Share

Kamu Anggap Apa Hati Ku

"Cukup!" Bentaknya.

Semua bangsawan bungkam, mereka saling melirik satu sama lainnya. Ada yang mengeluarkan kipasnya dan menoleh ke arah lain.

"Ini masalah keluarga ku." Duchess Anabella memejamkan matanya. "Tidak ada urusannya dengan kalian. Aku menderita atau pun bahagia, sama sekali tidak ada urusannya dengan kalian semua."

Duchess Anabella langsung pergi meninggalkan tempat menyesakkan itu. Ia berjalan dengan langkah berat. Seakan tubuhnya tak bisa ia tumpu. Ia langsung terduduk di tanah berumput itu.

"Nyonya," ujar Zoya seraya membantu memapah tubuh majikannya. Sama hal dengan dirinya, air matanya tak bisa ia tahan. Sudah ia duga, semuanya akan seperti ini. Sudah cukup penderitaan bagi majikannya. Sampai kapan majikannya bisa hidup bahagia.

Duchess Anabella di papah oleh Zoya sampai ke kereta. Selama di perjalanan, air matanya terus membasahi pipinya. "Ayah."

Flasback

"Anabell," seru seorang pria paruh baya dengan memperlihatkan deretan giginya yang putih, ia melihat seorang gadis yang tengah bercermin memandang pantulan wajahnya.

"Ayah," ujar gadis itu menoleh. Ia berlari memeluk sang ayah di ambang pintu kamarnya.

"Ayah ada sesuatu yang harus ayah sampaikan." Ucapanya sambil melepaskan pelukan putrinya. "Ayo duduk." Sambungnya lagi seraya merangkul pundak gadis itu agar duduk di tepi ranjangnya.

Sang pelayan pun pergi. Mereka memberikan ruang pada ayah dan anak itu.

"Ada apa Ayah?" Tanya gadis itu dengan wajah serius. Ia melihat ayahnya menarik nafasnya dalam-dalam. Jantungnya berdetak hebat, ia merasa ada sesuatu yang akan terjadi.

"Ayah ingin menjodohkan mu dengan anak dari teman ayah."

Bagaikan hujan anak panah, hatinya memanas. Dadanya naik turun, ia tidak percaya. Ia yakin salah mendengarkan perkataan ayahnya.

"Ayah, maksudnya apa? Anabell .."

"Ayah ingin menjodohkan mu dengan anak teman Ayah." Satu perkataan itu seolah menjungkit jiwanya. Bagaimana mungkin dia percaya? Dirinya sudah memiliki kekasih dan pria paruh baya di depannya tau akan hal itu.

"Ma-maksud Ayah?"

"Maaf Anabell, kamu tidak bisa bersamanya."

Air matanya langsung keluar, bukankah selama ini ayahnya mendukungnya. Lalu kenapa sekarang tiba-tiba tidak menyetujuinya. "Ma-maksud Ayah apa? Anabell tidak paham."

"Kamu tidak bisa bersamanya, Nak?"

"Ayah, Anabell dan dia saling mencintai. Saling menyayangi, kenapa tidak bisa bersamanya?" Tanya Anabell, ia tidak mengerti pikiran sang ayah saat ini.

"Anabell, terimalah kenyataan. Dia tidak bisa bersama mu. Dia akan menikah dari keluarga Duke."

"Me-menikah, tidak, itu tidak mungkin Ayah." Ia tidak percaya, ia hanya ingin menikah dengan kekasihnya. Bukan dengan orang lain.

"Anabell!" Bentak pria paruh baya itu. "Kamu harus tau, Baron kecil seperti kita tidak akan memperkuat kedudukan dan posisinya. Kamu harus paham, di dunia hanya ada pernikahan politik tidak ada yang namanya pernikahan tulus. Andia semua bangsawan memikirkan hal itu, tapi nyatanya keluarga Marquess tidak memikirkan cinta."

"Aku baru mendengarkan kabar, dia akan menikah."

Anabella mematung, ia menangis  terisak-isak. Benar, semuanya hanya karena politik. Seharusnya dari awal dia tau, tapi dirinya dan Marquess sudah berjuang. Tidak mungkin Marquess akan meninggalkannya.

"Aku tidak percaya,"

"Cukup Anabella, semakin kamu tidak menerima kenyataan. Semakin kamu akan tersakiti. Terimalah, Nak. Ayah sudah menjodohkan mu. Mau tidak mau, kamu harus menerimanya Anabell. Demi ayah," ujarnya. Ia memeluk putrinya yang terlihat rapuh. Lalu pergi, Ia tidak tega melihat kerapuhan putrinya. Ia tidak sanggup, hati ayah mana yang sanggup melihat kerapuhan putrinya.

