Share

7. Ujian

“Nar, di belakangmu!” teriak Sean.

Lunar menoleh ke arah yang di tunjuk Sean. Ia berbalik dan benar saja, ada sesuatu yang bergerak dari rerimbunan semak tinggi. Dan karena teriakan Sean yang kini tengah berada tak jauh darinya, sesuatu itu bergerak lebih cepat menuju arah Lunar yang sedang dalam posisi bersiap dengan pedangnya.

Mereka kini tengah menghadapi ujian menjadi warrior di bidang survival. Ada dua hal yang di nilai, yakni : bidang pengetahuan yang meliputi ujian tulis ilmu pengetahuan, dan bidang pertahanan yang meliputi ujian survival dan bertarung di arena. Di ujian survival ini, mereka akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok berisi empat orang dan Lunar beruntung mendapat posisi di kelompok yang sama dengan Sean.

Ah, hal itu entah menjadi keberuntungan atau kesialan juga Lunar tak tahu. Karena pada dasarnya, mereka berdua memiliki kesamaan yakni tidak bisa melakukan shift seenaknya. Ingat, wolf dalam tubuh mereka akan mengambil alih kesadaran mereka secara penuh dan keluar dengan sisi liar mereka. Jadi, mau tak mau baik Lunar maupun Sean sepakat untuk tidak melakukan shift dan meminta panitia ujian memberikan kelonggaran dengan memakai senjata. Dan keduanya memilih pedang sebagai senjata mereka. Beruntung, kedua teman di tim mereka mau bekerja sama dengan membagi tugas dan saling melindungi satu sama lain.

“Sean, di mana Leah dengan Alexa?” tanya Lunar. Meski ia tak berteriak sekencang Sean tadi, Lunar yakin jika Sean mampu mendengarnya dengan baik.

“Mereka berdua sedang melakukan perburuan pada dua warrior yang menyerang kita tadi. Mereka telah melakukan shift dan hanya kita berdua yang berdekatan,” Sean mengambil posisi memejamkan matanya dan berusaha mencari keberadaan dua rekannya dengan pendengarannya. “Aku tak dapat mendengarkan suara mereka. Mereka terlalu jauh dari kita.”

Jantung Lunar berdetak semakin cepat saat sesuatu di balik rerimbunan itu kembali bergerak setelah diam beberapa saat. Pergerakannya semakin cepat dan Lunar perkirakan sesuatu itu akan tiba beberapa detik lagi.

Tanpa pikir panjang lagi Sean langsung berlari secepat mungkin ke arah Lunar. Keadaan Sean juga tak jauh berbeda dengan Lunar, jantungnya berdetak cepat seakan jika jantung itu tak berada di dalam tubuhnya, maka benda itu akan jatuh.

“Sean, pertahankan saja posisimu. Aku yang akan menanganinya. Ingat perkataan Alexa sebelum pergi!” Sean abai. Ia tetap berlari menuju Lunar dan berusaha tiba secepat mungkin sebelum sesuatu itu menuju Lunar lebih dulu. Memang, sebelum mereka berpencar seperti ini, Alexa sebagai yang tertua di antara mereka berempat memberi instruksi untuk tidak meninggalkan tempat masing-masing. Dan kini, Sean memilih abai karena instingnya mengatakan jika ia harus melindungi Lunar.

Srak!

Sesuatu itu muncul dan dari sana keluar seekor serigala besar berwarna hitam pekat tanpa warna lain. Jujur saja, serigala itu sudah berada di jarak beberapa meter dari tempat Lunar berdiri dan Lunar sama sekali tidak menyangka jika tubuhnya mengeluarkan tremor. Tubuhnya fokus pada tremor itu hingga Lunar seolah tak bisa menggerakkan anggota tubuhnya yang lain barang sedikitpun.

Duagh!

Lunar terkejut ketika justru Sean lah yang datang dan menendang tubuh serigala itu hingga oleh ke samping dan tidak berhasil menyerang Lunar. Sean bersyukur, setidaknya ia menuruti kata hatinya dan bisa menyelamatkan Lunar tepat waktu.

“Terima kasih, Sean.” bisik Lunar.

Sean mengangguk kecil dan mengambil posisi siaga di depan tubuh Lunar dan matanya mengawasi pergerakan serigala itu. Serigala itu mengibaskan tubuhnya hingga bulu tebalnya bergoyang dan kemudian menggeram pelan seolah ia telah terusik. Serigala dan Sean terlihat sama-sama saling waspada. Entah siapa yang terlebih dulu menyerang, yang jelas mereka seolah tengah saling menunggu pergerakan dari masing-masing lawan.

