahwa ada yang bisa melihat masa depan, hal itu hanyalah sebagian kecil. Tidak ada yang benar-benar bisa.Begitupun dengan Hana. Shewolf omega itu telah merasakan sendiri bagaimana hidup ini berjalan dengan keras tanpa pandang bulu untuk merangkul mereka yang diberkahi ataupun tidak olehnya. Sejak kecil, keinginannya hanya sederhana. Yakni hidup dengan baik bersama mate-nya, memiliki anak, karir mate dan anaknya yang sukses, dan ia yang hidup tenang sebagai ibu rumah tangga yang baik. Ia juga tak lupa mendoakan kehidupan yang baik untuk kakak kesayangannya.Semua berjalan dengan seperti yang ia inginkan. Ia memiliki mate, anak, karir yang bagus untuk keduanya, dan ia yang kini hanya hidu
Rogue, serigala tanpa kawanan dan biasanya memburu pack-pack kecil untuk dijadikan tawanan. Mereka cenderung bertindak secara brutal dan tanpa terkecuali menyerang werewolf yang tengah berkeliaran sendiri. Tak jarang, mereka membuat kelompok-kelompok kecil untuk mencari masalah dengan pack lain. Mereka tidak memiliki sistem pemerintahan yang baik, karena itu mereka selalu dianggap biang masalah untuk pack kecil maupun pack besar. Rogue yang membuat kelompok disebut rogues. Mereka tidak memiliki tempat tinggal yang menetap dan biasanya mendiami gua-gua di wilayah netral atau wilayah yang bukan teritori suatu pack. Terkadang, mereka menyerang pack kecil dan menjadikan pack itu tempat tinggal mereka atau mengajukan kerja sama untuk bergabung dengan beberapa syarat. Tentunya jika kedua belah pihak menyetujui. Akan tetapi, banyak pack
“Lalu, Sean. Menurutmu bagaimana rasanya saat bertemu dengan mate?” tanya Lunar. Ia selalu memikirkan aroma yang mengusiknya sesaat sebelum ia kehilangan kesadaran waktu itu.“Menurut orang yang sudah menemukan mate mereka, di awal pertemuan mereka akan merasakan sebuah aroma menenangkan yang akan menggelitik indra penciumanmu. Hanya kau yang mampu merasakan betapa aroma itu sangat memabukkan. Orang lain akan menganggap aromanya terlampau biasa. Untukmu, kau akan dibayangi aroma itu terus menerus,” jawab Sean.Lunar terdiam mencerna ucapan Sean. Jika memang benar seperti itu, apakah itu berarti ia telah menemukan mate-nya? Apakah mate-nya adalah serigala yang datang saat itu? Jika iya, mungkinkah ....“Nar, katakan padaku! Apakah kau sudah menemukan mate-mu?” Hanya pertanyaan itulah yang mampu Sean utarakan saat melihat keterdiaman Lunar.
Setelah menghabiskan waktu selama satu minggu di Rumah Sakit, Lunar diperbolehkan keluar dan menjalankan aktifitas seperti semula. Belum ada kegiatan warrior, jadi ia ingin sekedar jalan-jalan di tempatnya diserang. Entahlah, ada sebuah dorongan untuknya melakukan hal itu. Berdoa saja agar ia tidak ditemukan oleh warrior yang sedang melakukan patroli.Selama dalam bimbingan Guru Dan, Lunar selalu digembleng untuk bisa bertarung tanpa mengandalkan kekuatan dari bentuk transformasi serigalanya. Lunar sudah melakukan hal itu dengan baik. Terbukti ketika ia bertarung melawan rogue itu, ia bisa menekan kuat keinginan berubah dalam dirinya. Untung saja tidak ada yang memancing emosinya. Jika ada, mungkin ia tak akan sanggup menahannya.Dengan perlahan, Lunar mulai mencoba mengingat-ingat di mana tepatnya ia bertarung. Saat itu, ada banyak darah yang keluar dari tubuhnya, Sean, dan rogue itu. Mungkin dengan mengandalkan bau darah
Sebenarnya, Lunar sudah mempersiapkan hatinya untuk jawaban terburuk seperti ini. Mengetahui secara langsung dari bibir mate-nya bahwa ia seorang rogue bukanlah hal yang enteng untuk tetap mempertahankan kondisi kejiwaannya. Ia hampir memekik jika saja ia tak ingat jika sebelumnya ia telah mengatakan dengan gamblang bahwa ia menerima mate-nya. Bukan maksudnya untuk menyesali apa yang telah terjadi. Namun, masalah ini terasa sangat pelik untuk kedepannya.Masalah mate seorang Rogue bukanlah masalah yang enteng untuk dihadapi. Apalagi untuk seorang warrior yang baru diterima seperti Lunar. Akan lebih mudah jika ia belum memasuki ujian warrior dan dinyatakan lulus. Untuk warrior yang baru diterima seperti Lunar, ia harus mengabdikan diri setidaknya selama 10 tahun sebelum mengundurkan diri secara sukarela.Mungkin jika status Lunar belum menjadi warrior, ia bisa mengatakan pada alph
“Kakak, bagaimana rasanya bertemu dengan mate?”Seorang gadis berambut biru gelap sebahu menolehkan kepalanya kepada si penanya yang sedang duduk di belakangnya. Ia sedang memasak, dan pertanyaan yang masuk ke telinganya membuatnya berpikir jika ada sesuatu yang sedang terjadi.“Oh, tidak! Sebentar, aku harus keluar!” Sebuah nada panik terdengar dari gadis itu. Sesuai ucapannya, Ia langsung berlari menuju luar rumah untuk memastikan sesuatu. Tak ayal, pemuda yang menanyakan suatu hal padanya tersebut langsung menggelengkan kepalanya melihat tingkah spontan kakaknya.“Ya Tuhan, Vian! Bulan masih terbit dari timur dan hari ini tidak ada fenomena Super Blood Moon, Super Moon, Blue Moon, Red Moon, atau apalah itu. Tapi mengapa tiba-tiba kau menanyakan tentang mate padaku?” Gadis itu langsung mencerca dengan ocehannya tentang bulan dan mendekatkan wajahnya ke arah
Davian masih menyesap teh di cangkirnya. Pandangannya menatap tumpukan kue kering yang tertata di atas meja namun pikirannya sama sekali tak berada di sana. Ia memikirkan tentang pertemuannya dengan Lunar saat itu, dan ia tahu, kisah hubungannya tak akan semulus kisah kedua orang tuanya.Akan lebih baik jika mate-nya adalah seorang Rogue juga sama sepertinya. Akan lebih mudah juga baginya jika ia tergabung dalam suatu pack. Dan ia yakin jika Lunar memikirkannya juga. Shewolf itu tergabung dalam sebuah pack, itu berarti ada banyak hal yang harus dipertimbangkan.Mungkin memang sudah jalan takdirnya yang seperti ini. Ia ingin berharap semuanya menjadi lebih mudah untuk ia jalani. Namun apa daya. Ia tidak boleh mengeluh akan takdirnya atau semua sama saja. Terbersit di ingatannya akan manusia yang berkata jika kita tak akan diberikan takdir yang tak sanggup kita jalani. Ia tak akan pernah untuk menyesalinya k