Ia begitu mencintainya putrinya. Sejujurnya ia ingin putrinya bahagia bersama laki-laki yang dia cintai. Namun takdir berkata lain. Ia masih ingat dengan jelas. Dimana laki-laki itu meminta maaf padanya karena tidak bisa melanjutkan hubungannya. Waktu itu ia memang memarahinya. Namun, bagaimanapun juga, ia tidak bisa berbuat apa-apa. "Anabella, maafkan ayah. Nak."

Flasback off.

"Ayah." Duchess Anabella memegangi dadanya yang tak karuan. Ia menutup kedua telinganya, mencoba menghilangkan semua perkataan ayahnya. 

"Anabell, dia laki-laki baik. Ayah sangat yakin."

"Bagaimana jika dia memiliki kekasih Ayah?"

"Tidak mungkin, Ayah tidak mendengarkan dia memiliki kekasih. Justru Ayah mendengar kabar kehebatannya dan ketampanannya. Keluarga Duke Wilson sangat baik. Mereka mengutamakan cinta untuk putranya. Ayah yakin dan sangat yakin. Dia bisa menjaga mu."

"Nak, aku titip Anabell. Jangan menyakitinya." 

"Anabella, kamu putri ayah. Saat kecil, kamu menangis di dekapan ayah. Ayah menimang dirimu tanpa kenal lelah, di tangan ini kamu menangis. Saat kamu sakit, betapa khawatir dan takutnya ayah. Ayah sangat mencintai mu, Nak. Tidak ada seorang ayah yang ingin melepaskan putrinya untuk orang lain kecuali saat dia tak akan mampu melindunginya lagi. Ayah rapuh, Ayah sering sakit-sakitan. Kini waktunya, Ayah melepaskan tanggung jawab Ayah pada suami mu. Tundukkan kepala mu padanya. Hormati dan hargai dia."

Pria paruh baya itu memeluk Anabella yang saat ini menggunakan gaun putih. "Semoga bahagia sayang." Ucapnya lagi seraya mencium kening putrinya.

"Aku berjanji akan menjaga Nona Anabella."

"Ayah."

"Nyonya." Zoya memeluk Duchess Anabella. 

"Dia yang melanggar Ayah, dia tidak menjaga ku. Dia menghancurkan ku. Aku sudah menyerahkan hati ku, jiwa ku, tapi dia, dia ..." 

Duchess Anabella tidak sanggup meneruskannya lagi. Ia ingat dimana Duke masih mengacuhkannya. Pada saat itu, ia tidak tau tentang Duke yang mengacuhkannya. Ia kira Duke Alex hanya terkejut dengan pernikahan ini. Namun seiringnya waktu, ia tau. Duke Alex memiliki seorang kekasih. Ia tahu saat dirinya mengantarkan camilan siang dan melihat sebuah lukisan.

"Nyonya," 

Zoya menepuk punggung Duchess Anabella.

"Kenapa aku bisa bodoh Zoya? Kenapa aku menyerahkannya begitu saja? Aku kira dia akan melihat ku, tapi kenyataannya.."

Duchess Anabella meremas dadanya. Sungguh sakit, sangat sakit.

"Nyonya, kita sudah sampai."

Zoya melepaskan pelukannya. Secepatnya, Duchess Anabella menghapus air matanya. Ia turun dengan wajah menunduk. Memasuki kediaman Duke selangkah demi selangkah. 

Saat dirinya hendak membuka handle pintu. Ia mendengarkan seseorang tertawa. Ia mencoba tidak memperdulikannya. Akan tetapi, hati dan pikirannya sangat penasaran. Ia memutar tubuhnya ke samping kanan.

Melangkah, mendekati suara itu. Ia mengintip di balik pintu yang tidak tertutup rapat itu. Begitu banyaknya luka Duke yang dia torehkan. Dengan mudahnya dia tertawa bersama dengan Floria di atas kesedihannya. Tidakkah dia memikirkan perasaannya sedikit saja, tidakkah dia merasakan kekecewaan di hatinya. Istri mana yang kuat melihat suaminya bercanda dengan orang lain. Apa lagi kekasih masa lalu.

Matanya tidak bisa berkedip melihat Duke Alex tertawa, mencubit hidung Floria dengan lembut. Lalu mengambil sebuah kalung di tangan Floria dan memakaikan di lehernya. 

Deg

Nyilu dan perih melihat laki-laki mencium leher wanita lain dengan sangat mesra. 

"Duke, kamu anggap apa hati ku?"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Eni haerun
pergi wanita bodoh...
goodnovel comment avatar
ID Ina
nunggu part yg di kunci kebuka gratis bisa ya?
goodnovel comment avatar
felix hager
bikin Anabelle pergi aja Thor, biar s Duke nyesel.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status