Sementara dua eksistensi itu saling waspada, Lunar mencoba untuk menghilangkan tremor pada dirinya. Ia berusaha mengalihkan ketakutannya dengan menganalisa musuh yang ada di hadapannya kini. Ia tahu, serigala itu pastilah salah satu warrior yang bertugas untuk menguji mereka di bidang ketahanan diri. Dengan bekal selama beberapa tahun ia mengamati status dari ciri fisik serigala dan juga bimbingan dari Guru Dan, Lunar memprediksi jika serigala itu berstatus beta. Status yang patut untuk diperhitungkan bagi status deltha seperti mereka berdua.

Akan tetapi ada yang hal yang mengganggu di benaknya. Meski ia beberapa kali melihat warrior yang bertransformasi menjadi serigala melakukan latihan, ia tak pernah melihat mereka sebuas serigala yang ada di hadapannya kini. Insting serigalanya seolah mengirim sinyal jika serigala yang ada di hadapannya ini berbahaya.

“Kau siap, Lun?” bisik Sean. Serigala di hadapan mereka menggeram saat Sean berbisik. Dan setelah itu, kepala serigala itu semakin di turunkan tanda ia akan melakukan penyerangan.

“Aku harus siap, Sean,” balas Lunar. Ia tak bisa menunggu tremornya hilang secara penuh. Keadaan semakin mendesak dan ia harus bisa menekan ketakutannya.

“Sekarang!” Sean mengayunkan pedangnya dan membawanya dengan sedikit di rendahkan dari posisi tadi. Serigala di depannya yang memang telah bersiap langsung melesatkan kakinya dan melompat ke arah Sean. Lunar mengambil tempat, ia bergerak ke samping dan bermaksud akan memukul saat serigala itu menyerang Sean yang berada di depannya.

Tapi naas, serigala itu seolah membaca gerakan mereka berdua dan langsung mengganti haluan menuju Lunar yang ada di samping Sean. Sean memukulkan pedangnya ke udara kosong yang sebelumnya Sean perkirakan serigala itu akan berada di sana. Lunar tekejut, ia refleks mengangkat pedangnya dan langsung mengayunkan ke arah serigala itu dengan kekuatan penuh namun dapat dihindari. Tentu saja, mereka itu masih hijau dalam strategi dan warrior di depannya itu pasti bisa dengan mudah membaca pergerakan mereka.

Di dalam ujian ini, mereka diperbolehkan melawan musuh mereka dengan sekuat tenaga asal mereka berhenti ketika musuh mereka sudah tidak memberikan perlawanan lagi . Para juri tidak mempermasalahkannya. Mereka para manusia serigala memiliki ketahanan tubuh yang baik dan penyembuhan luka fisik yang lebih cepat ketimbang manusia. Jadi, tak apa jika mereka saling melukai saat ujian berlangsung.

Serigala yang telah menghindari serangan Lunar itu bergerak menjauh dan berbalik setelah beberapa saat. Dari gerak geriknya, serigala itu akan kembali menyerang mereka dengan kecepatan penuh.

“Lun, kita lari. Ayo kita cari pertolongan pada Alexa dan Leah.”

“Tapi kita tak tahu dimana mereka, Sean. Kau sendiri yang mengatakan hal itu. Dan juga-“

“Tak ada waktu. Ayo lari!” Begitu Sean mengatakan lari, Lunar langsung melesat begitupun dengan serigala itu.

“Ikuti aku, aku mencoba mengikuti jejak bau Leah.”

Lunar mengangguk patuh pada perintah Sean. Lunar tahu, indra penciuman Sean berada di tingkat yang lebih sensitif dari Lunar.

“Sebisa mungkin kita harus saling melindungi, Sean. Dan kumohon kepadamu untuk tidak meninggalkanku,” pinta Lunar.

Sean mengangguk. Baginya permintaan Lunar itu terdengar lucu karena hal itu tak akan pernah terjadi. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri jika ia dan Lunar harus lulus ujian ini bersama-sama tak peduli apapun halangannya.

Sean dan Lunar adalah werewolf. Meski mereka hanya berlari menggunakan dua kaki dan tidak melakukan shift, mereka bisa berlari dengan cepat. Namun tetap saja, jika dibandingkan dengan kaki empat milik serigala, mereka akan kalah cepat. Dan begitu lah, serigala itu semakin dekat dengan mereka dan yang bisa mereka lakukan saat ini adalah dengan melakukan perlawanan terlebih dahulu sebelum kembali berlari. Tujuan mereka setelah ini hanya dua, yakni bertahan dari serangan serigala itu, dan mencari keberadaan kedua temannya.

