Share

Hati Menangis Darah

Pantas saja aku merasakan sesuatu ternyata ini penyebabnya batin Kesatria Luis menunduk.

Ia melepaskan nafas beratnya, ada rasa tak suka di hatinya. Semenjak kedatangan wanita ini lah Duchess Anabella sering menangis. Ia paham, bukan kematian Emelin yang membuatnya sedih, tapi kedatangan Floria. Duke Alex cerdas dan pintar dalam strategi perang. Namun bodoh dalam mengerti perasaan wanita.

Apa aku coba saja mendekati Duchess dan membuatnya cemburu? Dengan begitu kan aku bisa tau isi hati Duke Alex batin Kesatria Luis.

"Kesatria Luis."

"Ah, iya." Kesatria Luis langsung menunduk. "Maaf mengganggu waktunya Tuan dan Nona Floria. Tuan diminta untuk ke Istana."

"Tunggu aku." Duke Alex mencium kening Floria dengan sangat dalam.

Keduanya pun keluar dari kediaman Duke. Namun sampai di halaman istana. Matanya melihat Duchess Anabella. Rambutnya torambang ambing terbawa angin. Matanya sendu, tersimpan beribu kesedihan.

"Dengan cara apa aku menghilangkan kesedihannya?"

Dengan cara mengeluarkan nona Floria dari kediaman Duke batin Kesatria Luis. Mana mungkin dia akan mengatakannya. Tuanya itu pasti akan mengeluarkan taringnya.

Duke Alex pun melanjutkan langkahnya. Biasanya dia akan mengajak Duchess Anabella, tapi kali ini tidak, ia merasa sungkan. Duchess Anabella pasti menolaknya.

Sesampainya di istana. Duke Alex dan para bangsawan memasuki aula istana. Semua bangsawan pun dan Kaisar Ferland membahas masalah perpajakan. Ekspor dan Impor ke Negara asing. Setelah selesai membahas semuanya. Duke Alex keluar dari ruangan itu bersama dengan yang lainnya.

"Duke, kemarin aku bertemu dengan Duchess di toko gaun. Sepertinya Duchess membeli gaun. Lalu istri saya bertanya, Duchess membelikannya untuk nona Floria, tapi Duchess mengatakannya tidak." Ucap Viscount Alban sambil mengingat kejadian tempo lalu.

Duke Alex mencerna perkataan laki-laki di sampingnya. Istrinya memberikan sebuah gaun pada Floria, tapi gaun itu untuknya.

"Apa Duke akan menceraikan Duchess Anabella? Rumor pun sudah tersebar luas. Jika Duke membawa kekasih Duke. Istri ku saja dan bangsawan lainnya merasa kasihan tentang Duchess Anabella."

Mata Duke Alex menajam seperti pedang yang siap membelah.

glek

Viscount Alban mulai keluar keringat dingin. Apa perkataannya salah? Tidak mungkin. Rumor itu sudah jelas dan perkataan Duchess Anabella tentang Duke membawa kekasihnya tidak di sangkal.

"Siapa yang mengatakan aku akan menceraikan Duchess?" Duke Alex menarik kerah baju Viscount Alban.

"Du-Duke,"

Kesatria Luis yang melihatnya, merasa malu. Dia yang mengatakannya, Dia juga yang menanyakannya. Logika macam apa itu? Ingin sekali ia berteriak.

Duke Alex melepaskan kerah bajunya kembali. "Jangan pernah mengatakan apa pun. Aku tidak sudi kamu mengatakan tentang Duchess. Apa hak mu mengatakan aku menceraikannya? Hah,"

Amarah Duke Alex semakin tersulut. Semua bangsawan pun ada yang berbisik-bisik. Ada yang mengatakan Duke Alex mencintai Duchess Anabella. Ada juga yang mengatakan Duke Alex hanya kasihan.

"Ma-maaf, Tuan." Ucapnya terbata-bata.

Duke Alex meninggalkan Viscount Alban yang hampir pingsan. Lain kali dia tidak akan menanyakannya secara langsung. Hampir saja nyawanya menjadi taruhannya. Duke Alex kelihatan lembut, tapi dia tidak berbelas kasihan.

"Apa rumor itu memang sudah tersebar? Siapa yang menyebarkannya?" Duke Alex mendaratkan bokongnya secara kasar di kereta itu.

"Maaf, Tuan. Seharusnya Tuan senang. Karena Tuan juga mengatakannya sendiri. Jika Tuan akan menceraikan Nyonya."

"Diam!"

Aku yang ingin menyadarkannya. Aku yang salah.