Setelah posisi mereka sudah dekat dan serigala itu bersiap menyerang, Lunar yang berada di belakang Sean langsung berbalik dan mengayunkan pedangnya. Serigala itu lengah, dan ia mendapat luka sabetan pedang Lunar di kaki depan bagian kanannya. Darah yang mengucur dari luka itu membuatnya terlihat semakin buas lalu bergerak semakin cepat ke arah Lunar dan bermaksud membalasnya. Sean siaga. Ia bermaksud akan menyerang serigala itu saat serigala itu fokus untuk menyerang Lunar.

Seolah terjadi lagi, serigala yang semula fokus untuk menyerang Lunar itu kini langsung berbalik menyerang Sean. Sean tak siap. Ia mendapat Luka gigitan di tangan kiri dan luka cakaran di dadanya dengn begitu cepat. Pertempuran itu terlihat tak seimbang saat Lunar bergabung dan membantu Sean menyerang serigala itu. Dengan perlahan pergerakan Sean mulai melambat karena lukanya. Ia yang tak terbiasa merasakan luka kini tengah meringis menahan sakitnya dan berusaha melakukan perlawanan kembali.

Seekor serigala beta dan dua manusia itu bertempur seolah hidup dan mati mereka akan ditentukan saat itu juga. Serigala itu terus menyerang kedua manusia itu dengan buas seolah ia akan benar-benar membunuh mereka. Begitupun dengan Lunar dan Sean. Mereka tetap berusaha bertahan dan melawan di saat yang bersamaan. Mereka bertiga sama-sama terluka. Dan luka terparah di alami oleh Sean.

Setelah Sean tumbang, Lunar berusaha melindungi Sean dan tetap mengacungkan pedangnya yang telah berlumuran darah serigala itu ke arah serigala yang masih mampu bergerak gesit meski luka telah menghiasi tubuhnya. Dan bulu hitam serigala itu seolah menyamarkan jejak darah di sana.

Lunar merasa ada yang tidak beres di sini. Di dalam kesepakatan ujian, mereka diperintahkan untuk berhenti melakukan penyerangan saat mereka telah memiliki luka yang banyak. Mereka akan dinilai berdasarkan ketepatan, kecepatan dan kegesitan para peserta saat bertarung. Dan di sini, serigala itu telah memiliki banyak luka. Ia juga telah mendapati serigala itu berhenti sejenak untuk beberapa kali seolah tengah mengumpulkan kembali kekuatannya dan menyerang setelahnya.

Lunar yakin jika seharusnya, serigala itu menghentikan serangannya. Tapi apa ini? Serigala itu masih tetap menggeram seolah semakin marah dan terus menerus menyerang Lunar yang masih mempertahankan posisi untuk melindungi Sean yang sepertinya telah pingsan.

Warrior! Seharusnya kau telah berhenti dan kami telah menang. Beberapa kali kau sudah melemah dan seharusnya sudah meninggalkan kami.” Lunar mengatakan hal itu sambil terengah-engah. Ia tahu jika tak sepatutnya ia mengatakan hal itu pada warrior di depannya ini. Lunar hampir mencapai batasnya. Ia bisa merasakan jika alam bawah sadarnya seolah berontak dan ingin jiwa serigalanya mengambil alih. Lunar tak bisa membiarkan hal itu. Panitia ujian telah berbaik hati untuk meringankan serangan pada mereka namun yang di depannya ini seolah abai.

Melihat serigala itu yang tak memberikan respon, Lunar jatuh terduduk. Tubuhnya mendadak melemah saat harum kayu cendana seolah menggelitik indra penciumannya. Jiwanya merasa tenang hingga membuat pedang dalam genggamannya jatuh. Namun, mendengar geraman lain mampu membuatnya menolehkan pandangannya ke arah suara itu. Sepertinya, tak hanya Lunar yang menoleh, serigala yang menyerangnya pun begitu. Bisa Lunar lihat jika ada sosok serigala lain yang bertubuh lebih kecil tengah menggeram ke arah mereka. Dengan cepat, serigala yang baru datang itu menyerang serigala yang telah banyak memiliki luka.

Lunar telah terhuyung dan jatuh tergeletak karena tubuhnya telah tak kuat menahan sakit yang ia rasakan. Lunar merasa jika pandangannya mulai berputar dan perlahan mengabur. Namun sebelum kesadarannya terenggut sepenuhnya, ia melihat banyak kawanan serigala lain datang menuju ke arahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status