"Apa aku membelikan gaun saja untuk Duchess? Sebagai pertanda permintaan maaf ku." Gumam Duke Alex sejenak berfikir. 

"Kita ke Ibu Kota," ujar Duke Alex seraya menoleh ke arah jendela.

Sesampainya di Ibu Kota. 

Duke Alex turun dari kereta megah itu. Matanya melihat sekeliling suasana Ibu Kota yang cukup ramai. Seperti biasa, ia mencari toko langganan istrinya. Memasuki toko bertuliskan papan The Anggela. Duke Alex melihat gaun yang terpajang jelas.  Ia melangkah sambil menatap gaun di sampingnya. Matanya mengunci salah satu gaun. Ia memegang kain berbahan sutra terbaik itu. Sekelibat bayangan wajah Duchess Anabella memakai gaun berwarna hijau berpaduan dengan warna kuning.

"Gaun mana yang cocok untuk Tuan beli?" tanya sang pelayan.

"Aku ingin ini." Matanya masih memandang ke arah lainnya. "Dan itu." Tunjuk Duke Alex. Setelah selesai membeli gaun itu. Tak lupa Duke Alex memesan perhiasan untuk Duchess Anabella.

Setelah selesai membeli apa yang ia perlukan. Duke Alex mulai menaiki keretanya menuju kediamannya.

Duke Alex turun dari keretanya dengan wajah senang. Ia yakin, Duchess Anabella akan suka dengan hadiah yang ia berikan. Langkahnya memasuki kediamannya. Ia menaiki anak tangga itu tergesa-gesa dan tanpa sengaja ia berpapasan dengan dengan Floria.

"Tuan," 

Matanya melihat sebuah kotak dengan kain beludru. "Apa ini untuk ku?" tanya Floria sambil mengambil kotak perhiasan itu.

Duke Alex menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia tidak tau harus mengelak atau menyetujuinya. Hadiah itu bukan untuk Floria, tapi menolaknya sama saja membuat wanita di depannya bersedih. 

"Dan itu untuk ku juga." 

Duke Alex melihat gaun yang di pegang oleh Kesatria Luis. Semuanya sudah berakhir, ia tidak bisa memberikannya pada Duchess. Ia tidak ingin membuat Floria bersedih, tapi ia ingin memberikannya pada Duchess.

Floria turun selangkah, ia mengambil dua kotak gaun itu yang terlihat jelas warna dan hiasannya. 

Apa yang harus aku lakukan Batin Duke Alex merinding.

Di tempat lain.

Duchess Anabella menghadiri perjamuan teh yang di hadari para wanita bangsawan di rumah Duchess Ava. Ada tujuh wanita bangsawan yang sudah hadir. Hanya dirinya yang terlambat mendatangi perjamuan itu.

"Duchess Anabella." Sapa Duchess Ava dengan sopan. Para wanita bangsawan pun tersenyum menyambut kedatangannya.

"Maaf aku terlambat." Ucapnya dengan cepat.

"Oh, tidak masalah kami baru saja sampai." Ucap salah satu wanita memakai gaun berwarna kuning.

Tidak ada yang di bicarakan saat pertemuan itu. Hanya ada masalah sosialita, perhiasan yang bagus, gaun yang bagus. Hingga salah satu bangsawan wanita bersuara tentang Duke Alex yang membawa wanita pujaannya.

"Duchess, apa benar Duke Alex akan menikah dengan kekasihnya?"

Duchess Anabella meremas gaunnya. Inilah yang ia takuti, pertanyaan yang akan membuatnya hancur. Lidahnya terasa kelu, menyangkal pun kenyataan sudah ada di depan mata.

"Berarti Duke akan menjadikan kekasihnya istri keduanya." Ucap wanita lainnya.

"Apa Duchess tidak sakit hati dengan kedatangan wanita itu?"

"O iya, Viscountess Michelina pasti tau kan rasanya di duakan." Ucap bangsawan lainnya sambil menatap wanita yang memang menjadi istri kedua salah satu bangsawan.

"Aku dengar istri pertama akan kalah dengan istri kedua. Duchess tidak harus mengalah, Duchess adalah wanita yang sah dari Duke dan juga wanita pertama yang menemani Duke."

"Benar, Duchess harus melawan. Akan tetapi, sepertinya Duke Alex tidak akan adil. Duchess di jodohkan sementara wanita yang datang itu adalah kekasihnya."

Duchess Anabella menatap semua bangsawan wanita yang diam-diam menertawakannya dan mengasihinya. Air matanya, ia bisa menahannya, tapi hatinya sudah menangis darah.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
FATHYA HANIFAH
lanjut kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status